Sabun mandi Lifebuoy menggambarkan kebiasaan warga Bitobe, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang kurang kesadaran terhadap hidup bersih, dalam sebuah iklan berjudul `5 Tahun Bisa untuk NTT`. Bahkan dalam iklan itu disebutkan, satu dari empat balita di NTT meninggal karena diare.
Di akhir iklan, Pandji Pragiwaksono, yang menjadi bintang iklannya berpesan `Agar Mereka Bisa Merayakan Ulang Tahun kelima dan seterusnya`.
Namun, belakangan ini muncul sejumlah protes dari warga NTT karena iklan tersebut. Mulai dari warga biasa hingga gubernur daerahnya melihat iklan tersebut menyudutkan NTT. Seolah semua NTT hidup dalam kesusahan dan tidak sadar gaya hidup sehat. Pengiklan dituding menjual kemiskinan demi kepentingan komersialnya.
Bagaimana menurut ahli branding soal iklan yang diributkan tersebut?
Menurut Ahli Branding, Silih Agung Wasesa, sebenarnya tak ada yang salah dalam iklan tersebut. Semua tertulis sesuai fakta dan pesan.
Menurut Silih, dalam iklan satu menit dua detik itu juga sudah memenuhi etika program. "Ajakannya juga bagus. Ada data, fakta, dan kesimpulan masalah yang menjadi ajakan. Penyebutan desanya pun jelas, termasuk sumber datanya," ujar Silih saat dihubungi Liputan6.com, Senin (2/12/2013).
Namun, iklan sabun mandi Lifebuoy itu menjadi masalah karena mengangkat bagian belakang alias keburukan provinsi NTT. Jadi semacam mengungkap keburukan masyarakat NTT. Selain itu, penyebutan `5 Tahun Bisa untuk NTT` akan lebih enak jika `5 tahun bisa untuk Bitobe NTT.
"Biar tidak terjadi generalisasi," katanya.
Selain itu, lanjut Silih, mungkin pihak Lifebuoy lupa bahwa kemiskinan dan kematian balita adalah tanggung jawab gubernur sehingga akan lebih baik kalau secara khusus Lifebuoy menggandeng Pemda NTT. "Jadi, selain Pandji dimunculkan juga gubernur NTT, misalnya untuk mengajak masyarakat indonesia membangun warga desa Bitobe untuk mencegah kematian balita," katanya.
Iklan Lifebuoy yang diprotes, klik di sini
(Mel/Igw)
Di akhir iklan, Pandji Pragiwaksono, yang menjadi bintang iklannya berpesan `Agar Mereka Bisa Merayakan Ulang Tahun kelima dan seterusnya`.
Namun, belakangan ini muncul sejumlah protes dari warga NTT karena iklan tersebut. Mulai dari warga biasa hingga gubernur daerahnya melihat iklan tersebut menyudutkan NTT. Seolah semua NTT hidup dalam kesusahan dan tidak sadar gaya hidup sehat. Pengiklan dituding menjual kemiskinan demi kepentingan komersialnya.
Bagaimana menurut ahli branding soal iklan yang diributkan tersebut?
Menurut Ahli Branding, Silih Agung Wasesa, sebenarnya tak ada yang salah dalam iklan tersebut. Semua tertulis sesuai fakta dan pesan.
Menurut Silih, dalam iklan satu menit dua detik itu juga sudah memenuhi etika program. "Ajakannya juga bagus. Ada data, fakta, dan kesimpulan masalah yang menjadi ajakan. Penyebutan desanya pun jelas, termasuk sumber datanya," ujar Silih saat dihubungi Liputan6.com, Senin (2/12/2013).
Namun, iklan sabun mandi Lifebuoy itu menjadi masalah karena mengangkat bagian belakang alias keburukan provinsi NTT. Jadi semacam mengungkap keburukan masyarakat NTT. Selain itu, penyebutan `5 Tahun Bisa untuk NTT` akan lebih enak jika `5 tahun bisa untuk Bitobe NTT.
"Biar tidak terjadi generalisasi," katanya.
Selain itu, lanjut Silih, mungkin pihak Lifebuoy lupa bahwa kemiskinan dan kematian balita adalah tanggung jawab gubernur sehingga akan lebih baik kalau secara khusus Lifebuoy menggandeng Pemda NTT. "Jadi, selain Pandji dimunculkan juga gubernur NTT, misalnya untuk mengajak masyarakat indonesia membangun warga desa Bitobe untuk mencegah kematian balita," katanya.
Iklan Lifebuoy yang diprotes, klik di sini
(Mel/Igw)