Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengklaim pasokan gas ke dalam negeri saat ini telah memiliki porsi lebih besar dari yang diekspor ke luar negeri.
Plt Kepala SKK Migas, Johannes Widjonarko mengatakan, jatah gas dalam negeri sampai akhir 2013 mencapai 3.530 juta standar kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd). Sementara alokasi gas yang diekspor hingga akhir tahun hanya 3.216 MMscfd.
"Untuk domestik mencapai 3.530 MMscfd atau setara dengan 3.650 BBtud,” kata dia di Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Widjonarko mengungkapkan, salah satu penyebab alokasi gas domestik lebih besar dibandingkan ekspor karena berproduksinya Lapangan Ruby di Blok Sebuku.
Lapangan Ruby dikelola Mubadala Petroleum yang memasok 85 BBtud gas kepada PT Pupuk Kalimantan Timur hingga 2017. Pasokan akan menurun sesuai produksi lapangan hingga 31 Desember 2021.
“Rencananya, sekitar 250 miliar kaki kubik (billion cubic feet/bcf) gas dari lapangan itu akan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan domestik,” ujarnya.
Menurut dia, dari total alokasi gas domestik sebesar 3.530 juta MMscfd, 18% dialirkan untuk keperluan pupuk, 35% untuk ketenagalistrikan, dan 48% sisanya untuk keperluan sektor industri.
"Peningkatan pasokan gas untuk keperluan domestik merupakan salah satu visi dari SKK Migas," pungkasnya.
Gas pertama dari Lapangan Ruby diproduksi setelah adanya penyelesaian pengeboran empat sumur produksi dan instalasi anjungan lepas pantai. Seluruh fasilitas anjungan itu dibangun di areal fabrikasi di Indonesia. (Pew/Nur)
Plt Kepala SKK Migas, Johannes Widjonarko mengatakan, jatah gas dalam negeri sampai akhir 2013 mencapai 3.530 juta standar kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd). Sementara alokasi gas yang diekspor hingga akhir tahun hanya 3.216 MMscfd.
"Untuk domestik mencapai 3.530 MMscfd atau setara dengan 3.650 BBtud,” kata dia di Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Widjonarko mengungkapkan, salah satu penyebab alokasi gas domestik lebih besar dibandingkan ekspor karena berproduksinya Lapangan Ruby di Blok Sebuku.
Lapangan Ruby dikelola Mubadala Petroleum yang memasok 85 BBtud gas kepada PT Pupuk Kalimantan Timur hingga 2017. Pasokan akan menurun sesuai produksi lapangan hingga 31 Desember 2021.
“Rencananya, sekitar 250 miliar kaki kubik (billion cubic feet/bcf) gas dari lapangan itu akan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan domestik,” ujarnya.
Menurut dia, dari total alokasi gas domestik sebesar 3.530 juta MMscfd, 18% dialirkan untuk keperluan pupuk, 35% untuk ketenagalistrikan, dan 48% sisanya untuk keperluan sektor industri.
"Peningkatan pasokan gas untuk keperluan domestik merupakan salah satu visi dari SKK Migas," pungkasnya.
Gas pertama dari Lapangan Ruby diproduksi setelah adanya penyelesaian pengeboran empat sumur produksi dan instalasi anjungan lepas pantai. Seluruh fasilitas anjungan itu dibangun di areal fabrikasi di Indonesia. (Pew/Nur)