Demi Laut Mati, Israel dan Palestina Tanda Tangani Kesepakatan

Perundingan damai Israel-Palestina stagnan, bahkan mungkin mustahil tercapai. Namun, demi Laut Mati (Dead Sea), dua negara bersepakat.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 10 Des 2013, 11:51 WIB
Perundingan damai Israel-Palestina stagnan, bahkan mungkin mustahil tercapai. Namun, demi Laut Mati (Dead Sea), dua negara bersepakat. Bersama Yordania, mereka menandatangani pakta pembagian air.

Salah satu isi perjanjian adalah membangun jaringan pipa untuk menyalurkan air garam dari pabrik desalinasi di Laut Merah ke Laut Mati. Sembari menyediakan air minum untuk kawasan tersebut, mereka juga akan mengisi Laut Mati.

Perjanjian tersebut ditandatangani pada hari Senin di markas besar Bank Dunia di Washington DC. Proyek ini diperkirakan akan menelan biaya US$250 juta-US$400 juta atau Rp 2,99 triliun - Rp 4,78 triliun.

Perjanjian ini ditandatangani Menteri Energi Israel Silvan Shalom,  Kepala Urusan Air Palestina Syaddad Attili, dan Kepala Layanan Air Yordania Hazim el - Naser.

Begini skemanya: pipa air dari Teluk Aqaba di Laut Merah dialirkan ke pabrik desalinasi di Yordania. Air hasil desalinasi digunakan untuk air minum, sementara air garamnya dikirim ke tepi paling selatan Laut Mati .

Sebagai permulaan, air garam tersebut akan digunakan untuk menguji dampak penambahan air Laut Merah yang disalurkan ke Laut Mati. Demikian menurut pejabat Bank Dunia, seperti dikabarkan BBC, 9 Desember 2013.

Proyek tersebut juga termasuk pembangunan pabrik desalinasi di Yordania, yang diproyeksikan bisa menghasilkan 80 juta sampai 100 juta kubik meter air setiap tahunnya.

Sebuah kesepakatan transfer air juga akan memungkinkan Israel memasok air ke Yordania dan wilayah Palestina.

Proyek ini juga akan menghasilkan listrik tenaga air yang digunakan dalam proses desalinasi. Proyek tersebut telah dibahas selama bertahun-tahun.

Namun, para kritikus khawatir dampak rencana tersebut pada ekosistem yang rapuh di Laut Mati.

Kelompok advokasi lingkungan, Friends of the Earth Middle East mendesak dilakukan studi lingkungan tentang bagaimana air garam dari pabrik desalinasi harus diperlakukan sebelum proyek dimulai. Sebab, tidak jelas bagaimana air garam dari air Laut Merah akan mempengaruhi ekosistem Laut Mati.

Terancam Mati

Permukaan air Laut Mati terus menurun dengan kecepatan yang mengkhawatirkan dari 0,8 meter sampai 1,2 meter per tahun.

Penurunan signifikan tingkat air selama 30 tahun terakhir adalah karena pengalihan air dari sungai Yordan dan dari Laut Mati itu sendiri karena peningkatan populasi--manusia menguras sumber air utamanya di Sungai Yordan, yang digunakan sebagai air minum dan irigasi.

Laut Mati, yang terletak di antara Yordania, Israel, dan Tepi Barat Palestina, tak akan menenggelamkan orang. Kadar garam yang tinggi membuat orang bisa mengapung dengan mudah. Salinitas yang lebih dari 32 persen membuat mahluk hidup nyaris tak mungkin hidup di dalamnya. Keunikannya menjadi daya tarik bagi wisatawan dunia, mineral dalam air dan lumpurnya diyakini berkhasiat, khususnya bagi kecantikan.

Penurunan kadar air Laut Mati sangat mengkhawatirkan. Beberapa orang takut Laut Mati bisa kering sepenuhnya pada 2050. [Baca juga: Laut Mati Terancam Lenyap `Ditelan` Sinkhole?] (Ein/Yus)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya