Alan Greenspan: AS Akan Menaikkan Suku Bunga

Meski tak menyebut waktu, Bank Sentral AS memastikan menaikkan suku bunga jangka pendek AS untuk mengantisipasi tekanan inflasi. IMF memperkirakan ekonomi global akan tumbuh dengan baik hingga 2005.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Apr 2004, 08:47 WIB
Liputan6.com, Washington D.C.,: Ketua Bank Sentral Amerika Serikat Alan Greenspan mengatakan pemulihan ekonomi negaranya menemukan momentum yang baik. Meski tak menyebut waktu, ia hampir memastikan akan menaikkan suku bunga jangka pendek AS untuk mengantisipasi tekanan inflasi. "Periode akomodasi moneter selama ini belum mengembangkan lingkungan yang memungkinkan munculnya tekanan inflasi itu," ungkap Greenspan di depan Komisi Perbankan Kongres di Washington, D.C., Rabu (21/4) waktu Indonesia.

Sejauh ini, menurut Greenspan, inflasi masih berada pada tingkat yang terbilang rendah. Namun, Bank Sentral tetap bersiaga untuk menghadapi letupan inflasi. Ia juga mengakui jatuhnya nilai tukar dolar AS dan menguatnya ekonomi global telah meningkatkan tekanan pada harga domestik. "Akan tetapi, Bank Sentral mengakui bahwa kesejahteraan yang berkelanjutan membutuhkan terjaganya stabilitas harga," ujar Greenspan.

Sejak Juni silam, Bank Sentral AS telah menjaga tingkat suku bunga Federal jangka pendek pada tingkat satu persen, nilai terendah sejak 1958 [baca: Alan Greenspan Mengkhawatirkan Defisit Anggaran AS]. Kebanyakan ahli ekonomi percaya, Bank Sentral akan mempertahankan angka tersebut hingga pertemuan pada 4 Mei mendatang. Sejumlah ekonom memperkirakan Greenspan akan mulai menaikkan suku bunga itu pada akhir tahun ini. Sementara ekonom yang lain percaya suku bunga satu persen akan bertahan hingga 2005.

Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan World Economic Outlook memperkirakan ekonomi global akan tumbuh dengan baik sepanjang tahun ini hingga tahun depan meski ditandai dengan resesi, serangan teroris, dan perang. Ekonomi global diperkirakan akan tumbuh 4,6 persen pada tahun ini atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya 3,9 persen. Angka itu lebih tinggi dari perkiraan yang dibuat IMF pada September 2003.

Kepala Tim Ekonomi IMF Raghuram Rajan mengingatkan prediksi IMF bisa saja meleset jika ada serangan teroris besar-besaran atau harga minyak dunia tetap tinggi atau melambung tak terkendali. "Setiap kenaikan harga minyak US$ 5 dolar per barel selama satu tahun penuh akan membuat ekonomi global turun 0,3 persen," tutur dia. Dalam analisa terbarunya, Rajan juga menyebut ketidakpastian geopolitik tetap menjadi kekhawatiran utama.(AWD/Uri)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya