Mampukah Startup Indonesia Saingi China?

Dalam lima hingga 10 tahun ke depan, industri startup di Indonesia diyakini mampu menjadi sebesar China.

oleh Adhi Maulana diperbarui 21 Nov 2013, 13:29 WIB

Liputan6.com, Jakarta - China merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan industri startup tersubur di dunia. Di negeri Tirai Bambu tersebut, bisnis pengembangan aplikasi, game, ecommerce, hingga payment gateway menjadi ladang mata pencaharian yang didambakan oleh para generasi muda.

Jixun Foo, selaku ahli investasi dari firma GGV Capital menilai Indonesia pun memiliki peluang yang cukup besar untuk menyamai China di industri startup global.

Dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa dan pertumbuhan penetrasi internet yang sangat cepat. Foo meyakini dalam lima hingga 10 tahun ke depan, industri startup di Indonesia mampu menjadi sebesar China.

"Indonesia adalah lahan bisnis yang sangat menggiurkan. Otomotif dan manufaktur berhasil di sini, bukan tidak mungkin startup akan menjadi yang berikutnya. Pertumbuhan perangkat mobile, beserta gairah pasar yang terus menantikan inovasi terbaru adalah indikasi sebuah pasar yang baik," kata Foo, di gelaran Startup Asia Jakarta 2013 yang berlangsung hari ini, Kamis (21/11/2013).

Lebih lanjut Foo menjelaskan, di China sejumlah perusahaan berbasis teknologi seperti Baidu, YY.com, Qunar, Meilishuo, UCWeb, YoukuTudou, dan Xiaomi kini telah berhasil menguasai ekonomi domestik. Tren ini diprediksi bakal menjalar ke berbagai negara di wilayah Asia lainnya, termasuk Indonesia.

Namun Foo melihat bahwa Indonesia memiliki karakter pasar yang sedikit unik. Bahkan lebih rumit dibandingkan Singapura dan Thailand. Diperlukan kreativitas untuk dapat menguasai dan menarik perhatian pasar dengan selera dan kebutuhan yang beragam seperti Indonesia.

"Pasar Indonesia begitu luas, karakter masyarakatnya pun beragam. Perlu treatment khusus untuk bisa merengkuh pasar dengan kondisi seperti ini. Para pengembang dan pelaku bisnis startup di Indonesia harus lebih kreatif dan memasukkan banyak konten lokal dalam produknya," ungkap Foo. (dhi/dew)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya