PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sore ini akan kembali menjadi milik Indonesia sepenuhnya setelah 30 tahun lamanya dikuasai perusahaan Jepang yang menjadi pemegang saham mayoritas.
Menurut rencana, Menteri Perindustrian MS Hidayat sore ini akan didampingi Menteri Keuangan Chatib Basri guna melakukan penandatangan pengakhiran kerjasama sekaligus pengambilalihan Inalum ke tangan Indonesia.
"Inalum nanti jam 3 (sore) ditandatangani, mungkin saya dipanggil (presiden) karena itu. Jepang komplit datang mungkin saya didampingi menteri keuangan dan itu akan mengakhiri kerjasama selama 30 tahun," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin (9/12/2013).
Penandatanganan kesepakatan pada sore ini meliputi besaran harga akuisisi dan kelanjutan jalannya bisnis perusahaan aluminium tersebut.
"Pokoknya yang kami lakukan sekarang ini menandatangani besaran kesepakatan harga. Kedua membuat menandatangani prosedur going concern perusahaan," ungkap Hidayat.
Mengenai kelanjutan perusahaan, Hidayat menjelaskan, kesepakatan yang dibuat guna memastikan keberlangsungan perusahaan akan tetap berjalan baik usai alih tangan ke Indonesia. "Artinya perusahaan harus tetap berjalan. Jadi selama 30 tahun itu market maupun partner semua berjalan seperti adanya. Semua tetep berjalan. Nah itu pertama kali milik Indonesia, jadi profesional Indonesia harus bisa memperbaiki lebih baik," jelasnya.
Usai penandatangan kesepakatan ini, Kementerian Keuangan selanjutnya akan memproses pembayaran pembelian saham Inalum sesuai harga kesepakatan.
"Pembayarannya mungkin dalam 4-5 hari setelah itu terjadi maka sah lah saham itu 100% kepunyaan indonesia," lanjutnya.
Hingga saat ini, Hidayat memastikan, besaran nilai akuisisi masih berada di kisaran US$ 556,7 juta. "Angkanya tetap US$ 556,7 juta, itu sesuai dengan endorsment dari BPKP, angka itu," tandasnya.(Dny/Shd)
Menurut rencana, Menteri Perindustrian MS Hidayat sore ini akan didampingi Menteri Keuangan Chatib Basri guna melakukan penandatangan pengakhiran kerjasama sekaligus pengambilalihan Inalum ke tangan Indonesia.
"Inalum nanti jam 3 (sore) ditandatangani, mungkin saya dipanggil (presiden) karena itu. Jepang komplit datang mungkin saya didampingi menteri keuangan dan itu akan mengakhiri kerjasama selama 30 tahun," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin (9/12/2013).
Penandatanganan kesepakatan pada sore ini meliputi besaran harga akuisisi dan kelanjutan jalannya bisnis perusahaan aluminium tersebut.
"Pokoknya yang kami lakukan sekarang ini menandatangani besaran kesepakatan harga. Kedua membuat menandatangani prosedur going concern perusahaan," ungkap Hidayat.
Mengenai kelanjutan perusahaan, Hidayat menjelaskan, kesepakatan yang dibuat guna memastikan keberlangsungan perusahaan akan tetap berjalan baik usai alih tangan ke Indonesia. "Artinya perusahaan harus tetap berjalan. Jadi selama 30 tahun itu market maupun partner semua berjalan seperti adanya. Semua tetep berjalan. Nah itu pertama kali milik Indonesia, jadi profesional Indonesia harus bisa memperbaiki lebih baik," jelasnya.
Usai penandatangan kesepakatan ini, Kementerian Keuangan selanjutnya akan memproses pembayaran pembelian saham Inalum sesuai harga kesepakatan.
"Pembayarannya mungkin dalam 4-5 hari setelah itu terjadi maka sah lah saham itu 100% kepunyaan indonesia," lanjutnya.
Hingga saat ini, Hidayat memastikan, besaran nilai akuisisi masih berada di kisaran US$ 556,7 juta. "Angkanya tetap US$ 556,7 juta, itu sesuai dengan endorsment dari BPKP, angka itu," tandasnya.(Dny/Shd)