Kembali runtuhnya rupiah ke level psikologis 12 ribu per dolar Amerika Serikat (AS) ditanggapi tenang pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menilai tak ada hal yang perlu dicemaskan dengan pelemahan rupiah karena kenaikan awal pekan lalu terjadi karena adanya pengumuman surplus neraca perdagangan.
"Tenang, BI (Bank Indonesia) ada di pasar," imbau Hatta saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (4/12/2013).
Hatta yakin, bank sentral takkan tinggal diam melihat kondisi nilai tukar rupiah yang sudah terpuruk sejak pertengahan tahun ini. Pelemahan kurs rupiah selama ini terjadi akibat rencana penarikan program stimulus The Federal Reserves dan defisit neraca transaksi berjalan.
Diakui Hatta, permintaan dolar AS dalam beberapa hari terakhir memang mengalami peningkatan. Sementara pasokan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diakui belum mencukupi.
"Misalnya Pertamina yang menarik kebutuhan dolar cukup tinggi di pasaran," papar dia.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada sore ini ditutup di level Rp 11.986 per dolar AS atau melemah 98 poin dari penutupan Selasa (3/12/2013) di level Rp 11.888 per dolar AS.
Sedangkan posisi rupiah berdasar kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar AS (Jisdor) BI hari ini di level Rp 11.960 per dolar AS, terdepresiasi 130 poin dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp 11.830 per dolar AS.
Managing Director Head of Global Markets HSBC, Ali Setiawan memproyeksikan nilai tukar rupiah sampai dengan akhir tahun ini akan menyentuh level Rp 11.500-Rp 12 ribu per dolar AS.
"Penyebabnya karena kebutuhan dolar untuk membayar utang dan repatriasi dividen ke luar negeri sangat besar, tapi suplai sedikit. Sehingga pasar tak likuid dan berimbas ke pasar valuta asing (valas)," ucap dia.(Fik/Shd)
"Tenang, BI (Bank Indonesia) ada di pasar," imbau Hatta saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (4/12/2013).
Hatta yakin, bank sentral takkan tinggal diam melihat kondisi nilai tukar rupiah yang sudah terpuruk sejak pertengahan tahun ini. Pelemahan kurs rupiah selama ini terjadi akibat rencana penarikan program stimulus The Federal Reserves dan defisit neraca transaksi berjalan.
Diakui Hatta, permintaan dolar AS dalam beberapa hari terakhir memang mengalami peningkatan. Sementara pasokan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diakui belum mencukupi.
"Misalnya Pertamina yang menarik kebutuhan dolar cukup tinggi di pasaran," papar dia.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada sore ini ditutup di level Rp 11.986 per dolar AS atau melemah 98 poin dari penutupan Selasa (3/12/2013) di level Rp 11.888 per dolar AS.
Sedangkan posisi rupiah berdasar kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar AS (Jisdor) BI hari ini di level Rp 11.960 per dolar AS, terdepresiasi 130 poin dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp 11.830 per dolar AS.
Managing Director Head of Global Markets HSBC, Ali Setiawan memproyeksikan nilai tukar rupiah sampai dengan akhir tahun ini akan menyentuh level Rp 11.500-Rp 12 ribu per dolar AS.
"Penyebabnya karena kebutuhan dolar untuk membayar utang dan repatriasi dividen ke luar negeri sangat besar, tapi suplai sedikit. Sehingga pasar tak likuid dan berimbas ke pasar valuta asing (valas)," ucap dia.(Fik/Shd)