Pemerintah menghimbau PT Pertamina (Persero) untuk melihat dahulu kondisi perekonomian tahun depan, jika ingin menaikan harga elpiji non subsidi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah mengerti perusahaan minyak pelat merah tersebut telah menanggung kerugian yang cukup besar karena menjual elpiji 12 kg dengan harga yang tidak sesuai dengan keekonomian.
"Saya selalu mengatakan bahwa perlu memang karena Pertamina mengalami defisit besar sekali," kata Hatta usai menghadiri Konsultasi dan Diskusi Publik tentang Masalah Banjir, rob, Penurunan Muka Tanah dan Degradasi Lingkungan Pesisir Ibukota NKRI, di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Selasa (26/11/2013).
Dari sisi perusahaan, kenaikan harga elpiji non subsidi itu memang baik karena akan mengurangi kerugian yang mencapai Rp 20 triliun. Namun menurut Hatta, kebaikan bagi perusahaan belum tentu kebaikan bagi kondisi perekonomian. Pasalnya kenaikan harga elpiji 12 kg tersebut akan menimbulkan dampak bagi perekonomian.
"kalau melihat sisi korporat tentu begitu. Kalau ekonomi dilihat dulu. Tahun depan saya tidak mau bicara dilihat dulu sisi ekonomi, inflasi," pungkasnya.
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan sebelumnya mengaku perseroan harus menanggung kerugian Rp 20 triliun dari penjualan elpiji 12 kilogram dalam lima tahun terakhir. Kerugian itu disebabkan perusahaan pelat merah itu menjual elpiji 12 kg lebih murah dari harga keekonomian.
Menurut data Pertamina, harga jual elpiji saat ini sekitar Rp 5.750 per kg, sedangkan harga keekonomiannya fluktuatif berkisar Rp 11 ribu per kg.
Kerena itu Pertamina bakal naik pada awal tahun depan. Kenaikan harga tersebut dilakukan guna menekan kerugian yang harus ditanggung perseroan akibat penjualan elpiji non subsidi tersebut. (Pew/Ndw)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah mengerti perusahaan minyak pelat merah tersebut telah menanggung kerugian yang cukup besar karena menjual elpiji 12 kg dengan harga yang tidak sesuai dengan keekonomian.
"Saya selalu mengatakan bahwa perlu memang karena Pertamina mengalami defisit besar sekali," kata Hatta usai menghadiri Konsultasi dan Diskusi Publik tentang Masalah Banjir, rob, Penurunan Muka Tanah dan Degradasi Lingkungan Pesisir Ibukota NKRI, di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Selasa (26/11/2013).
Dari sisi perusahaan, kenaikan harga elpiji non subsidi itu memang baik karena akan mengurangi kerugian yang mencapai Rp 20 triliun. Namun menurut Hatta, kebaikan bagi perusahaan belum tentu kebaikan bagi kondisi perekonomian. Pasalnya kenaikan harga elpiji 12 kg tersebut akan menimbulkan dampak bagi perekonomian.
"kalau melihat sisi korporat tentu begitu. Kalau ekonomi dilihat dulu. Tahun depan saya tidak mau bicara dilihat dulu sisi ekonomi, inflasi," pungkasnya.
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan sebelumnya mengaku perseroan harus menanggung kerugian Rp 20 triliun dari penjualan elpiji 12 kilogram dalam lima tahun terakhir. Kerugian itu disebabkan perusahaan pelat merah itu menjual elpiji 12 kg lebih murah dari harga keekonomian.
Menurut data Pertamina, harga jual elpiji saat ini sekitar Rp 5.750 per kg, sedangkan harga keekonomiannya fluktuatif berkisar Rp 11 ribu per kg.
Kerena itu Pertamina bakal naik pada awal tahun depan. Kenaikan harga tersebut dilakukan guna menekan kerugian yang harus ditanggung perseroan akibat penjualan elpiji non subsidi tersebut. (Pew/Ndw)