Slank Sempat Akan Dibubarkan, Bim Bim Diancam Dibunuh

Bim Bim dan Kaka ditinggal Indra, Bongky dan Pay. Mereka tak kuat dengan keduanya yang masih memakai narkotika.

oleh Aditia Saputra diperbarui 11 Des 2013, 14:00 WIB
Benih-benih perpecahan itu semakin tumbuh. Ketidakcocokan mulai melebar antar personel ketimbang memperkuat komitmen awal saat membentuk Slank. Puncaknya adalah ketika Bongky, Indra, dan Pay harus keluar dari grup yang sudah mencengkeramkan pengaruhnya di blantika musik Tanah Air itu.

Namun ada juga yang menyebutkan bahwa Bongky, Indra dan Pay keluar atau mengundurkan diri karena perilaku Bimbim dan Kaka yang sudah terlampau parah dalam penggunaan narkoba.

"Slank pecah memang gara-gara mabok," kata Bongky dalam sebuah kesempatan. Menurut Bongky, kondisi Slank saat itu memang sudah tak bisa lagi diselamatkan. Hal ini pun disayangkan oleh para Slankers terhadap idolanya yang sudah melahirkan banyak karya bagus dengan kualitas musik yang luar biasa.

Sementara itu, Bim Bim sendiri enggan untuk mengomentari tudingan dari ketiganya. Yang pasti, keluarnya 3 anggota Slank itu sempat disesalkan olehnya.
Foto dok. Liputan6.com


"Gue nggak bisa larang mereka bertiga keluar. Jujur sebuah kebodohan yang nggak gue dan Kaka mengerti tapi inilah perjalanan, harus kehilangan mereka," kata Bimbim.

Perpecahan tersebut sebenarnya sudah bisa terlihat di album ke empat mereka di lagu 'Pisah Saja Dulu'. Bimbim bahkan berniat untuk membubarkan Slank. Namun sebuah surat yang ditulis dengan darah oleh seorang Slanker membuatnya mengurungkan niatnya. Isinya menyeramkan. Dia bersumpah untuk membunuh Bimbim jika Bimbim benar benar melaksanakan niatnya untuk membubarkan Slank.

"Kebayang seram juga dapat surat dengan isi menyeramkan. Si Slanker ini bersumpah akan membunuh Bimbim apabila drumer dan pendiri Slank ini serius dan benar-benar melaksanakan niatnya membubarkan Slank," kata Bimbim dengan bergidik ngeri.

Akhirnya tahun 1996 saat Slank menggarap album Lagi Sedih, Bongky, Pay, dan Indra keluar. Kemudian Kaka dan Bimbim, dalam kondisi masih terjerat narkoba, menggarap album keenam dengan bantuan additional player. Di sinilah Reynold masuk untuk mengisi posisi gitar dan Ivan yang waktu itu sering nongkrong di Potlot ikut membantu dalam mengerjakan proyek album keenam Slank di masa transisi.

Foto dok. Liputan6.com


Album Lagi Sedih yang dirilis Februari 1996 dengan single Koepoe Liarkoe dan Tong Kosong membuktikan Slank masih bisa bertahan. Pada akhirnya, tawaran manggung pun berdatangan. Namun saat tur tinggal menyisakan beberapa kota, Reynold menyatakan ingin keluar dari Slank. Alasan Reynold saat itu juga tak kuat karena kondisi Bimbim dan Kaka yang masih terjerumus narkoba.

"Gue dan Bimbim sempat membujuk untuk menunda pengunduran diri Reynold, tapi ya sudah kita jalan terus," kata Kaka ikut menimpali.

Diakui Bimbim, narkoba mengubah karakternya yang biasanya pendiam dan rapi menjadi suka berteriak-teriak dan bergaya slebor. "Sama saat itu, gue juga idem ditto dengan Bimbim," kata Kaka.

Pengalaman pahit terjerat narkoba memang menjadi bumerang tak hanya dalam urusan personel. Ketika mereka sedang sakaw namun tidak ada narkoba dalam sebuah perjalanan ke daerah untuk konser, Bimbim pernah sampai tak bisa bangun, padahal harus ada pertemuan dan tanya-jawab dengan wartawan. "Kaka yang ngadepin wawancara wartawan karena kondisinya lebih kuat meski dengan susah payah. Pokoknya hancur banget saat itu."

Foto dok. Liputan6.com


Slank membantah anggapan bahwa dengan mengonsumsi narkoba seorang seniman bisa lebih kreatif. Justru sebaliknya, tanpa menggunakan barang haram tersebut mereka terbukti bisa menghasilkan karya-karya bagus.

"Saat membikin album pertama hingga ketiga, kami belum memakai narkoba, tapi album itu terbukti paling bagus. Jadi, tanpa narkoba kami bisa menghasilkan karya yang bagus. Setelah album ketiga, kami menjadi pengguna," ujar Kaka.

Ivan menjadi personel resmi Slank, dan manajemen langsung mencari mencari personel lain demi menyelesaikan sisa show di beberapa kota. Ivan merekomendasikan Abdee Negara untuk membantu Slank. Abdee dan Ivan memang sudah bersahabat lama dan satu band di Flash. Lalu masuk juga Mohammad Ridwan Hafiedz atau Ridho yang baru saja menyelesaikan sekolah gitar.

(
Foto dok. Liputan6.com


Tahun 1997, lewat album ketujuh dengan single menghentak Balikin, Bimbim dan Kaka tampak serius ingin lepas dari ketergantungan narkoba. Peran personel Slank lain yang benar-benar bersih dari narkoba semakin menguatkan niat mereka.

"Gue dan Kaka berhenti (memakai ) narkoba bukan karena takut ditingal penggemar. Justru kami berdua ketakutan karena sikap kami yang nggak asyik itu mulai menular dan banyak diikuti penggemar. Hal itu yang membuat kita berpikir harus serius lepas dari barang ini," kata Bimbim.(Adt)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya