Tuntut Pemerintah Bubar, Demonstran Thailand Incar Markas Militer

Sudah 6 hari demonstran memenuhi jalanan ibukota Bangkok. Kali ini markas militer dan kantor partai berkuasa yang diincar.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 29 Nov 2013, 13:55 WIB
Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawatra, memang lolos dari upaya pelengseran dirinya melalui mosi tidak percaya di parlemen. Namun, tekanan demonstran yang menuntutnya mundur belum juga berakhir. Sudah 6 hari mereka memenuhi jalanan Bangkok.

Hari ini, para pendemo merangsek masuk ke markas angkatan bersenjata. "Pengunjuk rasa memaksa membuka pintu gerbang dan sekarang berada di markas tentara," kata juru bicara militer Thailand seperti dikutip dari BBC, Jumat (29/11/2013). Namun, panglima militer tak ada di kantornya saat itu.

Massa yang mengepung kantor pusat partai berkuasa Pheu Thai, juga terus bertambah. Di tengah makin ketatnya pengamanan.

"Kami mengerahkan dua kompi polisi (sekitar 300 personel) ke kantor pusat Partai Pheu Thai, atas permintaan mereka," kata Wakil Kepala Kepolisian Thailand, Worapong Siewpreecha.

Selama aksi demo yang kebanyakan dilakukan secara damai, ada saja peserta yang memutus aliran listrik ke markas kepolisian dan memaksa evakuasi badan penanganan kriminal.

Para pendemo juga mengepung kantor-kantor pemerintah, sebagai upaya mengganggu jalannya pemerintahan.

Protes Jalanan Berlanjut

Yingluck telah menggunakan kekuasaan khusus yang memungkinkan diterapkannya jam malam dan penutupan jalan. Polisi juga diperintahkan menahan pimpinan demo --perintah yang hingga kini belum dilakukan.

Ia menyerukan agar pengunjuk rasa bernegosiasi dengan pemerintah .

"Pemerintah tidak ingin masuk dalam permainan politik ini. Sebab, kami percaya hal itu akan menyebabkan perekonomian memburuk," kata Yingluck.

Kamis kemarin, setelah lolos dari mosi tidak percaya, PM cantik itu juga mendesak demonstran untuk mengakhiri protes jalanan. [Baca juga: PM Cantik Thailand Lolos dari Ancaman Lengser di Parlemen]

Namun, permintaan itu ditepis oleh pemimpin demo, Suthep Thaugsuban. "Kami tak akan membiarkan mereka bekerja," kata Suthep. (Ein/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya