Minimnya pengetahuan reproduksi di kalangan remaja membuat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengusulkan adanya kurikulum kesehatan reproduksi mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Namun sampai saat ini usul tersebut belum bisa diwujudkan.
"Kami sudah berusaha, namun belum ada respons positif dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memasukan pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja ke dalam kurikulum pendidikan," kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Dr. Sudibyo Alomoeso, MA, ditulis Jumat (22/11/2013).
Walaupun usulan tersebut belum berhasil, Sudibyo mengatakan BKKBN terus berupaya membawa remaja ke dalam kegiatan yang berdampak positif. "Selain mengajak mereka aktif di kegiatan positif, kami (BKKBN) melakukan pendekatan ke sekolah-sekolah. Kami harap guru bimbingan konseling dapat menginformasikan tentang kesehatan reproduksi kepada remaja," katanya.
Sudibyo menambahkan pendidikan reproduksi ini sangat penting, agar seluruh remaja di Indonesia bisa mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini. Selain itu tujuan lainnya yaitu mengurangi kasus aborsi dan seks pranikah di kalangan remaja.
"Minimnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja bisa berpengaruh pada perilaku seks remaja pranikah. Akhir-akhir ini perilaku remaja mengindikasi ke arah perbuatan berisiko seperti aborsi dan seks pranikah," ungkapnya.
Sudibyo berharap para remaja lebih menyadari pentingnya mengelola aset pribadinya mulai dari menjaga diri sendiri, pergaulan, pendidikan dan masa depannya. "Kaum muda penerus bangsa ini harus dapat merencanakan hidupnya ke depan demi mencapai suatu yang terbaik bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara," kata Sudibyo.
(Mia/Abd)
Advertisement