Niat membeli rumah kini tak hanya sekadar mencari tempat untuk berteduh. Rumah dan properti lainnya kini sudah beralih peran menjadi salah satu instrumen investasi dengan tingkat keuntungan menjanjikan. Gejala itu pula yang ditangkap pemerintah.
Wakil Presiden Boediono mengungkapkan masih ada pengembang properti maupun konsumen yang menjadi rumah sebagai pilihan investasi menjanjikan ke depan. Alasannya, harga rumah setiap tahun terus mengalami lonjakan.
Fenomena yang muncul ini, tentunya tidak sejalan dengan program pemerintah untuk menyediakan pasokan rumah untuk memenuhi kebutuhan papan secara nasional. Padahal Indonesia mengalami kekurangan rumah (backlog) sebanyak 15 juta unit.
"Kita tidak boleh membiarkan backlog naik terus dan tidak sesuai dengan tujuan dari pembangunan rumah. Mereka bangun rumah demi mencari keuntungan (capital gain) dan bukan untuk mengurangi backlog," tegas Boediono di Jakarta, Senin (25/11/2013).
Gejala pembelian rumah sebagai objek investasi, diakui Boediono, sudah menjamur. Terbukti dengan banjirnya permintaan rumah bukan sebagai hunian melainkan alat untuk mengeruk kentungan.
"Daripada harus mendepositokan uangnya dengan bunga 6%-7% per tahun, lebih baik investasi rumah," ucapnya.
Pemerintah saat ini mengaku tengah mencari agar pengembang dapat mengurangi pembangunan rumah yang bertujuan sebagai investasi dibandingkan memenuhi kebutuhan papan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Salah satu usul yang muncul adalah insentif tertentu yang diberikan pada pengembang agar dominasi tujuan investasi di sektor perumahan berkurang. "Kami juga akan menetapkan aturan yang mendukung dunia usaha di sektor properti termasuk real estate," pungkas Boediono. (Fik/Shd)
Wakil Presiden Boediono mengungkapkan masih ada pengembang properti maupun konsumen yang menjadi rumah sebagai pilihan investasi menjanjikan ke depan. Alasannya, harga rumah setiap tahun terus mengalami lonjakan.
Fenomena yang muncul ini, tentunya tidak sejalan dengan program pemerintah untuk menyediakan pasokan rumah untuk memenuhi kebutuhan papan secara nasional. Padahal Indonesia mengalami kekurangan rumah (backlog) sebanyak 15 juta unit.
"Kita tidak boleh membiarkan backlog naik terus dan tidak sesuai dengan tujuan dari pembangunan rumah. Mereka bangun rumah demi mencari keuntungan (capital gain) dan bukan untuk mengurangi backlog," tegas Boediono di Jakarta, Senin (25/11/2013).
Gejala pembelian rumah sebagai objek investasi, diakui Boediono, sudah menjamur. Terbukti dengan banjirnya permintaan rumah bukan sebagai hunian melainkan alat untuk mengeruk kentungan.
"Daripada harus mendepositokan uangnya dengan bunga 6%-7% per tahun, lebih baik investasi rumah," ucapnya.
Pemerintah saat ini mengaku tengah mencari agar pengembang dapat mengurangi pembangunan rumah yang bertujuan sebagai investasi dibandingkan memenuhi kebutuhan papan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Salah satu usul yang muncul adalah insentif tertentu yang diberikan pada pengembang agar dominasi tujuan investasi di sektor perumahan berkurang. "Kami juga akan menetapkan aturan yang mendukung dunia usaha di sektor properti termasuk real estate," pungkas Boediono. (Fik/Shd)