Konflik dalam sebuah hubungan itu biasa. Bisa jadi konflik memunculkan debat dan perang dingin. Konsultan Hubungan dan Penulis Buku Its Your Life, Vinita Dawra Nangia mengatakan baik debat berkepanjangan serta perang dingin bukan pilihan baik untuk menyelesaikan persoalan.
"Perdebatan itu pasti ada, tapi bukan harus dengan perang dingin atau saling berteriak. Bertengkar pun bisa dengan cara yang lebih baik dan nyaman," katanya dikutip Idiva, Rabu (11/12/2013).
Penelitian yang dilakukan Dr. Gordon Harold di Cardiff University, Inggris menunjukan komunikasi lisan yang agresif dalam perdebatan memiliki potensi menyimpan luka atau kenangan buruk selamanya.
"Misalnya orangtua yang bertengkar hebat dengan berteriak di hadapan anak-anak maka akan memunculkan perasaan luka yang bisa tersimpan selamanya. Begitu juga dengan pertemanan dan hubungan percintaan," katanya.
Bertengkar pun menurut Vinita bisa dilakukan dengan baik-baik, begini caranya:
"Perdebatan itu pasti ada, tapi bukan harus dengan perang dingin atau saling berteriak. Bertengkar pun bisa dengan cara yang lebih baik dan nyaman," katanya dikutip Idiva, Rabu (11/12/2013).
Penelitian yang dilakukan Dr. Gordon Harold di Cardiff University, Inggris menunjukan komunikasi lisan yang agresif dalam perdebatan memiliki potensi menyimpan luka atau kenangan buruk selamanya.
"Misalnya orangtua yang bertengkar hebat dengan berteriak di hadapan anak-anak maka akan memunculkan perasaan luka yang bisa tersimpan selamanya. Begitu juga dengan pertemanan dan hubungan percintaan," katanya.
Bertengkar pun menurut Vinita bisa dilakukan dengan baik-baik, begini caranya:
1. Hadirkan kondisi nyaman
Jangan sampai kehilangan rasa sopan atau kenyamanan walaupun sedang adu argumen. "Lontarkan kalimat-kalimat manis, hindari kata-kata kasar ataupun dengan nada yang tinggi. Bayangkan Anda jadi dia saat emosi negatif keluar bagaimana perasaan Anda," katanya.
Advertisement
2. Dengarkan argumen pasangan
"Latihlah diri Anda untuk mendengarkan argumen dari pasangan, lihat sudut pandang dia. Jangandulu dibantah atau dipotong saat dia berbicara. Ekspresi pun hindari yang membuat situasi menegang," kata Vinita menjelaskan.
3. Pahami pasangan
Debat argumen bukan berati harus merasa benar dan terus mempertahankan. Pahami perasaan pasangan dengan menghargai argumennya kemudian bahas bersama.
"Fokus pada masalahnya bukan pada argumen Anda, ketika sama-sama kuat dan meras benatr maka masalah baru akan timbul. Fokus dan perhatikan masalah utamanya," ujar Seema.
Advertisement
4. Selesaikan Nanti
Vinita mengatakan emosi negatif tidak akan menyelesaikan masalah. "Saat hari itu emosi Anda dan pasangan tidak bisa mereda, tahan dulu sampai emosi negatif hilang. Bukan berarti hari itu harus selesai kaalu dirasa tidak dapat selesai, coba hentikan dulu dengan memeluknya dan membahasnya lain kali dengan nada bercanda," ujar Seema menyarankan.
(Mia/Abd)