Osteogenesis imperfecta (OI) tidak membuat Diana Lestiawati (33 tahun) berputus asa dalam menjalani hari-harinya. Buktinya, sampai hari ini Diana dalam keadaan sehat walafiat dan hidup bahagia bersama anak laki-lakinya, Devanno Emmanuel (2 tahun 9 bulan) dan Rudi Hermanto (28 tahun) selaku suami.
Dulu, Diana tidak pernah tahu bahwa ia menderita penyakit OI. Dia hanya tahu, kalau penyakit yang dideritanya hanyalah penyakit kerapuhan tulang biasa. Padahal, Diana sudah menderita penyakit ini sejak usianya 1 tahun.
"Kalau kata Oma, saya menderita penyakit seperti ini sejak usia 1 tahun. Zaman dulu kan belum ada informasi apa-apa mengenai OI ini. Cara penanganannya pun tidak ada," kata Diana.
Lebih lanjut Diana mengatakan, pada tahun 1985 ia pun menjalani pengobatan dan operasi untuk pertama kalinya. Tapi, operasi yang dijalaninya dirasa cukup tidak membantu karena tulang yang ada di tubuhnya tetap patah..
"Dulu kan saya tinggal di Jepara, dibawa ke Jakarta sama Oma. Kata Oma, di Jakarta ada dokter pintar mengenai OI ini. Dibawa dan dioperasilah saya di RS Carolus. Tapi, operasi itu tidak membantu, karena patah lagi patah lagi," kata Diana menambahkan.
Sewaktu ditanya sudah berapa kali menjalani operasi, Diana mengaku sudah tak terhitung berapa jumlahnya.
"Operasi ini sudah 18 kali lebih. Enggak dapat dihitung lagi," kata Diana lagi menegaskan.
Selama menjalani aktivitas sehari-hari, terang Diana, ia sudah terbiasa dan tidak mengalami kesulitan yang berarti. Bahkan sebelum memiliki anak, Diana masih aktif bekerja sebagai suvervisor rumah makan.
"Paling bergerak sedikit terasa perih," kata Diana lagi.
Melahirkan Devanno Emmanuel yang juga OI
Setelah menikah dengan Rudi Hermanto, pada tahun 2011 Diana diberikan titipan anak oleh Tuhan, dengan lahirnya bayi laki-laki mungil bernama Devanno Emmanuel. Sewaktu Vano lahir, Diana sudah tahu kalau anaknya juga menderita OI seperti dirinya.
Waktu usia kandungan Diana menginjak 3 bulan, dokter yang memeriksakan kandungannya mendapat keanehan pada calon bayi itu, yaitu berupa tanda-tanda anak penderita OI.
Saat itu, hanya Rudi yang mengetahui kalau calon anak yang bakal lahir dari rahim Diana juga seorang dengan OI.
"Waktu itu sengaja saya tidak akan memberitahu Diana. Terlebih usia kandunganya 3 bulan. Saya pikir, sewaktu-waktu akan berubah. Barulah di usia 5 bulan saya memberitahu Diana soal calon anaknya itu," kata Rudi Hermanto, dalam acara 'Temu Media Osteogenesis Imperfecta: Forum Osteogenesis Imperfecta Indonesia', di Kantor Pusat IDAI Matraman, Jakarta, Senin (18/11/2013)
Sebulan setelah anak itu lahir pada 8 Februari 2011, Devanno mengalami patah tulang. Karena bingung harus berbuat apa, pasangan itu lalu mencari informasi mengenai dokter yang tahu mengani OI ini, Dr Aman Bhakti Pulungan.
"Waktu itu pernah ketemu dokter A, tapi biayanya mahal sekali. Sekali berobat bisa 10 juta. Uang dari mana saya? Penyakit OI kan tulangnya patah berkali-kali. Bisa-bisa saya jual rumah. Tinggal di mana saya," kata Diana sembari tertawa.
Setelah bertemu dan berkonsultasi, Dr Aman memberitahu kepada Diana bahwa harus dimasukan obat (infus) kepada anaknya. Tapi Diana bingung, sebab jantung anaknya mengalami kebocoran sewaktu lahir.
"Setelah penyakit jantungnya sembuh, saya mulai pengobatan lagi sama Dr Aman," kata Diana menjelaskan.
Rudi Hermanto, Sosok Suami dan Ayah Hebat
Di mata Dr Aman Pulungan, Rudi merupakan sosok yang patut dicontoh. Meski istri dan anaknya menderita penyakit OI, tidak ada alasan bagi Rudi untuk tidak tersenyum.
Menurut Dr Aman Pulungan lagi, Rudi dan Diana selalu menjalani hari-harinye menggunakan bahasa cinta.
"Ibu Diana ini tidak bisa mendengar, dan Pak Rudi mengerti apa yang dimau istrinya itu. Mereka berkomunikasi menggunakan bahasa cinta," katanya Dr Aman sambil tersenyum.
Menanggapi apa yang diutarakan Dr Aman Pulungan, Rudi hanya tersipu dan kembali tersenyum. Menurutnya, apa yang dilakukannya itu merupakan hal biasa dan sudah sepatutnya untuk dilakukan.
"Buat saya sederhana saja. Kalau kita mau berbagi, berarti kita mau hidup bersama," kata Rudi sambil menggendong Devanno.
Di dunia ini, lanjut Rudi, tidak ada satu pun mahluk yang sempurna. Pun dengan orang penderita OI, tidak semua memiliki kekurangan.
Sewaktu ia tahu anak yang dikandung istrinya bakal menderita OI juga, tidak ada sedikit niatan Rudi untuk menggugurkannya. Dia hanya bingung kala itu, bagaimana caranya memberitahu sang istri.
Sepanjang mengurus anak dan istrinya, hanya satu keluhan Rudi, semoga apa yang dijalaninya aspek ke depannya semakin baik, dan apa yang menjadi harapannya terwujud.
"Terlebih soal penangan obat Devanno. Soalnya Devanno mulai trauma, setiap kali diajak ke rumah sakit. Tiap kali diajak, Devanno selalu nanya, mau jalan ke mana dan mau ngapain," katanya lagi menjelaskan.
Ke depannya, Rudi hanya berserah dan berharap si ganteng Devanno dapat hidup normal seperti anak lainnya.
(Adt/Abd)
Dulu, Diana tidak pernah tahu bahwa ia menderita penyakit OI. Dia hanya tahu, kalau penyakit yang dideritanya hanyalah penyakit kerapuhan tulang biasa. Padahal, Diana sudah menderita penyakit ini sejak usianya 1 tahun.
"Kalau kata Oma, saya menderita penyakit seperti ini sejak usia 1 tahun. Zaman dulu kan belum ada informasi apa-apa mengenai OI ini. Cara penanganannya pun tidak ada," kata Diana.
Lebih lanjut Diana mengatakan, pada tahun 1985 ia pun menjalani pengobatan dan operasi untuk pertama kalinya. Tapi, operasi yang dijalaninya dirasa cukup tidak membantu karena tulang yang ada di tubuhnya tetap patah..
"Dulu kan saya tinggal di Jepara, dibawa ke Jakarta sama Oma. Kata Oma, di Jakarta ada dokter pintar mengenai OI ini. Dibawa dan dioperasilah saya di RS Carolus. Tapi, operasi itu tidak membantu, karena patah lagi patah lagi," kata Diana menambahkan.
Sewaktu ditanya sudah berapa kali menjalani operasi, Diana mengaku sudah tak terhitung berapa jumlahnya.
"Operasi ini sudah 18 kali lebih. Enggak dapat dihitung lagi," kata Diana lagi menegaskan.
Selama menjalani aktivitas sehari-hari, terang Diana, ia sudah terbiasa dan tidak mengalami kesulitan yang berarti. Bahkan sebelum memiliki anak, Diana masih aktif bekerja sebagai suvervisor rumah makan.
"Paling bergerak sedikit terasa perih," kata Diana lagi.
Melahirkan Devanno Emmanuel yang juga OI
Setelah menikah dengan Rudi Hermanto, pada tahun 2011 Diana diberikan titipan anak oleh Tuhan, dengan lahirnya bayi laki-laki mungil bernama Devanno Emmanuel. Sewaktu Vano lahir, Diana sudah tahu kalau anaknya juga menderita OI seperti dirinya.
Waktu usia kandungan Diana menginjak 3 bulan, dokter yang memeriksakan kandungannya mendapat keanehan pada calon bayi itu, yaitu berupa tanda-tanda anak penderita OI.
Saat itu, hanya Rudi yang mengetahui kalau calon anak yang bakal lahir dari rahim Diana juga seorang dengan OI.
"Waktu itu sengaja saya tidak akan memberitahu Diana. Terlebih usia kandunganya 3 bulan. Saya pikir, sewaktu-waktu akan berubah. Barulah di usia 5 bulan saya memberitahu Diana soal calon anaknya itu," kata Rudi Hermanto, dalam acara 'Temu Media Osteogenesis Imperfecta: Forum Osteogenesis Imperfecta Indonesia', di Kantor Pusat IDAI Matraman, Jakarta, Senin (18/11/2013)
Sebulan setelah anak itu lahir pada 8 Februari 2011, Devanno mengalami patah tulang. Karena bingung harus berbuat apa, pasangan itu lalu mencari informasi mengenai dokter yang tahu mengani OI ini, Dr Aman Bhakti Pulungan.
"Waktu itu pernah ketemu dokter A, tapi biayanya mahal sekali. Sekali berobat bisa 10 juta. Uang dari mana saya? Penyakit OI kan tulangnya patah berkali-kali. Bisa-bisa saya jual rumah. Tinggal di mana saya," kata Diana sembari tertawa.
Setelah bertemu dan berkonsultasi, Dr Aman memberitahu kepada Diana bahwa harus dimasukan obat (infus) kepada anaknya. Tapi Diana bingung, sebab jantung anaknya mengalami kebocoran sewaktu lahir.
"Setelah penyakit jantungnya sembuh, saya mulai pengobatan lagi sama Dr Aman," kata Diana menjelaskan.
Rudi Hermanto, Sosok Suami dan Ayah Hebat
Di mata Dr Aman Pulungan, Rudi merupakan sosok yang patut dicontoh. Meski istri dan anaknya menderita penyakit OI, tidak ada alasan bagi Rudi untuk tidak tersenyum.
Menurut Dr Aman Pulungan lagi, Rudi dan Diana selalu menjalani hari-harinye menggunakan bahasa cinta.
"Ibu Diana ini tidak bisa mendengar, dan Pak Rudi mengerti apa yang dimau istrinya itu. Mereka berkomunikasi menggunakan bahasa cinta," katanya Dr Aman sambil tersenyum.
Menanggapi apa yang diutarakan Dr Aman Pulungan, Rudi hanya tersipu dan kembali tersenyum. Menurutnya, apa yang dilakukannya itu merupakan hal biasa dan sudah sepatutnya untuk dilakukan.
"Buat saya sederhana saja. Kalau kita mau berbagi, berarti kita mau hidup bersama," kata Rudi sambil menggendong Devanno.
Di dunia ini, lanjut Rudi, tidak ada satu pun mahluk yang sempurna. Pun dengan orang penderita OI, tidak semua memiliki kekurangan.
Sewaktu ia tahu anak yang dikandung istrinya bakal menderita OI juga, tidak ada sedikit niatan Rudi untuk menggugurkannya. Dia hanya bingung kala itu, bagaimana caranya memberitahu sang istri.
Sepanjang mengurus anak dan istrinya, hanya satu keluhan Rudi, semoga apa yang dijalaninya aspek ke depannya semakin baik, dan apa yang menjadi harapannya terwujud.
"Terlebih soal penangan obat Devanno. Soalnya Devanno mulai trauma, setiap kali diajak ke rumah sakit. Tiap kali diajak, Devanno selalu nanya, mau jalan ke mana dan mau ngapain," katanya lagi menjelaskan.
Ke depannya, Rudi hanya berserah dan berharap si ganteng Devanno dapat hidup normal seperti anak lainnya.
(Adt/Abd)