Kabar mengejutkan datang dari acara misa perkabungan mendiang tokoh anti-apartheid Nelson Mandela. Penerjemah bahasa isyarat untuk kaum tunarungu dan tunawicara yang tampil dalam siaran langsung selama 4 jam dikabarkan palsu, karena membentuk gerakan yang aneh dan tak biasa. Hal itu dikemukan oleh Komunitas penyandang bisu-tuli yang geram melihat aksi si penerjemah itu.
Seperti dilansir dari CNN yang dimuat Liputan6.com, Kamis (12/12/2013), penerjemah itu bertugas menerjemahkan setiap pidato para kepala negara, termasuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke dalam bahasa isyarat tangan. Bagi para awam, aksi penerjemah itu memang terlihat meyakinkan, tangannya bergerak ke sana ke mari mengikuti isi pidato selama 4 jam.
Namun Federasi Tuna Rungu Afrika Selatan (DeafSA) tidak bisa dibohongi. Bruno Druchen selaku direktur DeafSA membeberkan orang itu tak dikenal di komunitas tunarungu. Raut wajah penerjemah itu juga datar, padahal ekspresi wajah merupakan salah satu kunci utama keberhasilan bahasa isyarat.
"Meskipun setiap negara memiliki bahasa isyarat masing-masing, semuanya memerlukan ekspresi wajah," jelas Druchen.
Selain itu, sambung Druchen, gerakan-gerakan tangannya sama sekali tidak memiliki arti. "Ini adalah penghinaan terhadap bahasa isyarat," tegas Druchen.
Hal senada juga disampaikan penderita tuli yang hadir. Salah satunya adalah penerjemah bahasa isyarat terkenal di Afsel yakni Francois Deysel.
"Tolong usir penerjemah itu dari panggung. Dia sangat memalukan dan melecehkan profesi ini," kicau Deysel di Twitter.
Kekesalan lainnya diungkapkan oleh aktris bernama Marlee Matlin yang juga seorang tunarungu. Ia mengaku sudah menyadari penerjemah palsu itu sejak awal. "Aku langsung tahu dia palsu dan sama sekali bukan penerjemah, dan ini penghinaan," ujarnya.
Dalam pernyataannya, DeafSA juga mengatakan penerjemah palsu itu bahkan salah dalam memberikan bahasa isyarat untuk "Nelson Mandela, Jacob Zuma dan Thabo Mbeki". Padahal di komunitas tunarungu, telah disepakati bentuk bahasa isyarat para petinggi negara ini.
"Hal itu jelas membuktikan dia tidak terlibat dalam komunitas tunarungu, dan tidak tahu bahasa isyarat Afrika Selatan," kecam DeafSA.
Belum ada konfirmasi dari pihak terkait. Namun jika tuduhan ini terbukti, maka akan menjadi hal paling memalukan bagi Afrika Selatan. Sebab saat negara berkabung sekaligus merayakan kejayaan Nelson Mandela, malah ada acara penipuan seperti itu.
Sejauh ini, pemerintah Afsel dilaporkan tengah menyelidiki tuduhan yang juga menuai kritik di website dan radio lokal setempat.
Orang-orang bertanya siapa dia dan siapa yang mempekerjakannya. Jawaban didapat dari seorang juru bicara untuk Partai Kongres Nasional Afrika (ANC) Jackson Mthembu. Namun ia hanya mengatakan partainya tidak tahu-menahu ada yang mempekerjakan penerjemah itu untuk acara tersebut.
"Kami memang menggunakannya pada beberapa kesempatan, tapi kemarin itu bukan peristiwa ANC, sehingga kami tidak bisa menjawab untuk insiden kemarin," ucap Jackson Mthembu. (Tnt/Sss)
Seperti dilansir dari CNN yang dimuat Liputan6.com, Kamis (12/12/2013), penerjemah itu bertugas menerjemahkan setiap pidato para kepala negara, termasuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke dalam bahasa isyarat tangan. Bagi para awam, aksi penerjemah itu memang terlihat meyakinkan, tangannya bergerak ke sana ke mari mengikuti isi pidato selama 4 jam.
Namun Federasi Tuna Rungu Afrika Selatan (DeafSA) tidak bisa dibohongi. Bruno Druchen selaku direktur DeafSA membeberkan orang itu tak dikenal di komunitas tunarungu. Raut wajah penerjemah itu juga datar, padahal ekspresi wajah merupakan salah satu kunci utama keberhasilan bahasa isyarat.
"Meskipun setiap negara memiliki bahasa isyarat masing-masing, semuanya memerlukan ekspresi wajah," jelas Druchen.
Selain itu, sambung Druchen, gerakan-gerakan tangannya sama sekali tidak memiliki arti. "Ini adalah penghinaan terhadap bahasa isyarat," tegas Druchen.
Hal senada juga disampaikan penderita tuli yang hadir. Salah satunya adalah penerjemah bahasa isyarat terkenal di Afsel yakni Francois Deysel.
"Tolong usir penerjemah itu dari panggung. Dia sangat memalukan dan melecehkan profesi ini," kicau Deysel di Twitter.
Kekesalan lainnya diungkapkan oleh aktris bernama Marlee Matlin yang juga seorang tunarungu. Ia mengaku sudah menyadari penerjemah palsu itu sejak awal. "Aku langsung tahu dia palsu dan sama sekali bukan penerjemah, dan ini penghinaan," ujarnya.
Dalam pernyataannya, DeafSA juga mengatakan penerjemah palsu itu bahkan salah dalam memberikan bahasa isyarat untuk "Nelson Mandela, Jacob Zuma dan Thabo Mbeki". Padahal di komunitas tunarungu, telah disepakati bentuk bahasa isyarat para petinggi negara ini.
"Hal itu jelas membuktikan dia tidak terlibat dalam komunitas tunarungu, dan tidak tahu bahasa isyarat Afrika Selatan," kecam DeafSA.
Belum ada konfirmasi dari pihak terkait. Namun jika tuduhan ini terbukti, maka akan menjadi hal paling memalukan bagi Afrika Selatan. Sebab saat negara berkabung sekaligus merayakan kejayaan Nelson Mandela, malah ada acara penipuan seperti itu.
Sejauh ini, pemerintah Afsel dilaporkan tengah menyelidiki tuduhan yang juga menuai kritik di website dan radio lokal setempat.
Orang-orang bertanya siapa dia dan siapa yang mempekerjakannya. Jawaban didapat dari seorang juru bicara untuk Partai Kongres Nasional Afrika (ANC) Jackson Mthembu. Namun ia hanya mengatakan partainya tidak tahu-menahu ada yang mempekerjakan penerjemah itu untuk acara tersebut.
"Kami memang menggunakannya pada beberapa kesempatan, tapi kemarin itu bukan peristiwa ANC, sehingga kami tidak bisa menjawab untuk insiden kemarin," ucap Jackson Mthembu. (Tnt/Sss)