Rupiah Bertahan di Level 11.900/US$ Hingga Akhir Tahun

Kurs rupiah hingga akhir tahun diperkirakan takkan keluar dari level di atas 11 ribu per dolar AS. Apa pemicunya?

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 02 Des 2013, 14:10 WIB
Meski sudah mengulai menguat setelah tergiring sentimen membaiknya neraca perdagangan Indonesia, nilai tukar rupiah masih sulit untuk keluar dari level diatas 11 ribu per dolar AS. Kepala Tim Peneliti Valuta Asing (valas) Maybank Singapore Saktiandi Supaat menyatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat pulih dan bertahan di level 11.900 pada akhir tahun.

Meski begitu, Supaat dan timnya menilai rupiah masih menghadapi risiko penurunan dalam jangka pendek.

Seperti dilansir dari The Star Online, Senin (2/12/2013), rupiah sejauh ini telah ambruk hingga menyentuh level 12.000 terhadap dolar AS. Angka tersebut merupakan yang terendah sejak Maret 2009.

Sementara itu, kemungkinan penarikan dana stimulus Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) diprediksi memberikan tekanan yang lebih kuat pada nilai tukar rupiah, ringgit, dan sejumlah mata uang asia lainnya terhadap dolar AS. Maybank yakin The Fed akan mulai menarik dana stimulusnya pada kuartal pertama 2014.

Maybank menilai, volatitilitas di pasar mata uang pada 2014 akan disebabkan negara-negara maju. Pertumbuhan yang meningkat di AS dan Inggris akan mendorong percepatan realisasi penarikan dana stimulus The Fed.

"Dampak dari pengurangan kebijakan dana stimulus tersebut akan lebih terasa pada 2015," ungkap Supaat.

Sementara di Indonesia, nilai tukar rupiah akan menerima lebih banyak tekanan dari tingginya kekhawatiran para investor terhadap defisit transaksi berjalan dan defisit perdagangan. Tak hanya itu, pemilihan anggota legislatif dan presiden tahun depan juga akan menjadi salah satu pemicu pelemahan rupiah.

Untuk Malaysia, Maybank memprediksi ringgit akan anjlok menyentuh 3,27 terhadap dolar AS awal tahun depan. Namun ringgit dapat menguat ke level 3,12 pada akhir 2014. Tak hanya Indonesia dan Malaysia, awal tahun depan, dolar Australia juga diprediksi melemah.(Sis/Shd)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya