`Saya Tak Mau Khianati Warga Surabaya`

Walikota Surabaya Tri Rismaharini blak-blakan soal kebijakannya memimpin Kota Pahlawan. Bagaimana? Ikuti wawancara khususnya.

oleh Oscar Ferri diperbarui 30 Nov 2013, 01:07 WIB
Walikota Risma, Walikota Surabaya bernama lengkap Tri Rismaharini ini kerap disebut 'Jokowi'nya Surabaya. Baru-baru ini, nama Walikota Risma disebut dalam artikel berjudul "Surabaya's Mrs. Mayor: Indonesia's Best-Kept Secret" yang ditulis Stanley Weiss, mantan petinggi perusahaan tambang sekaligus pendiri Business Executives for National Security.

"Hari ini Surabaya punya pahlawan baru dalam bentuk walikota, Tri Rismaharini. Dikenal dengan Ibu Risma, Walikota Surabaya tersebut adalah bagian dari generasi pemimpin baru, diberdayakan oleh desentralisasi kekuasaan di seluruh Indonesia, dan siap untuk merebut tampuk kepemimpinan nasional," tulis Stanley Weiss beberapa waktu lalu.

Program-programnya yang mengundang resistensi, penolakan, hingga berujung demonstran dan nyaris dimakzulkan tak membuat politisi PDIP ini goyah. Apa yang diyakini, dilakukan Risma. Meski mendapat penolakan. Bagi Risma, tujuannya hanya satu yakni demi kepentingan warga Surabaya.

Seperti kisruh penutupan lokalisasi Dolly, memecat ajudan yang takut kotor, hingga isu kepemimpinan nasional. Ya, Risma memang sempat sebagai pilihan dari Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, bila Jokowi menjadi Presiden. Tapi Risma menolak.

Dalam wawancara khusus dengan Oscar Ferri dari Liputan6.com di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Jumat (29/11/2013), Risma menyampaikan banyak hal. Dari persoalan Surabaya sampai isu kepemimpinan nasional. Berikut wawancaranya:


Solusi Dolly

Bagaimana rencana penutupan total lokalisasi Dolly?


Ini masih progress. Bagaimana kita mengondisikan PSK, mucikari, serta para pengusaha. Saya berharap, tahun depan sudah bisa kita tangani. Sekali lagi, saya berharap warga di sekitar situ juga para PSK tidak egois. Karena ini menyangkut masa depan anak-anak. Kita tidak bisa atas nama perut, atas nama kepentingan ekonomi, dan atas nama kepentingan usaha. Karena saya yakin sepanjang kita mau, sepanjang kita berusaha, pasti Tuhan akan memberi pertolongan pada kita.

Bagaimana menghadapi kendala pemindahan penghuni Dolly, mengingat resistensi penutupan begitu keras?

Bukan pemindahan. Kalau misalkan PSK tersebut bukan warga Surabaya, dan memang hampir sebagian besar bukan warga Surabaya, tetap di situ. Tidak masalah. Asal bekerja di sektor yang lain. Saya yakin masih ada cara. Di Dupa Bangun Sari yang sebelumnya sudah saya tutup 5 bulan lalu, banyak PSK yang sudah bisa merintis usahanya. Bahkan kita bisa mengirim kurang lebih senilai sampai Rp 20 juta per bulan hasil produk kita semua. Artinya kalau kita berniat, kita bisa. Kemudian ada acara, ada jalan yang kita berikan, kenapa tidak keluar.


Pecat Ajudan Takut Jijik

Lalu, apa masalah terberat kota Surabaya saat ini?


Ya.. masalah terberatnya adalah bagaimana saya menyiapkan anak-anak ke depan bersaing dengan anak-anak daerah lain, terutama dari bangsa lain. Karena 2015 sudah ada AFTA (perdagangan bebas ASEAN), 2020 ada WTO (perdagangan dunia). Saya tidak ingin anak-anak Surabaya kalah dengan anak-anak dari bangsa lain. Karena itu saya harus menyiapkan SDM. Itu pasti berat. Tapi saya yakin, kalau kita punya niat yang sama, pasti bisa menang. Karena sesungguhnya, warga Surabaya adalah warga pemenang. Karena dia adalah Kota Pahlawan.

Sempat mencopot ajudannya yang takut kotor dan jijik. Bisa diceritakan?

Kebetulan ajudan saya itu melahirkan. Dia itu perempuan. Kemudian saya diberikan gantinya yang baru. Biasanya saya memang sebelum ke kantor saya berputar. Saya terus terang ndak ngecek dia siapa, kemudian saya munguti sampah, kemudian dia kok jijik. Satu kali, dua kali saya maafkan. Yang ketiga ya sudah ndak bisa. Karena saya selalu membayangkan kalau seandainya saya pasukan kuning, apakah saya harus jijik? Kan tidak. Karena tidak ada pilihan. Karena itu saya tidak bisa dengan dia. Saya adalah walikota, saya pimpinan pasukan kuning itu. Dan saya harus bisa merasakan apa yang dirasakan pasukan kuning.

Pesan Mega

Apa pesan Bu Mega untuk Surabaya?

Nggak. Alhamdulilah nggak. Nggak ada (pesan) khusus. Cuma saya jelaskan programnya apa gitu.

Waktu Pilkada lalu, Ibu sempat menolak diusung sebagai cagub. Kenapa?

Waktu itu memang diusulkan, saya tidak mau. Saya tetap percaya jabatan itu amanah. Karena berat sekali menjadi seorang walikota, gubernur, apalagi seorang presiden. Itu berat sekali. Harus ada kekuatan ekstra yang itu hanya dimiliki Tuhan. Kita manusia tidak bisa memintanya. Saya tetap yakin itu. Karena (kekuatan) itu harus benar-benar turun dari Tuhan. Dan saya juga waktu jadi walikota pun jangankan pernah minta, berdoa pun saya tidak berani menjadi walikota. Karena saya yakin itu berat sekali. Tapi karena ada tangan-tangan Tuhan yang membantu saya, itu menjadi meringankan beban saya.

Risma, Jokowi, dan Ahok

Wagub DKI Ahok sempat menyebut Risma bila Jokowi jadi capres. Tapi katanya Ibu Risma tidak ingin meninggalkan Surabaya. Kenapa?

Ya.. amanat saya sekarang ini sebagai Walikota Surabaya. Saya tidak mau berkhianat pada warga Surabaya bahwa warga Surabaya memilih saya bukan tanpa harapan. Pasti mereka ingin saya membantu mereka. Kemudian kalau saya meninggalkan mereka, artinya saya berkhianat pada mereka. Karena amanah saya di mereka.

Bila diduetkan dalam capres-cawapres, Jokowi-Risma, mungkin nggak?

Sekali lagi saya tidak pernah meminta. Itu nanti Tuhan yang akan mengatur. Dan kenapa? Karena sekali lagi kalau saya ditanya, pasti saya akan jawab tidak mau. Saya disuruh ikut fit and proper test, pasti saya tidak mau. Apapun caranya saya akan tolak. Jadi saya tidak akan meminta itu.

Tanya: Kerap dipuji Jokowi, apa pandangan ibu tentang Jokowi dan kepemimpinannya di Jakarta?

Jawab: Terus terang saya tidak ngikuti. Karena terus terang, mohon maaf, saya ndak pernah lihat tivi. Saya tidak pernah lihat tivi. Saya harus jujur saya tidak pernah lihat tivi.
Jawa Timur atau Jakarta?

Bila diusung menjadi Cagub di masa mendatang?



Apapun itu, apa saja, saya tidak pernah mau meminta itu. Cagub itu berat. Dia punya sekian juta orang (rakyat) yang harus ditangani. Berat. Karena sekali lagi saya bisa saja menipu warga Surabaya, saya tipu. Saya kasih yang baik-baik. Tapi kan Tuhan tidak bisa saya tipu. Apakah yang saya lakukan benar atau tidak untuk mereka. Di situlah saya letak kuat atau tidak. Kalau dilihat saya cuma tidur satu jam dua jam, tapi kenapa saya kuat. Itu karena itu dibantu Tuhan.

Menurut Anda apa yang membedakan secara siginifikan antara Surabaya dan Jakarta, baik dari masyarakatnya maupun tata kotanya?

Sebetulnya kalau dilihat dari masyarakatnya bagus di Jakarta. Karena hampir 50 persen educated. Sangat-sangat bagus. Kemudian punya uangnya cukup besar. Artinya bisa dimanfaatkan. Kemudian ada yang mengatakan, warga Jakarta cuek, ndak. Dulu warga Surabaya juga begitu. Tapi saya percaya, kalau itu disentuh, banyak sekali yang akan bantu. Sayang itu kalau yang pintar-pintar itu tidak digunakan.

Mau di Jawa Timur apa di Jakarta?

Saya bukan dalam hal untuk memilih. Saya katakan Tuhanlah yang menentukan saya jadi apa. Saya serahkan ke Tuhan. (Ali/Ism)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya