Rupiah Merosot, Mobil Keluaran Astra Bakal Naik Harga

Industri otomotif khususnya roda empat milik grup Astra mendapatkan tekanan keras didorong pelemahan rupiah.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 28 Nov 2013, 18:25 WIB
Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat sehingga tembus 12.000 berdampak kepada industri otomotif PT Astra International Tbk (ASII). Jika rupiah terus melanjutkan pelemahan maka perseroan akan menaikkan harga produk otomotifnya.

Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto menuturkan, rupiah melemah hingga Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat membuat divisi otomotif Astra mengalami tekanan keras terutama industri otomotif roda empat.

"Kalau kita lihat rupiah  hampir runtuh 12 ribu ada divisi mengalami tekanan cukup besar yaitu otomotif," kata Prijono, dalam Investor Summit, di kawasan Bisnis Sudirman, Jakarta, Kamis (28/11/2013).

Menurut Prijono, jika rupiah terus melemah di atas 11 ribu per dolar, tidak menutup kemungkinan Astra akan melakukan penyesuaian harga.

"Untuk otomotif tentu angka ini bertahan diatas Rp 11 ribu terus secara gradual ada penyesuaian harga," tuturnya.

Namun, tidak semua divisi usaha Astra mengalami kerugian saat kondisi rupiah melemah. Prijono mengungkapkan, divisi usaha Astra yang mengalami imbas positif atas melemahnya rupiah adalah Astra Agro Lestari dan Pama Persada. Hal ini disebabkan oleh transaksi kedua perusahaan menggunakan dolar.

"Ada divisi sangat tergantung peningkatan dolar Amerika Serikat yaitu Astra Agro Lestari, kontraktor Pama Persada karena pendapatannya dolar Amerika Serikat, sedikit ada keseimbangannya," pungkasnya.

Rupiah tercatat menembus level 12.013 per dolar AS pada perdagangan pukul 14:26 WIB. Sebelumnya, rupiah sempat menyentuh level 12.025 per dolar AS pada perdagangan pukul 14:05 WIB.

Lelang Surat Utang Negara (SUN) yang hanya mampu menyerap dana US$ 190 juta dari target US$ 450 juta juga menjadi pemicu keterpurukan rupiah. Lemahnya rupiah hingga menyentuh level 12.000 per dolar AS merupakan peringatan awal bagi pemerintah Indonesia. (Pew/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya