Kurnia Ito, Antara Pasien Kanker dan Pelihara 70 Kucing

Memelihara kucing, menurut Kurnia, mengajarkan padanya untuk belajar mengatasi arti kehilangan dan menumbuhkan rasa ketegaran.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Nov 2013, 14:30 WIB

"Kehidupan saya tidak pernah lepas dari penderita kanker, yang setiap hari digelayuti bayang-bayang maut. Kondisi ini begitu meruntuhkan batin. Berkat kucing, saya bisa melatih diri sehingga lebih tegar hadapi hidup," kata Kurnio Ito, yang sudah bertahun-tahun hidup bersama 70 ekor kucing.

Memelihara kucing, menurut Kurnia, mengajarkan padanya untuk belajar mengatasi arti kehilangan dan menumbuhkan rasa ketegaran. Kehilangan memang bisa sewaktu-waktu terjadi karena bisa saja kucing kesayangan tiba-tiba meninggal, sementara ikatan emosional antara pemelihara dan satwa telah terbangun dengan erat.

"Berat sekali mengatasi rasa kehilangan serta belajar ikhlas untuk melepas. Inilah yang terjadi pada kehidupan saya, setiap saat harus rela melepas. Baik melepas kucing peliharaan saya jika tiba-tiba ada yang kehilangan nyawa, maupun penderita kanker yang saya dampingi di saat-saat terakhir hidupnya," ujar wanita asal Surabaya ini, sembari menarik napas panjang seperti dikutip dari Antara, Selasa (19/11/2013).

Pendampingan Penderita

Kegiatan mendampingi pasien kanker, sudah dilakukan Kurnia demi memenuhi panggilan hati yang terketuk melihat penderitaan dan nestapa yang dialami mereka. Menghadapi pasien yang rata-rata kondisi fisik dan mentalnya sudah 'drop', bagi Kurnia membutuhkan kesabaran tersendiri. Berbagai cara dilakukan Kurnia untuk membangkitkan semangat penderita tersebut agar tabah dan tidak putus asa saat menjalani pengobatan.

Bagi pasien kanker, melakukan pengobatan terkadang membutuhkan keberanian tersendiri karena harus menahan kesakitan yang sering tak tertahankan. Misalnya kemoterapi, yang musti dijalani beberapa kali sampai sel-sel kanker bisa dilumpuhkan.

Beberapa tahun lalu, Kurnia mengurai kisah, ada seorang gadis masih belajar di sekolah menengah atas dan terkena kanker di lengannya. Sebut saja namanya Dewi. Gadis itu berusaha menyembunyikan penyakitnya, tapi lama-lama benjolan di lengannya semakin membesar. Ketika dibawa berobat, dokter memvonis lengan gadis itu harus diamputasi. Dewi menolak diamputasi, hingga lengannya terus membengkak, dengan rasa sakit yang kian tak tertahankan.

"Akhirnya Dewi pasrah dan menyerah, serta memutuskan bersedia tangannya diamputasi agar tidak terus-menerus menanggung sakit. Tapi apa daya, sel kanker sudah menggerogoti organ-organ vital dalam tubuhnya. Di usia semuda itu, Dewi harus pergi. Kalau saja dia tidak menolak diamputasi, mungkin lain keadaannya. Padahal ketika melakukan pendampingan, saya berusaha membujuknya untuk merelakan lengannya, tapi dia menolak dan terus menolak. Ketika dia akhirnya mau, semuanya telah terlambat," Kurnia berusaha menyembunyikan kesedihannya.

Berhari-hari, tutur Kurnia, sepeninggal gadis itu, kesedihan tak jua pergi dari hatinya. Untungnya ada kucing-kucing yang menemaninya, membuatnya selalu bergerak untuk mengurus peliharaannya, sehingga pikirannya dapat teralihkan.

Adopsi Kucing

Pertama kali memelihara kucing, menurut Kurnia, dijalani pada tahun 2005. Sebelumnya, dia memelihara anjing, namun suatu hari tiba-tiba mati. Sebagai penghiburan, suatu hari Kurnia coba-coba mampir ke penjual satwa peliharaan. Setiba di tempat itu, hatinya tiba-tiba tergerak melihat penampilan kucing anggora yang menggemaskan. Tanpa pikir panjang, ia pun membelinya.

Semenjak itu, seolah ada magnet yang menarik, sehingga Kurnia tak bisa berhenti mengunjungi tempat penjualan satwa, sehingga jumlah kucingnya terus bertambah. Setelah kucing beranak-pinak, jumlahnya makin melonjak drastis. Kewalahan mengasuh kucing-kucingnya, ia pun menjual anak kucing ke pet shop langganannya.

"Saat melihat anak kucing itu menunggu pembeli, lantas ditaruh begitu saja di kandang, saya jadi kasihan. Setelah itu, saya tidak pernah lagi menjual kucing dan memilih mendirikan Pondok Kasih Kucing Persia pada tahun 2006. Salah satu programnya adalah menawarkan adopsi kucing," jelas wanita yang tinggal di kawasan Sanglah, Kota Denpasar, Bali.

Syarat mengadopsi kucing, urai Kurnia, adalah orang bersangkutan harus memiliki kemampuan untuk menanggung biaya hidup kucing. Tak hanya itu, pengadopsi musti memiliki rasa sayang pada kucing dan bisa merawatnya. Untuk penggantian biaya pemeliharaan dan vaksin awal, pengadopsi dikenakan biaya antara Rp 1,2 juta - Rp 1,9 juta.

Meski ada kesanggupan pengadopsi untuk membayar biaya, namun Kurnia tidak serta melepas tanggung jawab pada kucingnya. Wanita ini tetap memonitor, sampai ia benar-benar yakin kalau kucingnya memang berada di tangan yang tepat. Kalau ia melihat kucing yang diadopsi itu tidak mendapat perawatan atau kasih sayang, tidak segan-segan Kurnia menarik kembali kucingnya dan mengambalikan uang adopsi.

Selain adopsi, di pondok kasih juga menawarkan program 'wedding', mandi spa, indekos dan play. Untuk wedding, dilakukan untuk mengawinkan kucing yang tengah masa birahi dan memakan waktu lima hari. Biaya yang dikenakan terdiri atas Rp300 ribu/dengan makanan atau Rp350 ribu/tanpa makanan.

Program lain yang tak kalah diminati, khususnya menjelang hari raya, tidak lain indekos. Peminatnya meliputi para ekspatriat atau masyarakat lokal. Tarifnya variatif, kalau ekspatriat dikenakan Rp30 ribu/hari dan orang lokal Rp25 ribu/hari. Saat kucing menjalani indekos, perawatan sangat diperhatikan, agar kucing sehat dan bulunya tidak gimbal.

"Ada tiga orang yang khusus membantu saya mengurusi kucing, sehingga kucing yang indekos atau peliharaan, tidak akan terabaikan. Bahkan, kamar mandi pun saya siapkan khusus untuk kucing. Manusia tidak boleh pakai. Pokoknya, di lantai dua rumah saya, adalah kawasan khusus kucing," kata wanita yang dikenal ramah ini.

Inspirasi Nama dari Sinetron

Kucing peliharaan Kurnia, diberi nama-nama yang singkat dan mudah diingat. Misalnya, Whiska, Amore, Sasya, Rhino, Mini, Friski dan masih banyak lagi. Namun, ada pula yang memakai nama Amira, terinspirasi dari tokoh sinetron yang sedang digandrungi wanita kelahiran tahun 1953 ini.

"Kucing favorit saya adalah Mini, yang sudah dipelihara sejak enam tahun lalu. Mini itu unik, dia bisa memijat. Kalau saya sedang duduk, dia kadang-kadang mendekati saya dan langsung memijati kaki saya. Tapi Mini tidak bisa disuruh-suruh, harus maunya sendiri," jelas Kurnia dengan ekspresi gembira.

Meski menjadi kucing favorit, pemeliharaan Mini tidak diistimewakan. Seperti kucing lain, setiap hari dijatah makanan antara tiga -empat kali. Menu makanan, terdiri dari makanan kering dan basah. Untuk biaya makan, seekor kucing rata-rata Rp 5 ribu per hari. Karena kucing peliharaannya mencapai 70 ekor, maka dalam sebulan, Kurnia bisa menghabiskan Rp7,5 juta - Rp10 juta.

"Ini belum termasuk biaya kesehatan, yang berkisar Rp 500 ribu-Rp1 juta per bulan, untuk kasus sakit yang tidak parah. Belum termasuk biaya vaksin, di mana sekali vaksin menghabiskan dana Rp 150 ribu. Juga belum tergolong biaya lain-lain, seperti kapas dan bayar pegawai. Tapi saya ikhlas, yang penting kucing-kucing itu sehat," tutur Kurnia tanpa raut keberatan.

Meski sudah diperhatikan kesehatannya, tidak jarang kucing peliharaan Kurnia terserang penyakit berat, seperti jantung bawaan, ginjal, hati atau kanker. Sayangnya, hingga kini, belum ada fasilitas memadai untuk mengatasi penyakit kucing itu, sehingga penanganannya tidak bisa maksimal, layaknya manusia. Sebagai solusi, misalkan salah satu kucingnya terkena sakit ginjal, maka Kurnia akan memberikan makanan diet, agar penyakitnya tidak parah, dengan harapan dapat memperpanjang usinya.

Kisah Mengharukan

Beragam pengalaman mengharukan, pernah dialami Kurnia semenjak memelihara kucing. Menurutnya, sekitar tiga tahun silam, ada seorang ibu yang ingin mengadopsi kucing. Tujuannya untuk menghibur anaknya, setelah ibu dan anak itu terusir dari rumah. Langkah si ibu tidak salah, setelah memelihara kucing, anaknya kembali riang dan tidak lagi digelayuti kesedihan.

"Sebagian besar pengadopsi kucing saya, memang terdiri dari berbagai kalangan. Uniknya, kalau pengadopsi itu awalnya mengaku sering sedih karena berbagai masalah, setelah memelihara kucing, hidupnya menjadi lebih lengkap dan suasana rumah menjadi meriah. Kucing itu seolah bisa menjadi penyembuh yang alami bagi orang-orang yang didera masalah," kata Kurnia.

Apalagi, ujarnya, memelihara kucing itu tidak rumit. Asal disediakan kandang yang bersih, ventilasi yang cukup serta ketersediaan makanan yang tepat, maka kucing dapat hidup layak. Memang akan lebih maksimal, jika pemelihara mempunyai waktu luang untuk sesekali mengantar 'grooming', sehingga bulunya tidak rontok atau terkena kutu.

"Saya sering menyisiri rambut kucing. Kegiatan ini bisa sekaligus merekatkan tali batin antara kucing dengan pemiliknya. Tak beda dengan manusia, kucing pun butuh kasih sayang," katanya.

Sebagai bukti kasih sayang, kamar kucing pun dilengkapi dengan AC, ventilasi memadai dan kondisi kadangnya selalu bersih, sehingga kucing-kucing merasa nyaman.

"Meski kucing-kucing saya selalu sehat, namun tidak pernah disertakan dalam ajang lomba kucing, karena apa yang jalani ini, semata-mata atas dasar hobi dan karena rasa sayang saja," ujar Kurnia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya