Pertumbuhan industri kreatif Tanah Air kian bergeliat dengan kemunculan sejumlah perusahaan perintis (startup). Project Shoe, merupakan salah satu startup yang bukan hanya memasarkan produk tetapi juga melibatkan pengguna secara langsung.
Sesuai dengan namanya, startup ini lebih ditujukan bagi wanita yang hendak memesan sepatu yang sesuai dengan keinginan dan karakter pribadinya. Nantinya pemesan bisa mengkostumisasi model, warna, dan material sepatu sesuai keinginan.
Hingga saat ini portal Project Shoe masih dalam proses pengembangan sejak enam bulan terakhir. Namun begitu calon pemesan bisa mendaftarkan alamat email untuk menerima notifikasi saat situs mulai bisa diakses secara resmi.
"Seluruh proses produksi dan manajemen ada di Indonesia, namun kami lebih menyasar pasar luar Indonesia atau lebih tepatnya mereka yang memiliki penghasilan mulai dari USD 1.500 per bulan," ucap Andi Annisa selaku CEO Project Shoe di ajang Startup Asia Jakarta 2013.
Meski dirasa mahal namun Annisa optimis jika sepatu produksinya dapat diterima dengan baik di pasaran. Wanita produktif berusia 15-40 tahun merupakan target utama dari bisnis ini.
Negara maju di belahan benua Eropa dan Amerika, serta Hong Kong dan Singapura merupakan target utama bisnis ini. Annisa beralasan jika wanita di negara maju lebih menghargai eksklusivitas dan kenyamanan hingga rela membayar mahal untuk sebuah produk.
"Berbeda dengan negara berkembang seperti Indonesia yang orang-orangnya justru mementingkan brand hingga sedihnya produsen lokal dengan kualitas tinggi tetap dipandang sebelah mata," ujar Annisa kepada tim Tekno Liputan6.com.
Berawal Dari Membayangkan Bisa Memakai Sepatu Yang Sempurna
Sadar jika setiap orang memiliki karakter dan keunikan kaki yang berbeda, menginspirasi Annisa untuk mengembangkan bisnis ini. Selain bisa mengkostumisasi bahan, ukuran, serta tinggi hak sepatu pemesan secara tidak langsung bisa menjadi desainer bagi diri sendiri.
Kehadiran portal ini juga untuk mengedukasi pengakses mengenai kesesuaian sepatu dengan keinginan dan kebutuhan. "Jadi bukan sekedar mengikuti tren tapi nggak memaksakan karena tidak sesuai dengan karakter kaki sang pemakai," lanjutnya lagi.
Di awal kehadirannya, portal ini nantinya akan menawarkan 12 model sepatu dengan 170 bahan berbeda yang bisa disesuaikan dengan keinginan pemesan. Setelah resmi dirilis, portal ini akan meyediakan beberapa koleksi contoh model sepatu terbaru setiap bulannya.
Sadar jika pasar yang dibidik merupakan kelas menengah atas, maka bisnis ini rencananya akan menerapkan pila pembayaran melalui Pay Pall dan kartu kredit. Sedangkan jasa pengiriman nantinya akan melalui Fedex.
"Bagi pemesan yang merasa tidak menerima pesanan sesuai keinginan, kami menerima pengembalian dan pemesan bisa menukarnya," ujar Annisa.
Sayangnya tim pengembang Project Shoe belum berencana untuk menghadirkan aplikasi mobile bagi bisnis kostumisasi pesanan sepatu ini. (vin/dew)
Sesuai dengan namanya, startup ini lebih ditujukan bagi wanita yang hendak memesan sepatu yang sesuai dengan keinginan dan karakter pribadinya. Nantinya pemesan bisa mengkostumisasi model, warna, dan material sepatu sesuai keinginan.
Hingga saat ini portal Project Shoe masih dalam proses pengembangan sejak enam bulan terakhir. Namun begitu calon pemesan bisa mendaftarkan alamat email untuk menerima notifikasi saat situs mulai bisa diakses secara resmi.
"Seluruh proses produksi dan manajemen ada di Indonesia, namun kami lebih menyasar pasar luar Indonesia atau lebih tepatnya mereka yang memiliki penghasilan mulai dari USD 1.500 per bulan," ucap Andi Annisa selaku CEO Project Shoe di ajang Startup Asia Jakarta 2013.
Meski dirasa mahal namun Annisa optimis jika sepatu produksinya dapat diterima dengan baik di pasaran. Wanita produktif berusia 15-40 tahun merupakan target utama dari bisnis ini.
Negara maju di belahan benua Eropa dan Amerika, serta Hong Kong dan Singapura merupakan target utama bisnis ini. Annisa beralasan jika wanita di negara maju lebih menghargai eksklusivitas dan kenyamanan hingga rela membayar mahal untuk sebuah produk.
"Berbeda dengan negara berkembang seperti Indonesia yang orang-orangnya justru mementingkan brand hingga sedihnya produsen lokal dengan kualitas tinggi tetap dipandang sebelah mata," ujar Annisa kepada tim Tekno Liputan6.com.
Berawal Dari Membayangkan Bisa Memakai Sepatu Yang Sempurna
Sadar jika setiap orang memiliki karakter dan keunikan kaki yang berbeda, menginspirasi Annisa untuk mengembangkan bisnis ini. Selain bisa mengkostumisasi bahan, ukuran, serta tinggi hak sepatu pemesan secara tidak langsung bisa menjadi desainer bagi diri sendiri.
Kehadiran portal ini juga untuk mengedukasi pengakses mengenai kesesuaian sepatu dengan keinginan dan kebutuhan. "Jadi bukan sekedar mengikuti tren tapi nggak memaksakan karena tidak sesuai dengan karakter kaki sang pemakai," lanjutnya lagi.
Di awal kehadirannya, portal ini nantinya akan menawarkan 12 model sepatu dengan 170 bahan berbeda yang bisa disesuaikan dengan keinginan pemesan. Setelah resmi dirilis, portal ini akan meyediakan beberapa koleksi contoh model sepatu terbaru setiap bulannya.
Sadar jika pasar yang dibidik merupakan kelas menengah atas, maka bisnis ini rencananya akan menerapkan pila pembayaran melalui Pay Pall dan kartu kredit. Sedangkan jasa pengiriman nantinya akan melalui Fedex.
"Bagi pemesan yang merasa tidak menerima pesanan sesuai keinginan, kami menerima pengembalian dan pemesan bisa menukarnya," ujar Annisa.
Sayangnya tim pengembang Project Shoe belum berencana untuk menghadirkan aplikasi mobile bagi bisnis kostumisasi pesanan sepatu ini. (vin/dew)