4 Perilaku Nekat Saat Remaja Putri Hamil di Luar Nikah

Remaja zaman sekarang sudah melakukan hubungan intim di usia muda. Ada 4 perilaku nekat yang dilakukan saat si remaja keburu hamil.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 26 Nov 2013, 12:22 WIB

Remaja zaman sekarang sudah berani melakukan hubungan intim di usia yang masih relatif muda, yaitu 14 tahun. Akibatnya, banyak remaja putri hamil sebelum waktunya.

Untuk menghindari itu, para remaja putri harus memahami masalah apa yang akan timbul dari kehamilan yang tak diinginkan.

Berikut 4 masalah yang timbul dari kehamilan yang tak diinginkan, seperti yang dijelaskan Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Millenium Development Goals (MDGs), Prof. Nila F. Moeloek, MD, Ph.D.

Empat hal ini dikatakan Nila di acara Seminar 'Keluarga Adalah Pilar Pertama dan Utama Dalam Membangun Bangsa', di Gedung BKKBN, Halim Perdanakusumah, Jakarta, Selasa (26/11/2013):

1. Putus sekolah

Ketika tahu dirinya mengandung, banyak remaja putri yang malu untuk datang ke sekolah. Anak itu takut, ketika ia masuk ke sekolah, dirinya akan menjadi bulan-bulanan temannya.

Selain itu, masih banyak sekolah yang menolak memberikan izin muridnya yang ketahuan hamil untuk mengikuti ujian. Akibatnya, anak itu memilih untuk tidak sekolah, dan tidak melanjutkan pendidikannya.

"Saya sebenarnya sedih, kenapa perempuan hamil tidak boleh ikut ujian? Beneran sedih, karena apa hubungannya anak yang hamil dengan ujian yang diikutinya. Itu kan haknya dia," kata Nila Moeloek.

2. Aborsi tak aman

Menggugurkan kandungan atau aborsi biasanya dipilih oleh para remaja itu, ketika tahu dirinya hamil di luar nikah.

Jalan pintas ini dilakukan, karena banyak dari remaja tak sanggup untuk mengatakan yang sejujurnya kepada orangtunya. Dan memikul beban berat seperti itu.

Nila F Moeloek mengatakan, karena tak adanya uang untuk menggugurkannya di rumah sakit, remaja itu memilih menggugurkannya di tempat-tempat yang tidak 'aman'.

3. Meningkatnya risiko kematian ibu

Hamil di usia yang masih relatif kecil, membuat para remaja itu berisiko mengalami kematian ketika melahirkan.

Selain itu, ketika ada remaja yang memilih untuk aborsi, tak jarang berujung pada kematian juga.

4. Meningkatnya risiko mortalitas dan mordibitas bayi

Ketika remaja putri hamil, dan memutuskan untuk menggugurkannya, sama saja dia meningkatkan angka kematian bayi.

Sedangkan ketika remaja putri berniat untuk melahirkan si anak, sama saja dia meningkatkan angka kelahiran bayi.

Nila mengatakan, semoga dengan adanya pengetahuan seperti ini, diharapkan para remaja tersebut lebih mawas diri, dan lebih hati-hati dalam bertindak.

(Adt/Igw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya