Harga Nikel Merosot, Vale Indonesia Genjot Produksi

PT Vale Indonesia Tbk akan meningkatkan produksi nikel di tengah harga komoditas yang masih rendah pada 2013.

oleh Dian Ihsan Siregar diperbarui 26 Nov 2013, 15:25 WIB
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) akan meningkatkan produksi nikel di tengah harga komoditas yang masih rendah pada 2013. Sehingga produksi nikel akan mencapai rekor tertinggi sepanjang perjalanan perseroan melakukan ekspansi bisnis.

Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk, Febriany mengatakan, kapasitas produksi nikel mengalami peningkatan yang mencapai 10% menjadi 77.718 metrik ton di tahun ini, jika dibandingkan perolehan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 70.717 metrik ton.

"Kami kerja keras untuk meningkatkan produksi nikel di tahun ini, sehingga sepanjang bisnis perseroan produksi nikel di tahun ini semakin besar hingga mencapai 77.718 metrik ton," ujar Febriany dalam acara paparan publik perseroan di Jakarta, Selasa (26/11/2013).

Menurut Febriany, kapasitas produksi tertinggi yang diperoleh perseroan pada tahun ini yaitu produksi nikel dan mengkonversi konsumsi high sulphur fuel oil (HSPO) menjadi batubara. Namun produksi nikel masih yang lebih besar pada tahun ini.

Febriany mengungkapkan, pada tahun ini produksi nikel mengalami peningkatan tiap tiga bulan sekali. Pada kuartal I-2013 perseroan meraih produksi 18.514 metrik ton, kuartal II-2013 mencapai sebesar 19.218 metrik ton, dan kuartal III-2013 mencapai sebesar 19.771 metrik ton.

"Ketika menjumlahkan produksi nikel dari kuartal I hingga saat ini, maka perseroan memproduksi nikel mencapai 57.503 metrik ton. Dari produksi tersebut perseroan meraih pendapatan yang cukup besar sebesar US$ 721.071," kata Febriany.

Selain itu, ketika perseroan sudah meraih 57.503 metrik ton di kuartal III 2013, maka perseroan optimistis dapat meraih target sebesar 77.718 metrik ton hingga akhir tahun 2013.

"Kami peroleh kenaikan 10% jika dibandingkan perolehan tahun lalu, karena melihat tren produksi mengalami kenaikan dan peningkatan tiap kuartalnya. Itu sudah terlihat sepanjang sembilan bulan pertama," ujar Febriany. (Dis/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya