Sumber daya air yang digunakan untuk pengadaan listrik baru 6%. Padahal potensi listrik yang berasal dari sumber daya air terbilang cukup besar yaitu 75 ribu megawatt (MW). Meski baru tumbuh 6%, usaha peningkatannya dinilai cukup sulit.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji mengatakan, adanya pertumbuhan penduduk maka akan berpengaruh pada pertumbuhan kelistrikan.
Saat ini pertumbuhan kelistrikan sudah mencapai 9%, hal ini membuat PLN memutar otak untuk memenuhi petumbuhan tersebut salah satunya dengan memanfaatkan tenaga air sebagai sumber energi untuk membangkitkan listrik.
"Indonesia ingin peran PLTA besar kontribusi air saat ini 6%, pertumbuhan 8%-9%, kita terus membangun PLTA ," kata Nur, dalam acara seminar bendungan, di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Nur mengungkapkan, dalam hal pemanfaatan air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) PLN sangat serius. Namun hal tersebut tidaklah mudah, karena banyak hambatan teknis maupun non teknis yang mengganjal dalam pelaksanaan pembangunan PLTA.
"PLN berusaha maintenance kontribusi hingga 6%, tantangannya tidak mudah. Kendala teknis seperti pembangunan bendungan, pengembangan bendungan khususnya pembangkitan tenaga listirk," tutur Nur.
Sedangkan kendala non teknis, adalah kendala perizinan. Menurut Nur, setelah adanya otonomi daerah, proses perizinan ditebitkan oleh pemerintah daerah, terkadang pemerintah daerah lama memberikan perizinan.
Nur menambahkan, bahkan ada PLTA yang harus menunggu hingga delapan tahun lamanya untuk mendapat perizinan dari pemerintah daerah, PLTA tersebut adalah PLTA Asahan III di Sumatera Utara, namun kini PLTA tersebut sudah beroperasi.
"Perizinan, adanya undang-undang terkait pembagian kekuasaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, di bupati itu tantangan besar PLN harus menunggu delapan tahun, padahal dana sudah menunggu," ujar Nur.
Selain itu, permasalahan lain adalah pendanaan untuk membangun PLTA, pasalnya saat ini dana pembangunan PLTA sulit didapat, baik dari pinjaman maupun dana dari negara.
"Kekuatan finasial pengembang, kalau dulu PLN sumber dana dari bank multilateral kini terbatas. Kalau dana keperluan lain bisa APBN, kalau dan listrik sangat besar tidak bisa dengan dana konvesional, tentu ditempuh cara baru dengan mencari rekanan," pungkasnya.
Saat ini listrik yang berasal dari PLTA sudah mencapai 4.000 MW, sedangkan potensinya mencapi 75 MW, dalam waktu dekat akan dibangun PLTA yang tersebar beberapa daerah di Indonesia yaitu Sumatera, Jawa Barat, Sulawesi dan Papua. (Pew/Ahm/*)
Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji mengatakan, adanya pertumbuhan penduduk maka akan berpengaruh pada pertumbuhan kelistrikan.
Saat ini pertumbuhan kelistrikan sudah mencapai 9%, hal ini membuat PLN memutar otak untuk memenuhi petumbuhan tersebut salah satunya dengan memanfaatkan tenaga air sebagai sumber energi untuk membangkitkan listrik.
"Indonesia ingin peran PLTA besar kontribusi air saat ini 6%, pertumbuhan 8%-9%, kita terus membangun PLTA ," kata Nur, dalam acara seminar bendungan, di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Nur mengungkapkan, dalam hal pemanfaatan air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) PLN sangat serius. Namun hal tersebut tidaklah mudah, karena banyak hambatan teknis maupun non teknis yang mengganjal dalam pelaksanaan pembangunan PLTA.
"PLN berusaha maintenance kontribusi hingga 6%, tantangannya tidak mudah. Kendala teknis seperti pembangunan bendungan, pengembangan bendungan khususnya pembangkitan tenaga listirk," tutur Nur.
Sedangkan kendala non teknis, adalah kendala perizinan. Menurut Nur, setelah adanya otonomi daerah, proses perizinan ditebitkan oleh pemerintah daerah, terkadang pemerintah daerah lama memberikan perizinan.
Nur menambahkan, bahkan ada PLTA yang harus menunggu hingga delapan tahun lamanya untuk mendapat perizinan dari pemerintah daerah, PLTA tersebut adalah PLTA Asahan III di Sumatera Utara, namun kini PLTA tersebut sudah beroperasi.
"Perizinan, adanya undang-undang terkait pembagian kekuasaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, di bupati itu tantangan besar PLN harus menunggu delapan tahun, padahal dana sudah menunggu," ujar Nur.
Selain itu, permasalahan lain adalah pendanaan untuk membangun PLTA, pasalnya saat ini dana pembangunan PLTA sulit didapat, baik dari pinjaman maupun dana dari negara.
"Kekuatan finasial pengembang, kalau dulu PLN sumber dana dari bank multilateral kini terbatas. Kalau dana keperluan lain bisa APBN, kalau dan listrik sangat besar tidak bisa dengan dana konvesional, tentu ditempuh cara baru dengan mencari rekanan," pungkasnya.
Saat ini listrik yang berasal dari PLTA sudah mencapai 4.000 MW, sedangkan potensinya mencapi 75 MW, dalam waktu dekat akan dibangun PLTA yang tersebar beberapa daerah di Indonesia yaitu Sumatera, Jawa Barat, Sulawesi dan Papua. (Pew/Ahm/*)