Australia Tolak Minta Maaf Sadap RI, Ketua MPR: Gila!

Apa reaksi Ketua MPR Sidarto Danusubroto saat Perdana Menteri Australia minta maaf soal penyadapan ke pejabat Indonesia?

oleh Silvanus Alvin diperbarui 19 Nov 2013, 16:58 WIB
Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyatakan tidak akan minta maaf pada Indonesia atas penyadapan intelijen negaranya terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Lantas, apa kata pertama yang keluar dari mulut Ketua MPR RI Sidarto Danusubroto atas penolakan permintaan maaf dari Australia?

"Gila...," ujar Sidarto di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (19/11/2013).

Sidarto mengaku heran penolakan permintaan maaf yang dilakukan oleh Australia. Padahal, Indonesia telah menjalin hubungan bilateral yang cukup lama. "Itu tujuan dengan menggunakan segala cara ya seperti itu. The end justify all means," tegas Sidarto.

Mantan ajudan Presiden Soekarno ini juga mengatakan, aksi mata-mata yang dilakukan Negeri Kanguru tersebut merupakan perbuatan haram dan tak etis.

"Untuk tujuan negara yang bersangkutan, halal atau haram itu dibenarkan sama mereka. Kalau negara mengaku sahabat tapi melakukan tindakan haram ini, ini sangat tidak etis," tuturnya.

"Apa nyadap, apa nyolong, kalau perlu merampok, semua dihalalkan."

Terkait dengan masih adanya Dubes Australia di Indonesia, Sidarto mengatakan dengan nada yang cukup tinggi dan raut wajah marah. "Saya tidak tahu prosedur dubes asing di sini, tapi dengan kita tarik dubes kita di sana, dia harus tahu posisinya di sini," tandas Sidarto.

PM Australia Tony Abbot mengatakan pemerintah Australia tidak harus menjelaskan secara detil apapun usaha yang dilakukan untuk melindungi negaranya. Sebagaimana negara lain berusaha melindungi diri.

"Orang lain meminta kita untuk tidak melakukannya lagi kemudian mereka melakukan persiapan untuk melakukannya," katanya.

Menurut Abbott, penyadapan yang dilakukan intelijen Australia itu 'wajar' dilakukan. "Saya tidak yakin bahwa Australia harus meminta maaf atas operasi pengumpulan intelijen yang wajar, sama seperti saya tidak mengharapkan negara-negara atau pemerintah lain untuk meminta maaf atas operasi pengumpulan intelijen mereka yang wajar," tutur dia. (Mvi/Ism)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya