"Dibandingkan dengan keadaan akhir tahun 2012, selama sembilan bulan jumlah kasus telah bertambah sebanyak 221 kasus atau 19,78 persen," ujarnya di Sentani, seperti dikutip dari Antara (5/12/2013).
Khairul Lie mengatakan angka penderita penyakit itu memberi arti bahwa setiap bulan rata-rata ditemukan 18 kasus baru. Jika ditinjau dari sisi penanggulangan, semakin banyak kasus yang ditemukan maka akan semakin baik.
Advertisement
"Pasalnya, dengan demikian akan lebih banyak penderita HIV/AIDS yang dapat ditolong atau diobati," katanya.
Akan tetapi, katanya, di sisi lain keadaan itu juga mengisyaratkan kepada semua pihak bahwa kemungkinan masih ada banyak penderita HIV/AIDS yang belum terdeteksi.
"Bagaikan fenomena gunung es, dimana kasus yang berhasil ditemukan pada dasarnya baru merupakan sebagian kecil dari kasus yang sesungguhnya yang belum terungkap," katanya.
Menurut dia, kasus HIV di Kabupaten Jayapura saat ini tidak saja hanya ditemukan di wilayah perkotaan atau terbatas pada kalangan pekerja seksual.
Akan tetapi, katanya, ternyata di kampung-kampung, di daerah pedalaman yang jauh dari kehidupan perkotaan, HIV/AIDS juga sudah ditemukan.
"Keadaan ini menuntut kita untuk bersungguh-sungguh dalam upaya menanggulangi HIV/AIDS," katanya.
Berdasarkan data, ternyata sebagian besar atau hampir 97 persen penularan HIV di Kabupaten Jayapura disebabkan karena hubungan seks.
Padahal, katanya, seks merupakan kebutuhan kodrati setiap orang dalam rangka melanjutkan keturunan.
"Dengan demikian maka pencegahan penularan HIV pada dasarnya menjadi tanggung jawab masing-masing individu," katanya.
Khairul mengatakan bahwa hanya diri sendiri yang mampu mengendalikan pemenuhan kebutuhan seksual.
"Termasuk untuk tidak melakukan hubungan seks yang berisiko, sehingga dapat terhindar dari kemungkinan tertular HIV karena hubungan seksual," katanya.
(Abd)