Sudah 2 hari para pengunjuk rasa memenuhi jalanan ibukota Thailand, Bangkok. Di tengah ketegangan antarkubu politik di Negeri Gajah Putih.
Massa penentang pemerintah Perdana Menteri Yingluck Shinawatra kembali berkumpul di Bangkok, hari ini. Jumlahnya diperkirakan mencapai 30 ribu orang.
Ribuan pendemo mengepung kompleks Kementerian Keuangan dalam protes yang mewacanakan penggulingan pemerintah dan mengakhiri apa yang dianggap sebagai pengaruh lanjutan dari mantan perdana menteri terguling, Thaksin Shinawatra. Demo juga menyebar ke 13 lokasi di seluruh Bangkok, memacetkan lalu lintas, membuat khawatir warga juga turis.
Protes dipicu kontroversi RUU amnesti politik yang didukung pemerintah. Oposisi menilai, legislasi itu sebagai kedok untuk memberi peluang mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra -- kakak kandung PM Yingluck Shinawatra saat ini -- kembali ke Thailand tanpa menjalani hukuman atas kasus korupsi. RUU tersebut ditolak di Senat awal bulan ini.
Meski pihak pemerintah tak akan lagi memperjuangkannya, RUU tersebut sudah terlanjur memicu protes jalanan, memicu kembali perpecahan politik, dan meningkatkan momok kekacauan politik baru di negara Asia Tenggara.
Meski ada desakan mundur, PM Yingluck menolak menyerahkan jabatan. "Saya tak punya niat untuk mundur atau membubarkan DPR," kata dia seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (25/11/2013).
"Kabinet masih berfungsi meski menghadapi sejumlah kesulitan. Masing-masing pihak telah menunjukkan tujuan politik mereka. Sekarang saatnya saling berhadapan dan bicara untuk menemukan cara yang damai demi negara," lanjut Yingluck
Analis dari Chulalongkorn University, Thitinan Pongsudhirak, mengatakan ini adalah minggu yang genting bagi pemerintah. "Pilihan sangat terbatas bagi pemerintah," kata dia.
Para pengunjuk rasa hari ini berbaris mendemo 12 gedung, termasuk markas militer Royal Thai Army dan mendorong PNS ikut berdemo.
"Kami akan melakukan protes damai, meniup peluit dan membagikan bunga," kata Suthep Thaugsuban, mantan deputi perdana menteri dalam pemerintahan Demokrat yang kini menjadi pimpinan demo.
Kepala Dewan Keamanan Nasional Thailand Paradorn Pattanathabutr mengatakan, 180 orang turun ke jalan Minggu kemarin, jauh dari perkiraan pemerintah yakni 100 ribu. Itu adalah protes politik yang paling signifikan di Thailand sejak unjuk rasa berdarah pada 2010.
Thaksin, yang menang dalam pemilu 2001 dan terguling pada 2005, tetap dianggap pahlawan di kalangan masyarakat miskin, yang suara mereka membantu kemenangan Yingluck. Namun, skandal korupsi terus menggerus popularitasnya di kalangan kelas menengah Bangkok. (Ein/Yus)
Massa penentang pemerintah Perdana Menteri Yingluck Shinawatra kembali berkumpul di Bangkok, hari ini. Jumlahnya diperkirakan mencapai 30 ribu orang.
Ribuan pendemo mengepung kompleks Kementerian Keuangan dalam protes yang mewacanakan penggulingan pemerintah dan mengakhiri apa yang dianggap sebagai pengaruh lanjutan dari mantan perdana menteri terguling, Thaksin Shinawatra. Demo juga menyebar ke 13 lokasi di seluruh Bangkok, memacetkan lalu lintas, membuat khawatir warga juga turis.
Protes dipicu kontroversi RUU amnesti politik yang didukung pemerintah. Oposisi menilai, legislasi itu sebagai kedok untuk memberi peluang mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra -- kakak kandung PM Yingluck Shinawatra saat ini -- kembali ke Thailand tanpa menjalani hukuman atas kasus korupsi. RUU tersebut ditolak di Senat awal bulan ini.
Meski pihak pemerintah tak akan lagi memperjuangkannya, RUU tersebut sudah terlanjur memicu protes jalanan, memicu kembali perpecahan politik, dan meningkatkan momok kekacauan politik baru di negara Asia Tenggara.
Meski ada desakan mundur, PM Yingluck menolak menyerahkan jabatan. "Saya tak punya niat untuk mundur atau membubarkan DPR," kata dia seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (25/11/2013).
"Kabinet masih berfungsi meski menghadapi sejumlah kesulitan. Masing-masing pihak telah menunjukkan tujuan politik mereka. Sekarang saatnya saling berhadapan dan bicara untuk menemukan cara yang damai demi negara," lanjut Yingluck
Analis dari Chulalongkorn University, Thitinan Pongsudhirak, mengatakan ini adalah minggu yang genting bagi pemerintah. "Pilihan sangat terbatas bagi pemerintah," kata dia.
Para pengunjuk rasa hari ini berbaris mendemo 12 gedung, termasuk markas militer Royal Thai Army dan mendorong PNS ikut berdemo.
"Kami akan melakukan protes damai, meniup peluit dan membagikan bunga," kata Suthep Thaugsuban, mantan deputi perdana menteri dalam pemerintahan Demokrat yang kini menjadi pimpinan demo.
Kepala Dewan Keamanan Nasional Thailand Paradorn Pattanathabutr mengatakan, 180 orang turun ke jalan Minggu kemarin, jauh dari perkiraan pemerintah yakni 100 ribu. Itu adalah protes politik yang paling signifikan di Thailand sejak unjuk rasa berdarah pada 2010.
Thaksin, yang menang dalam pemilu 2001 dan terguling pada 2005, tetap dianggap pahlawan di kalangan masyarakat miskin, yang suara mereka membantu kemenangan Yingluck. Namun, skandal korupsi terus menggerus popularitasnya di kalangan kelas menengah Bangkok. (Ein/Yus)