Kenakalan remaja dirasa semakin meningkat, terlebih di ibukota. Terjadinya tawuran dan berbagai kenakalan remaja atau pelajar dikarenakan kurangnya saluran bagi potensi anak, seperti sanggar atau komunitas yang bisa membina anak-anak untuk mengembangkan bakat.
Menurut Kepala Disparbud DKI Jakarta Arie Budhiman, anak-anak perlu ruang interaktif dan kreasi untuk menyalurkan kreatifitas mereka ke arah yang positif.
“Tawuran dan berbagai kenakalan anak-anak, bisa kita minimalisirkan atau hilangkan dengan pendekatan melalui kegiatan seni dan budaya bagi anak-anak. Kita ingin menciptakan Jakarta lebih baik melalui anak-anak,” kata Arie di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (21/11/2013).
Maka, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI akan menggalakkan Gerakan Kebudayaan bagi anak-anak dan remaja. Mulai tahun depan, Disparbud DKI akan membuka outlet-outlet seni dan budaya di balai latihan kesenian kelurahan yang ada di 5 wilayah DKI Jakarta.
Di tempat itu nantinya anak-anak jalanan dan anak putus sekolah dibina dan diberdayakan untuk belajar seni dan budaya. Program tersebut merupakan pengembangan dari Sanggar Anak Akar di Jakarta Timur yang telah mampu mendidik, membina dan memberdayakan anak-anak tersebut untuk belajar seni dan budaya sejak tahun 1990.
“Anak-anak ini menjadi mandiri dan mampu berkreasi dengan positif. Ini akan menjadi model bagi Disparbud. Saya pesan silakan datang ke Sanggar Anak Akar, karena ini akan kita jadikan model yang akan kita kembangkan. Anak-anak ini harus punya ruang mengekspresikan dan berkarya. Juga harus diberikan panggung untuk tampil,” jelas Arie.
Sasaran dari Sanggar Anak Akar ini adalah anak-anak dan remaja karena dalam usia produktif tersebut anak-anak membutuhkan ruang untuk menuangkan kreasinya sesuai dengan pencarian jati dirinya. (Tya/Mvi)
Menurut Kepala Disparbud DKI Jakarta Arie Budhiman, anak-anak perlu ruang interaktif dan kreasi untuk menyalurkan kreatifitas mereka ke arah yang positif.
“Tawuran dan berbagai kenakalan anak-anak, bisa kita minimalisirkan atau hilangkan dengan pendekatan melalui kegiatan seni dan budaya bagi anak-anak. Kita ingin menciptakan Jakarta lebih baik melalui anak-anak,” kata Arie di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (21/11/2013).
Maka, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI akan menggalakkan Gerakan Kebudayaan bagi anak-anak dan remaja. Mulai tahun depan, Disparbud DKI akan membuka outlet-outlet seni dan budaya di balai latihan kesenian kelurahan yang ada di 5 wilayah DKI Jakarta.
Di tempat itu nantinya anak-anak jalanan dan anak putus sekolah dibina dan diberdayakan untuk belajar seni dan budaya. Program tersebut merupakan pengembangan dari Sanggar Anak Akar di Jakarta Timur yang telah mampu mendidik, membina dan memberdayakan anak-anak tersebut untuk belajar seni dan budaya sejak tahun 1990.
“Anak-anak ini menjadi mandiri dan mampu berkreasi dengan positif. Ini akan menjadi model bagi Disparbud. Saya pesan silakan datang ke Sanggar Anak Akar, karena ini akan kita jadikan model yang akan kita kembangkan. Anak-anak ini harus punya ruang mengekspresikan dan berkarya. Juga harus diberikan panggung untuk tampil,” jelas Arie.
Sasaran dari Sanggar Anak Akar ini adalah anak-anak dan remaja karena dalam usia produktif tersebut anak-anak membutuhkan ruang untuk menuangkan kreasinya sesuai dengan pencarian jati dirinya. (Tya/Mvi)