Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih tertekan. Meski demikian, dampak pelemahan rupiah ini beragam dirasakan oleh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada perusahaan yang bersorak tapi juga ada yang meringis menghadapi pelemahan rupiah ini.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), mata uang Garuda tembus ke Rp 11.977 per dolar Amerika Serikat pada Jumat (29/11/2013).
Advertisement
Meski rupiah melemah, sejumlah perusahaan pun diuntungkan dengan kenaikan dolar seperti perusahaan yang melakukan penjualan ekspor dengan biaya operasional rupiah.
Namun, bagi perusahaan yang sebagian besar menggunakan bahan baku impor akan cenderung tertekan kinerjanya karena pelemahan rupiah.
Emiten yang untung
Sekretaris Perusahaan PT Pan Brothers Tbk (PBRX), Iswardeni menuturkan, saat ini penjualan perseroan masih didominasi oleh ekspor yang berarti memiliki pendapatan dolar Amerika Serikat. Sehingga melemahnya rupiah akan membuat biaya domestik (gaji, listrik dan biaya operasi yang dibayar dengan rupiah) menjadi mengecil secara dolar Amerika Serikat.
"Ini akan menguntungkan, meski komponen biaya rupiah hanya berkisar 20%," ujar Iswardeni, saat dihubungi Liputan6.com, akhir pekan lalu.
Iswardeni menambahkan, bagi perseroan yang terpenting adalah rupiah dapat bergerak stabil dan tidak bergejolak sehingga dapat dihitung.
"Dengan melihat kondisi yang ada saat ini meski pun menguat sepanjang tidak sampai Rp 9.500 atau lebih rendah cukup baik untuk daya saing Indonesia di pasar ekspor," kata Iswardeni.
Emiten lain, selain tekstil yang biasanya diuntungkan karena pelemahan rupiah adalah yang bergerak di sektor kelapa sawit (CPO) dan tambang.
Advertisement
Emiten farmasi tertekan
Jika perusahaan tesktil yang lebih banyak melakukan kegiatan ekspor tertolong dengan pelemahan rupiah, maka sebaliknya perusahaan farmasi justru tertekan. Ini karena bahan baku dari perusahaan farmasi di Indonesia sebagian besar masih impor.
Meski pelemahan rupiah bisa bikin perusahaan farmasi tertekan untung saja merosotnya rupiah ini terjadi akhir-akhir tahun sehingga dampaknya bisa diminimal.
Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), Vidjongtius menuturkan, memang nilai rupiah yang masih melemah akan tambah menaikkan biaya pokok penjualan. "Namun karena sudah mendekati akhir tahun maka dampaknya minimal untuk tahun ini," kata Vidjongtius.
Perusahaan lain yang bisa tertekan karena pelemahan rupiah adalah sektor manufaktur dan industri barang konsumsi.
Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su mengatakan, saat ini sentimen pergerakan rupiah mempengaruhi bursa saham. Ada perkiraan, pergerakan rupiah tembus Rp 13.000 per dolar AS.
"Pelaku pasar sedang wait and see. Di pasar ada ekspektasi rupiah bergerak ke Rp 13.000 per dolar AS. Asing akan menunggu baru mereka masuk," kata Harry. (Ahm/Igw)