Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie mengecam sikap Indonesia yang terkesan memaksa untuk tercapainya kesepakatan pada Konferensi Tingkat Menteri ke-9 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Bali. Partai Golkar meminta Indonesia untuk mengikuti jejak India patut yang tidak mau mundur sejengkal pun atas nama kepentingan nasional.
“Indonesia sebagai negara agraris dan berpenduduk besar seharusnya bersama-sama dengan India, bukan sebaliknya menjadi garda terdepan dalam me-lobby India untuk menyetujui proposal yang ditawarkan,” kata Aburizal Bakrie melalui keterangan tertulisnya di Jakarta (6/12/2013).
Pemerintah Indonesia, lanjut Pria yang akrab disapa ARB tersebut, harus mendukung sikap India yang menginginkan peningkatan persentase cadangan pangan nasional dari 10% menjadi 15% dari produksi nasional serta pemberian subsidi untuk kepentingan ketahanan pangan tanpa batas waktu.
Indonesia, lanjut dia, jangan terbuai dengan potensi penambahan nilai perdagangan dunia yang dijanjikan bila tercapainya kesepatan akan mencapai angka 1,3 triliun dollar Amerika. Karena menurutnya potensi itu bukan Indonesia yang menikmati paling besar kue tersebut, melainkan negara-negara maju.
“Lebih dari itu, kita harus menjaga kepentingan petani dalam negeri kita,” ungkap dia.
Partai Golkar sepakat Indonesia selaku tuan rumah harus menjadi tuan rumah yang baik. “Tapi tuan rumah yang baik tidak harus mengorbankan kepentingan nasional, khususnya petani dalam negeri,” terangnya.
ARB juga meminta Pemerintah Indonesia untuk mencermati data terakhir di mana 5,1 juta petani yang awalnya produktif menghasilkan pangan terpaksa ganti profesi akibat nilai tukar petani yang rendah dan kehilangan sawah ladangnya. (Ndw)
“Indonesia sebagai negara agraris dan berpenduduk besar seharusnya bersama-sama dengan India, bukan sebaliknya menjadi garda terdepan dalam me-lobby India untuk menyetujui proposal yang ditawarkan,” kata Aburizal Bakrie melalui keterangan tertulisnya di Jakarta (6/12/2013).
Pemerintah Indonesia, lanjut Pria yang akrab disapa ARB tersebut, harus mendukung sikap India yang menginginkan peningkatan persentase cadangan pangan nasional dari 10% menjadi 15% dari produksi nasional serta pemberian subsidi untuk kepentingan ketahanan pangan tanpa batas waktu.
Indonesia, lanjut dia, jangan terbuai dengan potensi penambahan nilai perdagangan dunia yang dijanjikan bila tercapainya kesepatan akan mencapai angka 1,3 triliun dollar Amerika. Karena menurutnya potensi itu bukan Indonesia yang menikmati paling besar kue tersebut, melainkan negara-negara maju.
“Lebih dari itu, kita harus menjaga kepentingan petani dalam negeri kita,” ungkap dia.
Partai Golkar sepakat Indonesia selaku tuan rumah harus menjadi tuan rumah yang baik. “Tapi tuan rumah yang baik tidak harus mengorbankan kepentingan nasional, khususnya petani dalam negeri,” terangnya.
ARB juga meminta Pemerintah Indonesia untuk mencermati data terakhir di mana 5,1 juta petani yang awalnya produktif menghasilkan pangan terpaksa ganti profesi akibat nilai tukar petani yang rendah dan kehilangan sawah ladangnya. (Ndw)