Pembajakan bus oleh pelajar kembali terjadi. Senin kemarin, sebanyak 21 siswa SMP di Jakarta Pusat diamankan kepolisian karena diduga membajak bus Mayasari Bakti yang tengah melintasi Jalan Gedung Wayang Orang. Hal ini pun membuat murka Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Menurut Ahok, kenakalan remaja seharusnya dapat dicegah jika para orangtua dan guru memperhatikan perkembangan anak-anak. Karena mereka yang paling mengenal anak-anak di sekitarnya dan berpotensi untuk melakukan deteksi awal.
"Gurunya mesti perhatikan. Masa anak kamu, muridmu nakal, kamu enggak tahu? Kan langsung ketahuan kan? Ngajar di kelas masa enggak tau sih, yang tukang tidur, tukang gangguin temen, harusnya tahu semua," cetus Ahok di Balaikota, Jakarta, Selasa (19/11/2013).
"Itu yang kita ingin. Minimal deteksi awal. Tapi bisa saja mereka (pelajar) terlalu kreatif kan?" imbuhnya.
Mantan Bupati Belitung Timur itu menyatakan, pihaknya tak akan mendiamkan kenakalan para pelajar itu. Mereka yang terbukti melakukan pembajakan akan diberikan sanksi tegas berupa pemindahan sekolah hingga drop out. Hukuman itu diambil karena Pemprov DKI ingin menghindari pemberian sanksi pidana pada anak-anak.
"Itu kita musti tegas, sudah! Mungkin tidak naik kelas, pindahkan sekolah lain, dipecat. Tapi kalau masih tawuran juga, kembalikan ke orangtua. Kalau orangtua masih protes juga, Anda yang paksa kami kan?" ucapnya.
"Kalau anak Anda dipenjarakan, Anda tidak mau juga kan. Ya sudah kalau gitu ikutin aturan sekolah. Kalau tidak mau, jangan sekolah di sekolah kami," pungkas Ahok.
Aksi pembajakan terjadi pada Senin 18 November kemarin. Dari tangan 21 siswa SMP itu, polisi menemukan 2 celurit, 1 tas berisi batu, dan 5 busur anak panah. Namun seorang siswa mengaku, senjata tajam itu milik seorang alumni yang kabur ketika melihat polisi. Sementara, dia dan teman-temannya hanya berniat jalan-jalan. (Ndy/Sss)
Menurut Ahok, kenakalan remaja seharusnya dapat dicegah jika para orangtua dan guru memperhatikan perkembangan anak-anak. Karena mereka yang paling mengenal anak-anak di sekitarnya dan berpotensi untuk melakukan deteksi awal.
"Gurunya mesti perhatikan. Masa anak kamu, muridmu nakal, kamu enggak tahu? Kan langsung ketahuan kan? Ngajar di kelas masa enggak tau sih, yang tukang tidur, tukang gangguin temen, harusnya tahu semua," cetus Ahok di Balaikota, Jakarta, Selasa (19/11/2013).
"Itu yang kita ingin. Minimal deteksi awal. Tapi bisa saja mereka (pelajar) terlalu kreatif kan?" imbuhnya.
Mantan Bupati Belitung Timur itu menyatakan, pihaknya tak akan mendiamkan kenakalan para pelajar itu. Mereka yang terbukti melakukan pembajakan akan diberikan sanksi tegas berupa pemindahan sekolah hingga drop out. Hukuman itu diambil karena Pemprov DKI ingin menghindari pemberian sanksi pidana pada anak-anak.
"Itu kita musti tegas, sudah! Mungkin tidak naik kelas, pindahkan sekolah lain, dipecat. Tapi kalau masih tawuran juga, kembalikan ke orangtua. Kalau orangtua masih protes juga, Anda yang paksa kami kan?" ucapnya.
"Kalau anak Anda dipenjarakan, Anda tidak mau juga kan. Ya sudah kalau gitu ikutin aturan sekolah. Kalau tidak mau, jangan sekolah di sekolah kami," pungkas Ahok.
Aksi pembajakan terjadi pada Senin 18 November kemarin. Dari tangan 21 siswa SMP itu, polisi menemukan 2 celurit, 1 tas berisi batu, dan 5 busur anak panah. Namun seorang siswa mengaku, senjata tajam itu milik seorang alumni yang kabur ketika melihat polisi. Sementara, dia dan teman-temannya hanya berniat jalan-jalan. (Ndy/Sss)