Skandal penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dilakukan Australia pada Agustus 2009 membuat hubungan Indonesia dan Australia semakin panas. Ini ditambah dengan sikap PM Australia, Tony Abbott yang menyatakan tidak akan meminta maaf.
Kontan saja hal ini sangat melukai hati rakyat Indonesia dan banyak menuai kecaman dari berbagai kalangan, salah satunya adalah Lucky Hakim pesinetron Indonesia yang menilai Australia sangat arogan
"Saya tidak habis pikir, kenapa sikap Tony Abbott bisa searogan itu, hubungan bertetangga antar dua negara ini jadi rusak karena arogansi seorang Perdana Menteri, padahal sejatinya hubungan baik kedua negara ini sangat bermanfaat bagi rakyatnya masing-masing," ujar artis sinetron yang akitif di dunia politik kepada wartawan, Selasa (26/11/2013).
Lucky yang juga menjadi Caleg DPR RI dari PAN (Partai Amanat Nasional) ini menilai bahwa sikap arogansi PM Australia itu memicu gerakan anti Australia dan hingga kini muncul desakan agar Pemerintah Indonesia memutus hubungan diplomatik dengan Australia.
"Jika hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia benar-benar putus, maka sebenarnya Australia akan rugi karena Australia bukanlah pasar ekonomi utama Indonesia saat ini. Hubungan Indonesia dengan Australia tidak begitu besar dibandingkan dengan pasar ASEAN dan China," ujar pemilik account twitter @sayaluckyhakim ini.
Lucky melanjutkan, "Komoditas yang diimpor Indonesia dari Australia antara lain ternak dan daging sapi, susu, dan buah-buahan. Kalau impor dari Australia ditutup, masih ada sumber impor dari Selandia Baru,"
Selain itu, Lucky juga menilai jika hubungan antara Indonesia dan Australia putus, juga akan berpengaruh terhadap dunia pendidikan. "Pemutusan hubungan RI-Australia juga akan berdampak pada bidang pendidikan. Jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Australia saat ini mencapai 19 ribu orang. Begitu tinggi minat pelajar Indonesia untuk sekolah di Australia, artinya kelak akan banyak calon pelajar Indonesia yang akan mengurungkan niatnya untuk belajar di Australia karena akan repot untuk mengurus Visa, izin belajar, dan sebagainya hingga ini akan mengurangi income bagi Australia" papar Lucky yang dikenal sebagai artis peduli lingkungan.
"Tapi perlu diingat bahwa pemutusan hubungan diplomatik Indonesia dan Australia tentu akan membawa dampak terhadap kedatangan wisatawan asal Australia ke Indonesia. Apalagi, angka kunjungan, faktanya turis asal Australia tahun 2012 sebanyak 909.176 orang, dan hingga mendekati akhir tahun 2013 ini telah mencapai satu juta. Ini jelas akan berpengaruh terhadap penerimaan devisa Indonesia dari sektor pariwisata karena ada sekitar delapan juta orang yang hidup dari industri pariwisata," tambahnya.
Menurutnya selain berdampak pada sektor perdagangan, pendidikan, dan pariwisata, pemutusan hubungan ini antara juga akan berdampak pada bidang-bidang lain seperti investasi, kerjasama teknologi, dan masih banyak lagi.
"Ujung-ujungnya masalah ini akan merugikan masing-masing negara. Saya berharap Australia punya itikad baik. Tapi di sisi lain, sebagai rakyat saya juga meminta Presiden SBY harus berani bersikap tegas demi menjaga harga diri dan martabat bangsa Indonesia," pungkasnya.(Adt)
Kontan saja hal ini sangat melukai hati rakyat Indonesia dan banyak menuai kecaman dari berbagai kalangan, salah satunya adalah Lucky Hakim pesinetron Indonesia yang menilai Australia sangat arogan
"Saya tidak habis pikir, kenapa sikap Tony Abbott bisa searogan itu, hubungan bertetangga antar dua negara ini jadi rusak karena arogansi seorang Perdana Menteri, padahal sejatinya hubungan baik kedua negara ini sangat bermanfaat bagi rakyatnya masing-masing," ujar artis sinetron yang akitif di dunia politik kepada wartawan, Selasa (26/11/2013).
Lucky yang juga menjadi Caleg DPR RI dari PAN (Partai Amanat Nasional) ini menilai bahwa sikap arogansi PM Australia itu memicu gerakan anti Australia dan hingga kini muncul desakan agar Pemerintah Indonesia memutus hubungan diplomatik dengan Australia.
"Jika hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia benar-benar putus, maka sebenarnya Australia akan rugi karena Australia bukanlah pasar ekonomi utama Indonesia saat ini. Hubungan Indonesia dengan Australia tidak begitu besar dibandingkan dengan pasar ASEAN dan China," ujar pemilik account twitter @sayaluckyhakim ini.
Lucky melanjutkan, "Komoditas yang diimpor Indonesia dari Australia antara lain ternak dan daging sapi, susu, dan buah-buahan. Kalau impor dari Australia ditutup, masih ada sumber impor dari Selandia Baru,"
Selain itu, Lucky juga menilai jika hubungan antara Indonesia dan Australia putus, juga akan berpengaruh terhadap dunia pendidikan. "Pemutusan hubungan RI-Australia juga akan berdampak pada bidang pendidikan. Jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Australia saat ini mencapai 19 ribu orang. Begitu tinggi minat pelajar Indonesia untuk sekolah di Australia, artinya kelak akan banyak calon pelajar Indonesia yang akan mengurungkan niatnya untuk belajar di Australia karena akan repot untuk mengurus Visa, izin belajar, dan sebagainya hingga ini akan mengurangi income bagi Australia" papar Lucky yang dikenal sebagai artis peduli lingkungan.
"Tapi perlu diingat bahwa pemutusan hubungan diplomatik Indonesia dan Australia tentu akan membawa dampak terhadap kedatangan wisatawan asal Australia ke Indonesia. Apalagi, angka kunjungan, faktanya turis asal Australia tahun 2012 sebanyak 909.176 orang, dan hingga mendekati akhir tahun 2013 ini telah mencapai satu juta. Ini jelas akan berpengaruh terhadap penerimaan devisa Indonesia dari sektor pariwisata karena ada sekitar delapan juta orang yang hidup dari industri pariwisata," tambahnya.
Menurutnya selain berdampak pada sektor perdagangan, pendidikan, dan pariwisata, pemutusan hubungan ini antara juga akan berdampak pada bidang-bidang lain seperti investasi, kerjasama teknologi, dan masih banyak lagi.
"Ujung-ujungnya masalah ini akan merugikan masing-masing negara. Saya berharap Australia punya itikad baik. Tapi di sisi lain, sebagai rakyat saya juga meminta Presiden SBY harus berani bersikap tegas demi menjaga harga diri dan martabat bangsa Indonesia," pungkasnya.(Adt)