Ketika sejumlah orangtua masih bermimpi mendapatkan buah hati, seorang ayah malah tega menganiaya bayinya yang masih berumur 1,5 tahun hingga tewas. Penganiayaan itu menimpa Khadijah Maisa Azzahra alias Zahra, oleh ayah kandungnya Lambertus Langon (23).
Akibat penganiayaan itu, Zahra mengalami luka hampir di sekujur tubuhnya. Ibu korban, Fatimah mengatakan, penganiayaan yang dialami Zahra hingga meninggal dunia diawali saat LL memberi makan pada Zahra.
Karena sulit makan, Zahra diremas tangan kirinya. LL kemudian memaksa memasukan nasi ke mulut dan membekap mulut Zahra. "Habis itu paha kanannya dipukul. Terus dilempar ke kasur. Padahal lagi digendong," ungkap Fatimah.
Setelah dilempar, Fatimah langsung mengangkat dan menggendong Zahra kembali. Sementara LL keluar rumah.
Zahra saat itu tiada henti-hentinya menangis. Hal itu membuat LL kembali naik pitam. LL masuk dan membentak Zahra. "Diam lu diam. Jangan nyusahin. Gitu kata suami saya," tuturnya.
Fatimah yang masih menggendong Zahra tak henti-hentinya menenangkan. Namun, aksi LL tak kunjung berhenti sampai di situ. Kaki Zahra tiba-tiba saja ditarik.
"Pas saya pangku, kakinya diseret. Saya tahan, sampai mau jeledak (terbentur lantai). Habis itu langsung memukul 3 kali sampai pipi kirinya berdarah," beber Fatimah.
Fatimah yang tak berani melawan suaminya itu memilih merawat Zahra dengan membasuh luka sobek di pipinya. Memasuki sore, emosi LL belum juga padam. Kondisi Zahra yang terus mengerang kesakitan tak membuat LL luluh. LL malah memukul bagian kaki Zahra dengan remot televisi.
"Itu sampai memar merah di kakinya. Kasihan saya lihatnya nggak tega, tapi saya takut," tandas Fatimah. (Mut/Ism)
Akibat penganiayaan itu, Zahra mengalami luka hampir di sekujur tubuhnya. Ibu korban, Fatimah mengatakan, penganiayaan yang dialami Zahra hingga meninggal dunia diawali saat LL memberi makan pada Zahra.
Karena sulit makan, Zahra diremas tangan kirinya. LL kemudian memaksa memasukan nasi ke mulut dan membekap mulut Zahra. "Habis itu paha kanannya dipukul. Terus dilempar ke kasur. Padahal lagi digendong," ungkap Fatimah.
Setelah dilempar, Fatimah langsung mengangkat dan menggendong Zahra kembali. Sementara LL keluar rumah.
Zahra saat itu tiada henti-hentinya menangis. Hal itu membuat LL kembali naik pitam. LL masuk dan membentak Zahra. "Diam lu diam. Jangan nyusahin. Gitu kata suami saya," tuturnya.
Fatimah yang masih menggendong Zahra tak henti-hentinya menenangkan. Namun, aksi LL tak kunjung berhenti sampai di situ. Kaki Zahra tiba-tiba saja ditarik.
"Pas saya pangku, kakinya diseret. Saya tahan, sampai mau jeledak (terbentur lantai). Habis itu langsung memukul 3 kali sampai pipi kirinya berdarah," beber Fatimah.
Fatimah yang tak berani melawan suaminya itu memilih merawat Zahra dengan membasuh luka sobek di pipinya. Memasuki sore, emosi LL belum juga padam. Kondisi Zahra yang terus mengerang kesakitan tak membuat LL luluh. LL malah memukul bagian kaki Zahra dengan remot televisi.
"Itu sampai memar merah di kakinya. Kasihan saya lihatnya nggak tega, tapi saya takut," tandas Fatimah. (Mut/Ism)