Inflasi November Masih Wajar, BI Rate Tak Perlu Naik?

Inflasi sebesar 0,12% dinilai masih wajar pada November 2013 sehingga inflasi diperkirakan akan di bawah 9% pada 2013.

oleh Dian Ihsan Siregar diperbarui 02 Des 2013, 17:21 WIB
Inflasi sebesar 0,12% pada November (MoM) dinilai masih wajar. Pemicu utama tingkat inflasi November 2013 didorong tingkat harga makanan jadi.

Dengan melihat kondisi itu, Bank Indonesia (BI) diharapkan tidak kembali menaikkan suku bunga acuan/BI Rate. Analis PT Trust Securities, Reza Priyambada menuturkan, suku bunga acuan tetap agar kesinambungan pertumbuhan ekonomi dapat terjaga.

"Dari sisi lain imbas dari kenaikan TDL juga turut memicu terjadinya inflasi meskipun tidak terlalu signifikan. Dengan terjadinya inflasi November kali ini membuat nilai inflasi year to date menjadi 7,79%, sedangkan inflasi secara year on year menjadi sebesar 8,37% atau masih di bawah perkiraan pesimistis sebesar 9%," ujar Reza dalam ulasannya, Senin (2/12/2013).

Reza menjelaskan, jika inflasi Desember dapat terjaga di bawah 0,2% maka inflasi untuk tahun ini secara year on year akan di bawah 9%. Kondisi ini tentunya juga harus ditopang dengan stabilnya harga-harga barang dan jasa di pasaran.

Selain rilis inflasi, Badan Pusat Stastistik (BPS) juga merilis ekspor impor yang ternyata di luar perkiraan dapat mencatatkan surplus meski tipis sebesar US$ 50 juta. Meski hanya mengalami surplus tipis, namun sudah jauh lebih baik dari bulan sebelumnya yang defisit lebih dalam.

"Adanya surplus tersebut terjadi setelah terjadi kenaikan ekspor sebesar 6,87% secara month to month dan sebesar 2,59% secara year on year," tegasnya.

Selain itu, meskipun Oktober terjadi surplus, dengan mengasumsikan tingkat surplus yang terjadi akan sama hingga akhir tahun maka secara year on year masih mengalami defisit di atas US$ 3 miliar, lebih rendah jika dibandingkan dari perolehan di tahun 2012 sebesar US$ 1,14 miliar.

Lanjut Reza, adapun permasalahan suku bunga acuan/BI Rate diharapkan tidak terjadi kenaikan kembali, agar dapat memberikan ruang bagi perbankan untuk bernafas sehingga mereka dapat menjaga pertumbuhan laju kreditnya.

Akan tetapi, dengan melihat fokus dari BI bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang lebih menitikberatkan pada penurunan impor, agar mengurangi defisit maka kemungkinan masih akan ada ruang bagi BI untuk menaikkan BI rate sebesar 25-50 bps.

"Angka pertumbuhan pun juga pasti akan terpangkas dengan target perkiraan kami yang lebih rendah sebesar 5,6 - 5,8%, dari target sebelumnya yang mencapai sebesar 6%," tutup Reza. (Dis/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya