Di Indonesia, setahun belakangan ini media massa sudah tidak lagi dikuasai oleh surat kabar, televisi, dan radio yang biasa digunakan sebagai alat promosi. Dengan semakin banyaknya pengguna perangkat mobile, smartphone diprediksi akan menjadi media massa generasi baru.
"Smartphone sudah menjadi pilihan utama seseorang untuk mengakses media. Bahkan ketika bangun tidur, mereka langsung membuka smartphone," kata Uti Rahardjo, founder dan CEO Creative Center yang ditemui tim Tekno Liputan6.com di ajang Mobile Marketing Conference Dig-In 2013 di Jakarta, Selasa (10/12/2013).
Uti memaparkan, menurut survei di tahun 2012 lalu, setiap harinya penduduk Indonesia kelas menengah menonton televisi selama 4,5 jam, mendengarkan radio selama 2 jam, 34 menit membaca surat kabar, dan mengakses internet selama 1,5 jam.
"Survei di tahun 2013 belum bisa saya paparkan. Namun saya kira aktivitas penduduk Indonesia kelas menengah yang mengakses internet akan meningkat 10%, sementara aktivitas penggunaan media lainnya seperti televisi, radio, dan surat kabar akan menurun," tambah Uti.
Meningkatnya aktivitas akses internet, lanjut Uti, dikarenakan banyak pengguna smartphone yang mengakses internet melalui perangkat genggamnya. Dan di tahun depan, smartphone diprediksi akan menggantikan peran televisi sebagai media massa konvensional.
"Bersamaan dengan hal itu, smartphone akan menjadi media yang paling banyak digunakan perusahaan untuk mempromosikan produknya. Pasalnya, selain lebih tepat sasaran, mobile marketing juga lebih efisien dan biayanya jauh lebih murah. Dengan demikian, smartphone ke depannya akan menjadi media massa generasi baru," paparnya.
Uti menganalogikan, jika memproduksi iklan televisi, perusahaan bisa menghabiskan biaya sekitar Rp 500 juta - Rp 1 milyar, sedangkan dengan mobile marketing seperti messaging content, perusahaan hanya perlu biaya Rp 300 sekali mengirim pesan.
Bukan itu saja, sekali pasang iklan di televisi, perusahaan harus merogoh kocek sekitar Rp 30 juta. Sedangkan bila menggunakan strategi mobile marketing, perusahaan hanya cukup mengeluarkan biaya operasional sekitar Rp 200 juta selama sebulan. (isk/dew)
Baca juga:
Tren Mobile Marketing di Indonesia Diprediksi Naik 2x Lipat
Ponsel Murah Selamatkan Industri Musik Digital
"Smartphone sudah menjadi pilihan utama seseorang untuk mengakses media. Bahkan ketika bangun tidur, mereka langsung membuka smartphone," kata Uti Rahardjo, founder dan CEO Creative Center yang ditemui tim Tekno Liputan6.com di ajang Mobile Marketing Conference Dig-In 2013 di Jakarta, Selasa (10/12/2013).
Uti memaparkan, menurut survei di tahun 2012 lalu, setiap harinya penduduk Indonesia kelas menengah menonton televisi selama 4,5 jam, mendengarkan radio selama 2 jam, 34 menit membaca surat kabar, dan mengakses internet selama 1,5 jam.
"Survei di tahun 2013 belum bisa saya paparkan. Namun saya kira aktivitas penduduk Indonesia kelas menengah yang mengakses internet akan meningkat 10%, sementara aktivitas penggunaan media lainnya seperti televisi, radio, dan surat kabar akan menurun," tambah Uti.
Meningkatnya aktivitas akses internet, lanjut Uti, dikarenakan banyak pengguna smartphone yang mengakses internet melalui perangkat genggamnya. Dan di tahun depan, smartphone diprediksi akan menggantikan peran televisi sebagai media massa konvensional.
"Bersamaan dengan hal itu, smartphone akan menjadi media yang paling banyak digunakan perusahaan untuk mempromosikan produknya. Pasalnya, selain lebih tepat sasaran, mobile marketing juga lebih efisien dan biayanya jauh lebih murah. Dengan demikian, smartphone ke depannya akan menjadi media massa generasi baru," paparnya.
Uti menganalogikan, jika memproduksi iklan televisi, perusahaan bisa menghabiskan biaya sekitar Rp 500 juta - Rp 1 milyar, sedangkan dengan mobile marketing seperti messaging content, perusahaan hanya perlu biaya Rp 300 sekali mengirim pesan.
Bukan itu saja, sekali pasang iklan di televisi, perusahaan harus merogoh kocek sekitar Rp 30 juta. Sedangkan bila menggunakan strategi mobile marketing, perusahaan hanya cukup mengeluarkan biaya operasional sekitar Rp 200 juta selama sebulan. (isk/dew)
Baca juga:
Tren Mobile Marketing di Indonesia Diprediksi Naik 2x Lipat
Ponsel Murah Selamatkan Industri Musik Digital