4 Kunci Sukses KakaoTalk Bersaing di Startup Global

CEO Kakao Talk Sirgoo Lee memberikan bocoran kunci sukses yang ia terapkan pada perusahaannya. Ingin tahu apa saja?

oleh Adhi Maulana diperbarui 21 Nov 2013, 15:36 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Hingga saat ini Asia adalah salah satu wilayah penyumbang ekosistem aplikasi terbesar di dunia. Sejumlah aplikasi populer dengan basis pengguna yang sangat besar berasal dari Asia, khususnya untuk aplikasi segmen layanan perpesanan.

Kakao Talk contohnya. Salah satu platform messaging asal Korea Selatan ini diklaim telah memiliki jumlah pengguna lebih dari 100 juta sejak dirilis pada tahun 2012 silam. Kakao Talk mampu meraih posisi 5 besar dalam daftar aplikasi terlaris di toko aplikasi Google PlayStore maupun Apple App Store.

Akan tetapi kesuksesan yang diraih Kakao Talk tidaklah mudah dan membutuhkan proses panjang. Apalagi segmen layanan chatting telah diisi oleh sejumlah pesaing berat seperti Line, WeChat dan WhatsApp, yang juga memiliki basis pengguna luas.

Pada gelaran Startup Asia Jakarta 2013 yang digelar hari ini, Kamis (21/11/2013), CEO Kakao Talk Sirgoo Lee memberikan bocoran kunci sukses yang ia terapkan pada perusahaannya. Ingin tahu apa saja? Berikut 4 kunci sukses Kakao Talk bersaing di industri startup global.

1. Belajar dari kesalahan

Menurut Lee, startup adalah sektor bisnis yang sedikit sulit diperhitungkan kondisi pasarnya. Namun, hal itu tak perlu terlalu ditakutkan, karena yang terpenting dari proses pembangunan startup adalah memulainya.

Setelah menentukan konsep dan memulai, kita harus tahu kondisi segmen pasar mana yang ingin dituju. Setelah itu kesuksesan akan ditentukan lewat kekuatan promosi.

Namun itupun tidak menjamin Anda untuk langsung meraih kesuksesan. Bila gagal jangalah langsung menyerah. Pelajari kesalahan Anda, di langkah bagian mana Anda melakukan kesalah. Perbaiki, dan coba lagi membangun suatu yang baru.

Lee mengaku bahwa ia pun memulai bisnis startup dengan kegagalan. Di tahun 2007 ia sempat membuat sebuah layanan social ranking bernama Buru.com, dan Wisia.com di tahun 2008. Kedua layanan tersebut gagal total dan sama sekali tidak pernah dikunjungi oleh pengguna.

Namun dia bangkit dan mengalihkan target pasar dan merubah arah bisnisnya ke layanan perpesanan instan.

2. SDM IT mumpuni

Sebuah startup berbasisi teknologi tiada artinya tanpa dukungan sumber daya manusia yang mumpuni. Keberadaan seorang ahli IT di dalam tim pengembangan sangatlah vital. Konsep dan riset pasar yang baik tidak akan dapat ditransformasikan ke dalam bentuk produk yang sesuai tanpa seorang ahli IT.

SDM IT yang dimiliki dalam tim pengembangan produk akan menjadi eksekutor yang sangat menentukan hasil akhir. Mereka juga dapat diandalkan dalam meng-update inovasi teknologi di dalm ekosistem perusahaan.

Selain SDM di bidang IT, Lee juga menyarankan para pelaku bisnis startup memiliki tim pemasaran dan strategi promosi yang sesuai dengan kondisi pasar.

3. Lingkungan kerja yang baik

Sebuah startup tak bisa diperlakukan seperti sebuah perusahaan komersil pada umumnya. Di bisnis dibutuhkan kreatifitas, lingkungan kerja yang baik dan menyenangkan adalah faktor yang sangat penting.

Lee menerangkan, di Silicon Valley kultur kerja begitu santai sehingga proses kreatif tenaga kerja dapat berjalan dengan maksimal. Suasan kerja yang kaku dan konvensional diyakini akan membunuh kreatifitas tenaga kerja.

Menurut Lee, seorang pimpinan sebuah startup yang baik akan membenahi sektor lingkungan kerja terlebih dulu, sebelum ia memikirkan strategi pemasaran.

4. Membangun basis pengguna loyal

Tanpa pengguna, bisnis startup tak memiliki nilai. Sebuah perusahaan startup harus memiliki sejumlah strategi untuk menarik minat dan membuat pengguba nyaman dengan fasilitas layanan yang ditawarkan.

Sebelum memberi fasilitas pendukung dan berbagai jenis program tambahan, sangat penting bagi Anda untuk memastikan layanan utama berjalan dengan baik.

Contohnya, Lee tak pernah membiarkan pengguna Kakao Talk dikecewakan dengan terlambatnya pesan yang dikirimkan. Bila pun terjadi, ia selalu memikirkan bagaimana caranya membuat pengguna mengerti bahwa kejadian serupa tak akan terulang.

(dhi/dew)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya