Korupsi memang menjadi musuh bagi semua negara di dunia. Perilaku korupsi mampu memberikan efek negatif yang sangat luar biasa bagi perekonomian sebuah negara.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan salah satu pemicu yang memperburuk kondisi Indonesia ketika dilanda krisis ekonomi 1998 adalah isu korupsi yang dilakukan oknum yang berkedudukan di pemerintahan.
"Salah satu yang membuat krisis ekonomi Indonesia tahun 1998 lebih buruk dibanding negara lain karena isu korupsi kolusi nepotisme (KKN). Pada tahun 1998 ada setup insitusi yang membiarkan menyebabkan korupsi, VOC juga bangkrut karena korupsi," ujarnya saat memberikan sambutan pada Peringatan Hari Anti Korupsi di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta Selatan, Rabu (4/12/2013).
Chatib menilai dunia selama ini didominasi oleh dua jenis individu yaitu seseorang yang menjadi besar karena apa yang dilakukannya dan seseorang menjadi besar karena sesuatu yang tidak dilakukannya. Dalam kaitanya dengan korupsi, seseorang penguasa yang tidak memanfaatkan apa yang dimilikinya untuk melakukan penyimpangan seperti korupsi, barulah bisa disebut sebagai orang besar.
"Pernah Bung Hatta menginginkan sepatu tetapi dia tidak memanfaatkan jabatannya untuk mendapatkan sepatu tersebut secara gratis. Begitu juga dengan seorang Gorge Washington yang ketika terpilih untuk ketiga kalinya sebagai presiden Amerika Serikat, namun tidak diambilnya karena dia menganggap akan menghalangi proses transformasi demokrasi yang berjalan dinegara tersebut jika dia menjadi presiden kembali," jelasnya.
Chatib sendiri mengakui bahwa bekerja di Kementerian Keuangan memang memiliki banyak godaan terhadap korupsi. Tugas untuk melakukan pengelolaan terhadap keuangan negara yang jumlahnya lebih dari Rp 1.500 triliun membuat orang-orang di dalam kementerian harus ekstra berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Tujuannya agar keputusan yang dibuat tidak mengakibatkan kerugian negara sehingga bisa memicu timbulnya tuduhan korupsi.
"Kami tidak pernah berhenti dengan yang namanya godaan, sehingga saya rasa kerjasama dengan KPK menjadi sangat penting dalam memastikan segala tindakan keputusan yang kita ambil," tandasnya.(Dny/Shd)
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan salah satu pemicu yang memperburuk kondisi Indonesia ketika dilanda krisis ekonomi 1998 adalah isu korupsi yang dilakukan oknum yang berkedudukan di pemerintahan.
"Salah satu yang membuat krisis ekonomi Indonesia tahun 1998 lebih buruk dibanding negara lain karena isu korupsi kolusi nepotisme (KKN). Pada tahun 1998 ada setup insitusi yang membiarkan menyebabkan korupsi, VOC juga bangkrut karena korupsi," ujarnya saat memberikan sambutan pada Peringatan Hari Anti Korupsi di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta Selatan, Rabu (4/12/2013).
Chatib menilai dunia selama ini didominasi oleh dua jenis individu yaitu seseorang yang menjadi besar karena apa yang dilakukannya dan seseorang menjadi besar karena sesuatu yang tidak dilakukannya. Dalam kaitanya dengan korupsi, seseorang penguasa yang tidak memanfaatkan apa yang dimilikinya untuk melakukan penyimpangan seperti korupsi, barulah bisa disebut sebagai orang besar.
"Pernah Bung Hatta menginginkan sepatu tetapi dia tidak memanfaatkan jabatannya untuk mendapatkan sepatu tersebut secara gratis. Begitu juga dengan seorang Gorge Washington yang ketika terpilih untuk ketiga kalinya sebagai presiden Amerika Serikat, namun tidak diambilnya karena dia menganggap akan menghalangi proses transformasi demokrasi yang berjalan dinegara tersebut jika dia menjadi presiden kembali," jelasnya.
Chatib sendiri mengakui bahwa bekerja di Kementerian Keuangan memang memiliki banyak godaan terhadap korupsi. Tugas untuk melakukan pengelolaan terhadap keuangan negara yang jumlahnya lebih dari Rp 1.500 triliun membuat orang-orang di dalam kementerian harus ekstra berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Tujuannya agar keputusan yang dibuat tidak mengakibatkan kerugian negara sehingga bisa memicu timbulnya tuduhan korupsi.
"Kami tidak pernah berhenti dengan yang namanya godaan, sehingga saya rasa kerjasama dengan KPK menjadi sangat penting dalam memastikan segala tindakan keputusan yang kita ambil," tandasnya.(Dny/Shd)