Kunjungan Turis Jalan Instan Buat RI Tambah Devisa

BI tengah berupaya keras untuk menurunkan defisit transaksi berjalan yang masih berada di level 3,8% terhadap produk domestik bruto (PDB).

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 25 Nov 2013, 20:08 WIB
Bank Indonesia (BI) tengah berupaya keras untuk menurunkan defisit transaksi berjalan yang masih berada di level 3,8% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau lebih tinggi dari ambang batas yang diamanahkan dalam Undang-undang (UU) sebesar 3% dari PDB.

Salah satunya menggenjot penerimaan devisa negara melalui kebijakan untuk menarik kunjungan turis ke Indonesia.

Deputi Gubernur BI, Mirza Adityaswara mengatakan, pihaknya bersama pemerintah ingin kembali menyehatkan neraca transaksi berjalan yang defisit selama sembilan bulan di tahun ini. Upaya untuk menambal defisit tersebut, Indonesia membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit.

"Pemerintah harus bisa mengurangi impor minyak, mendirikan perusahaan reasuransi di Indonesia karena kini banyak orang mengasuransikan pabrik dan rumah ke luar negeri, karena kurangnya kapasitas di sini," ujar dia di Jakarta, Senin (25/11/2013).

Mirza menambahkan, cara lain untuk meningkatkan devisa negara dan mengurangi defisit transaksi berjalan dalah dengan mendorong kunjungan pelancong asing ke Indonesia.

"Turis merupakan salah satu masuknya sumber devisa. Tapi sayangnya kunjungan turis ke Indonesia masih sekitar 6 juta orang per tahun kalah dengan Malaysia yang bisa menembus 20 juta turis per tahun. Harusnya potensi lebih besar kita," keluh dia.

Dikatakan Mirza, tren inflasi dan defisit transaksi berjalan Indonesia sudah mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

Dia memperkirakan inflasi hingga akhir tahun ini bisa berada di bawah 9%. Sedangkan pada 2014, inflasi diharapkan bisa di kisaran 3,5%-5,5%.

"Ekspor impor barang dan jasa trennya juga semakin membaik. Terlihat dari penurunan defisit transaksi berjalan dari 4,4% di kuartal II menjadi 3,8% terhadap PDB di kuartal III ini. Mudah-mudahan defisit bisa di bawah 3% tahun depan dengan bauran kebijakan dari BI, termasuk sektor riil," jelas dia.

Bauran kebijakan BI, menurut Mirza, menyangkut kenaikan suku bunga acua (BI Rate), pengetatan load to deposit ratio (LDR), penerbitan aturan loan to value (LTV) dan sebagainya.

"BI tetap akan melakukan bauran kebijakan tanpa melupakan kesehatan perbankan dan sektor riil. Karena kami juga tidak mau ada kredit bermasalah, makanya bank juga harus bisa mengendalikan kreditnya. Tidak mungkin BI akan membuat kebijakan yang merugikan situasi perbankan dan ekonomi makro," pungkas dia.

Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menambahkan, kunjungan turis paling cepat menghasilkan devisa negara.

"Dari pada lewat ekspor kita mesti susah payah. Makanya kita harus membenahi bandara supaya bisa meningkatkan jumlah kunjungan turis dan membantu mengurangi defisit transaksi berjalan," tandas dia. (Fik/Nur)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya