Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selalu menjadi momok bagi para importir karena mereka membutuhkan dolar banyak untuk kegiatan usahanya.
Namun hal ini tidak berlaku bagi PT AKR Corporindo Tbk, perusahaan perdagangan dan distribusi bahan bakar minyak (BBM) serta bahan kimia.
Direktur Keuangan AKR Corporindo, V Suresh mengatakan, perseroan telah menggunakan sistem hedging (lindung nilai) untuk menghindari kerugian akibat pelemahan kurs rupiah dalam kegiatan impor BBM dan bahan kimia sejak 2005.
"Hedging sudah kami lakukan sejak 2005 sehingga tidak ada forex exchange atau kerugian dari forex," ujarnya saat berbincang di Jakarta, seperti ditulis Jumat (29/11/2013).
Suresh mengaku, perseroan selalu memborong minyak dari kilang-kilang luar negeri dengan pembiayaan dalam bentuk dolar AS. Namun ketika di distribusikan ke seluruh konsumen AKR, termasuk BBM untuk kebutuhan industri dan BBM bersubsidi menggunakan mata uang rupiah.
"Setiap tahun impor BBM Indonesia sangat besar mencapai 40% dari jumlah kebutuhan BBM nasional per tahun mencapai 80 juta kiloliter (kl). Penyebabnya karena Indonesia memiliki keterbatasan kilang pengolahan minyak mentah sehingga masih butuh impor, termasuk BBM subsidi," jelas dia.
Kondisi ini, lanjutnya, diperparah dengan peningkatan konsumsi BBM setiap tahun seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Impor BBM kami tahun ini mencapai 2,2 juta kl atau setara dengan 25 miliar liter BBM. Jumlah itu sangat besar," ucap dia.
Di sisi lain, Suresh menghitung, kebutuhan belanja modal perseroan tahun depan mencapai US$ 30 juta sampai US$ 40 juta. Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai beberapa rencana bisnisnya. (Fik/Nrm)
Namun hal ini tidak berlaku bagi PT AKR Corporindo Tbk, perusahaan perdagangan dan distribusi bahan bakar minyak (BBM) serta bahan kimia.
Direktur Keuangan AKR Corporindo, V Suresh mengatakan, perseroan telah menggunakan sistem hedging (lindung nilai) untuk menghindari kerugian akibat pelemahan kurs rupiah dalam kegiatan impor BBM dan bahan kimia sejak 2005.
"Hedging sudah kami lakukan sejak 2005 sehingga tidak ada forex exchange atau kerugian dari forex," ujarnya saat berbincang di Jakarta, seperti ditulis Jumat (29/11/2013).
Suresh mengaku, perseroan selalu memborong minyak dari kilang-kilang luar negeri dengan pembiayaan dalam bentuk dolar AS. Namun ketika di distribusikan ke seluruh konsumen AKR, termasuk BBM untuk kebutuhan industri dan BBM bersubsidi menggunakan mata uang rupiah.
"Setiap tahun impor BBM Indonesia sangat besar mencapai 40% dari jumlah kebutuhan BBM nasional per tahun mencapai 80 juta kiloliter (kl). Penyebabnya karena Indonesia memiliki keterbatasan kilang pengolahan minyak mentah sehingga masih butuh impor, termasuk BBM subsidi," jelas dia.
Kondisi ini, lanjutnya, diperparah dengan peningkatan konsumsi BBM setiap tahun seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Impor BBM kami tahun ini mencapai 2,2 juta kl atau setara dengan 25 miliar liter BBM. Jumlah itu sangat besar," ucap dia.
Di sisi lain, Suresh menghitung, kebutuhan belanja modal perseroan tahun depan mencapai US$ 30 juta sampai US$ 40 juta. Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai beberapa rencana bisnisnya. (Fik/Nrm)