Miliarder asal Arab Saudi, Pangeran Alwaleed bin Talal mengatakan Twitter harus fokus mencetak uang lebih banyak setelah salah satu orang terkaya dunia ini meraup US$ 1,82 miliar dari penawaran saham perdana perusahaan.
Miliarder yang dua tahun lalu menanamkan uang senilai US$ 300 juta di Twitter Inc. berharap perusahaan tersebut dapat memberi keuntungan lebih besar melalui perdagangan saham.
"Pertanyaannya saat ini, bagaimana (Twitter) melihat proses monetisasi yang ada," ungkap Alwaleed seperti dikutip dari Business Report, Jumat (22/11/2013).
Menurut dia, Twitter masih berada di garis awal perjuangan. Perusahaan jejaring sosial multinasional itu diyakini memiliki simpanan dalam jumlah besar di bank saat ini.
"Tapi penetrasinya di Amerika Serikat dan dunia masih sangat minim, jadi masih banyak sekali peluang untuk berkembang," ungkap dia.
Selain membeli saham seharga US$ 300 juta di Twitter, pria super kaya asal Arab Saudi itu juga memiliki saham di Apple Inc. dan Citigroup Inc. Keuntungan besarnya terlihat saat saham Twitter melonjak 73% di perdagangan pertamanya pada 7 November. Saat itu, Twitter berhasil menjual 70 lembar saham pada investor.
Dengan bergantung pada saham, Alwaleed dan investor Twitter lain yakin perusahaan ini masih mampu menghasilkan pendapatan lebih dari 200 juta penggunanya di seluruh dunia.
"Saat kami menganalisa Twitter, kami yakin pada model bisnisnya. Kami mempertaruhkan modal kami di perusahaan tersebut, dan kami yakin proses monetisasinya akan berhasil," tutur dia.
Saat ini, Twitter mendapatkan keuntungan dari para investor yang mengincar perusahaan yang pasarnya berpotensi berkembang lebih jauh. Twitter tetap harus mempertahankan model bisnisnya.
Namun, meski penghasilan meningkat hingga US$ 543,5 juta dalam setahun, pertumbuhan pengguna Twitter masih lamban sekitar 39%. Padahal sebelumnya pengguna Twitter mampu melonjak hingga 65% di tahun sebelumnya. (Sis/Nur)
Miliarder yang dua tahun lalu menanamkan uang senilai US$ 300 juta di Twitter Inc. berharap perusahaan tersebut dapat memberi keuntungan lebih besar melalui perdagangan saham.
"Pertanyaannya saat ini, bagaimana (Twitter) melihat proses monetisasi yang ada," ungkap Alwaleed seperti dikutip dari Business Report, Jumat (22/11/2013).
Menurut dia, Twitter masih berada di garis awal perjuangan. Perusahaan jejaring sosial multinasional itu diyakini memiliki simpanan dalam jumlah besar di bank saat ini.
"Tapi penetrasinya di Amerika Serikat dan dunia masih sangat minim, jadi masih banyak sekali peluang untuk berkembang," ungkap dia.
Selain membeli saham seharga US$ 300 juta di Twitter, pria super kaya asal Arab Saudi itu juga memiliki saham di Apple Inc. dan Citigroup Inc. Keuntungan besarnya terlihat saat saham Twitter melonjak 73% di perdagangan pertamanya pada 7 November. Saat itu, Twitter berhasil menjual 70 lembar saham pada investor.
Dengan bergantung pada saham, Alwaleed dan investor Twitter lain yakin perusahaan ini masih mampu menghasilkan pendapatan lebih dari 200 juta penggunanya di seluruh dunia.
"Saat kami menganalisa Twitter, kami yakin pada model bisnisnya. Kami mempertaruhkan modal kami di perusahaan tersebut, dan kami yakin proses monetisasinya akan berhasil," tutur dia.
Saat ini, Twitter mendapatkan keuntungan dari para investor yang mengincar perusahaan yang pasarnya berpotensi berkembang lebih jauh. Twitter tetap harus mempertahankan model bisnisnya.
Namun, meski penghasilan meningkat hingga US$ 543,5 juta dalam setahun, pertumbuhan pengguna Twitter masih lamban sekitar 39%. Padahal sebelumnya pengguna Twitter mampu melonjak hingga 65% di tahun sebelumnya. (Sis/Nur)