Januari: Raihan, Bocah yang Koma Berbulan-bulan Usai Operasi

Kisah Raihan yang koma berbulan-bulan usai menjalani operasi usus buntu menjadi pilihan dalam kaleidoskop kesehatan 2013 edisi Januari.

oleh Aditia Saputra diperbarui 12 Des 2013, 14:42 WIB

Kehidupan Raihan Muhammad Raihan (11 tahun) si bocah aktif dan hobby bermain bola itu berubah sejak di meja bedah. Berawal dari demam dan sakit perut yang dialaminya, sang bocah didiagnosa menderita usus buntu.

Namun setelah usus buntu dioperasi, kehidupan Raihan tak bisa kembali seperti semula. Ia bahkan berbulan-bulan (7 bulan) terbaring koma, dengan badan lumpuh dan mata tak bisa melihat.

Ayah dan ibunya sudah mengupayakan pengobatan yang terbaik untuk sang buah hati tercinta. Namun hingga hampir setahun lebih sejak kasus terjadi 22 September 2012, Raihan tak kunjung normal dan kondisinya kini makin memburuk.

Keluarganya sudah menuntut pertanggungjawaban Rumah Sakit Medika Permata Hijau (RSMPH) Jakarta, tapi sampai kini belum ada titik penyelesaian. Kenapa operasi kecil usus buntu bisa mengakibatkan efek yang fatal dan benarkah rumah sakit telah melakukan dugaan malapraktik belum juga ada jawaban.

Kisah Raihan yang koma berbulan-bulan usai menjalani operasi usus buntu di Rumah Sakit Medika Permata Hijau (RSMPH) Jakarta, menjadi catatan khusus redaksi health liputan6.com, untuk di angkat dalam berita Kaleidoskop Kesehatan 2013 edisi bulan Januari.

Berikut kisah Raihan yang menjadi catatan buruk dunia kesehatan Indonesia seperti ditulis Kamis (12/12/2013):


Awal Mula Kasus Raihan


Ibunda Raihan, Oti Puspa Dewi, menceritakan kronologi awal mengapa Raihan sampai dibawa ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta. (Baca: Begini Awal Mula Raihan Harus Dioperasi Usus Buntu Lalu Koma)

Pada hari Jumat, 21 September 2012, sekitar magrib Raihan mengadu kepada Oti kalau ia merasa mual dan muntah. Oti lalu mengoleskan minyak angin ke perut Raihan dan memberikan Raihan makanan. Sampai jam 23.00 WIB Raihan masih muntah-muntah. Oti lalu memberikan Raihan makanan dan minuman. Tapi, makanan dan minuman tersebut tidak dapat ditelan Raihan, malah dimuntahkannya lagi.

Pada hari Sabtu, 22 September 2012, sekitar pukul 03.00 WIB Raihan mengaku sudah tidak kuat lagi. Karena apa yang diberikan kepada Raihan semuanya dimuntahkan, Oti meminta Raihan untuk kuat sampai jam 5 pagi biar langsung dibawa ke rumah sakit.

Karena pada saat itu suami Oti, Muhammad Yunus sedang bertugas di Kalimantan, Oti langsung menelepon taksi untuk membawa Raihan ke rumah sakit. Selain menelepon taksi, Oti pun menghubungi keluarganya yang ada di Jambi. Tidak lupa Oti juga menelepon Muhammad Yunus untuk memberitahu keadaan Raihan.

Karena rumah sakit yang terdekat dari kediaman Oti di Srengseng adalah di Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta, Oti lantas membawa Raihan ke rumah sakit tersebut.

Sesampainya di Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta, Oti membawa Raihan ke UGD rumah sakit tersebut. Dokter UGD yang waktu itu mengecek Raihan mengatakan kalau Raihan saat itu salah makan.

Dokter itu mengatakan kepada Oti untuk sabar menunggu dokter anak sampai datang dan langsung memeriksa Raihan. Setelah menunggu beberapa jam, sekitar pukul 10.00 WIB dokter anak datang dan langsung memeriksa perut Raihan.

"Jam 10 dokter anak datang. Setelah memeriksa gejalanya, kayak memeriksa perut Raihan dokter itu. Dokter itu menekan-nekan perut Raihan, dan Raihan bilang sakit. Lalu dokternya bilang 'Kalau gitu Ibu, saya rujuk ke dokter bedah ya, Bu'. Saya bertanya kenapa, dokter tersebut menjawab 'Kemungkinan ini usus buntu'. Lalu saya bilang lagi 'Iya ya dok? Semoga tidak ya, dok'. Dokter itu lalu menjawab 'Semoga tidak. Saya rujuk saja dulu ya, Bu'," kata Oti.

Dokter bedah rumah sakit tersebut (Dr A) menurut Oti datang sekitar jam 1 siang. Setelah dokter bedah itu datang, ia langsung memeriksa Raihan dengan cara yang sama seperti dokter anak lakukan. Memeriksa bagian perut Raihan.

Setelah memeriksa perut Raihan, dokter bedah tersebut mengatakan kalau Raihan terkena usus buntu akut. Tanpa melakukan tes lanjutan, dokter tersebut yakin kalau Raihan menderita usus buntu akut dan harus segera dilakukan tindakan operasi.

Oti yang waktu itu mendengarkan penyataan dokter bedah tersebut langsung kaget dan cemas. Raihan yang baru pertama kali mengeluh sakit perut, langsung didiagnosa oleh dokter kalau ia terkena usus buntu akut.


Di Meja Operasi

Terjadi pembicaraan via telepon antara ayahanda Raihan, Muhammad Yunus (yang sedang berada di Kalimantan Selatan) dengan dokter bedah umum Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta yang telah menyarankan untuk segera dilakukan operasi pada Raihan. (Baca: Kronologi Kasus Raihan, Bocah yang Lumpuh dan Buta Usai Operasi)

Muhammad Yunus pun menanyakan mengapa anaknya harus segera dioperasi. Dijelaskan oleh dokter bedah umum bahwa Raihan mengalami usus buntu akut yang secepatnya untuk segera dioperasi, jika tidak dioperasi dikhawatirkan akan terjadi infeksi.

Dalam pembicaraan via telepon antara Yunus dengan dokter bedah umum tersebut, Yunus memohon kepada dokter tersebut untuk dilakukan semacam second opinion atas dugaan usus buntunya Raihan.

Dan sekalian meminta dirawatinapkan terlebih dahulu guna dilakukan observasi lebih lanjut atas dugaan dokter tersebut. Namun, dokter bedah umum tersebut tetap menyatakan Raihan menderita usus buntu akut dan harus sesegera mungkin diambil langkah operasi sore hari itu juga.

Muhammad Yunus menanyakan apa efek yang akan terjadi jika dilakukan operasi dan jika tidak dilakukan operasi secepat itu seperti permintaan dokter bedah tersebut.

Dokter tersebut menjawab, bahwa operasi yang akan dilakukan Raihan adalah operasi kecil dan biasa dilakukan oleh dokter tersebut. Lalu 2 atau 3 hari setelah operasi dokter meyakinkan bahwa Raihan sudah bisa pulang.

Namun jika tidak segera dioperasi, dikhawatirkan akan terjadi infeksi atau pecah dan kemungkinan bisa menjadi operasi besar.

Bukan hanya Yunus yang meminta untuk tidak dilakukan operasi tersebut, istrinya Oti Puspa Dewi juga melakukan hal yang sama. Oti meminta untuk dilakukan pemeriksaan berupa dilakukannya USG untuk melihat kebenaran dugaan tersebut, namun tidak dilakukan oleh dokter tersebut dan menyatakan tidak perlu.

Sekitar pukul 16.00, akhirnya setelah menerima keyakinan dokter tersebut dan harapan terbaik untuk Raihan, operasi pada Raihan dilakukan dengan dokter yang terlibat dalam operasi itu adalah dokter bedah umum dan dokter anastesi.

Sekitar pukul 18.00, tiba-tiba ibunda Raihan, Oti Puspa Desi, dipanggil ke dalam ruang operasi untuk melihat Raihan yang sudah dalam keadaan kritis dan terkulai tidak sadarkan diri tanpa adanya pertolongan yang maksimal.

Pihak keluarga pun akhirnya menyangsikan kelengkapan peralatan di ruangan operasi tersebut.


Raihan Koma

Sejak dilakukan operasi usus buntu pada 22 September 2012 di Rumah Sakit Medika Permata Hijau (RSMPH) Raihan tak sadarkan diri. (Baca: Efek Operasi Usus Buntu, Raihan Kini Dinyatakan Lumpuh Total)

Raihan yang terbaring lemah tak berdaya itu akhirnya dipindahkan orangtuanya ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta sejak 2 November 2012. Orangtuanya memindahkannya ke rumah sakit lain karena merasa RSMPH tidak memberikan penanganan yang baik terhadap Raihan.

Setelah 5 bulan 2 minggu koma dan tergeletak di ruang perawatan Paviliun Kartika Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Raihan akhirnya dibawa pulang oleh kedua orangtuanya. (Baca: Raihan si Bocah Koma 5 Bulan Sudah Boleh Pulang ke Rumah)


Diajak Christine Hakim ke Alternatif


Meski kondisinya belum juga membaik hingga kini, orangtua Raihan tak putus asa mengobati anak tercintanya. Semua pengobatan yang bisa menyembuhkan Raihan dicobanya.

Sampai datang tawaran dari artis papan atas Christine Hakim. Ini semua terjadi ketika ibunya Raihan diundang salah satu televisi swasta Indonesia. Di dalam acara itu, Oti menceritakan kondisi yang sedang dialami oleh anaknya. Dan ternyata, aktris kawakan yang bermain dalam film 'Eat, Pray, Love' ini menonton acara tersebut. (Baca: Raihan si Bocah Koma 7 Bulan Kini 'Dirawat' Christine Hakim)

"Beliau yang menawarkan untuk membawa Raihan melakukan terapi. Karena pengalamannya dulu, sang ibu pernah terkena stroke dan menjalani terapi tersebut. Alhamdullillah, sekarang kondisi ibunda beliau sudah sehat," cerita Oti.

Karena hal seperti itulah yang membuat Christine Hakim ingin sekali bocah tersebut juga melakukan hal yang sama. Siapa tahu dengan pengobatan yang pernah dijalani ibunya, membuat Raihan sembuh seperti semula.

"Beliau yang telepon saya. Ternyata dia baik sekali, dan sangat peduli sekali beliau itu. Saya terharu," ucap wanita berjilbab tersebut.

Tidak hanya membawa Raihan ke pengobatan alternatif, Christine Hakim ternyata juga mendatangkan langsung dokter saraf ke kediaman Oti untuk memeriksakan kondisi Raihan.


Teguran Dinkes ke Rumah Sakit Permata Hijau Tidak Mempan

Mengenai kelanjutan kasus yang menimpa Raihan dan pertanggung jawaban apa yang telah dilakukan Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Oti mengaku belum ada tindakan apa-apa yang dilakukan sampai hari ini.

"Dibilang kejam, bukan kejam lagi ya saya rasa. Benar-benar nggak punya hati nurani. Kita nggak habis pikir, terbuat dari apa hati mereka itu," kata Oti dengan sedikit emosi.

"Apa mereka nggak berpikir, bagaimana perasaannya kalau mereka mengalami yang saya alami ini? Apa hanya karena membela profesinya, lantas jadi buta hati, dan tuli telinga," ujar Oti.

Makanya itu, Oti benar-benar tidak habis pikir. Mengapa pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas apa yang dialami Oti dan keluarganya, malah masyarakat yang lebih sadar untuk membantu dirinya.

"Saya sendiri bingung, justru masyarakat yang punya hati dan nurani, dengan rela dan ikhlas melakukan segala upaya berupa doa, support, maupun materi yang mereka berikan karena tidak sanggup melihat penderitaan anak saya, Raihan," katanya.

Pihak Dinkes Jakarta sendiri sudah melihat kondisi Raihan yang sedang dalam keadaan spastik atau kejang otot. Karena melihat kondisi Raihan seperti itu, Pihak Dinkes yang diwakili Tienke meminta kepada pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta untuk menangani ini. (Baca: Dinkes DKI Desak RS Medika Permata Hijau Selesaikan Kasus Raihan)


Dinkes juga mendesak pimpinan Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta sesegera mungkin memenuhi apa yang menjadi keinginan dari pihak keluarga Raihan. Namun hingga kini hal tersebut tak pernah digubris.


Sempat Dijenguk Coboy Junior

Raihan adalah bocah yang gemar dengan lagu-lagu Coboy Junior. Sebelum terbaring koma, Raihan sangat mengidolakan grup cilik tersebut. Grup cilik yang beranggotakan Kiki, Iqbaal, Alvaro, dan Bastian memang menjadi idola anak-anak tak terkecuali Raihan.

Ternyata, apa yang selama ini menjadi harapan Raihan terkabul. Di tengah kesibukan syuting sinetron dan kegiatan menyanyinya, pada 16 Januari 2013 para personel Coboy Junior menyempatkan diri untuk mengejuk dan memberikan semangat kepada Raihan.

Walau pun para punggawa Coboy Junior hanya sebentar menjenguk anaknya, Oti dan suami merasa sangat senang sekali. Karena apa yang selama ini keduanya harapkan akhirnya terwujud juga.

Sebelum meninggalkan ruang pewatan Raihan, para personel Coboy Junior juga sempat melakukan doa bersama dan menyanyikan lagu yang disukai oleh Raihan.

Bahkan, Bastian yang malam itu datang mengenakan kaos berwarna hijau sempat membisikkan sesuatu kepada Raihan dan mengucapkan sesuatu kepada Raihan.

"Bastian bilang 'Salam kenal ya, Raihan. Cepat sembuh". (Baca: Raihan Bocah Koma yang Bisa Respons Saat Dengar Lagu Coboy Junior)


Kasus Raihan belum menemukan titik akhir

Sampai hari ini orangtua Raihan terus memerjuangkan nasib anak laki-lakinya yang menjadi korban malapraktik. (Baca: Satu Lagi, Orangtua Korban Malapraktik `Gugat` Demo Dokter)

Sang ayah Yunus memertanyakan, di mana letak rasa tanggung jawab seorang dokter, yang tiba-tiba saja masa bodoh terhadap kasus yang dialaminya.

"Di mana letak hati nurani seorang dokter, tatkala melihat kondisi pasiennya yang dari normal tiba-tiba menjadi cacat?," kata dia lagi.

Memang, sampai hari ini kondisi bocah berusia 11 tahun itu semakin terpuruk. Setelah menjalani pengobatan berkali-kali, kondisinya tak kunjung membaik.

Dari pengobatan di rumah sakit sampai pengobatan alternatif sudah dilakukan bocah malang itu. Mungkin, ratusan juta pun sudah keluar dari kocek Yunus. Tapi, tetap saja belum menampakkan hasil yang memuaskan.

"Raihannya masih berjuang dan tidak ada kemajuan yang signifikan. Kami tetap beriktiar untuk menyembuhkan Raihan. Kami mohon doanya selalu," kata Yunus memohon.

Hingga saat ini, Yunus sendiri masih memertanyakan hal ini pada MKEK dan IDI. Dia menuturkan bahwa ada `jeruk yang melindungi jeruk`.

"Sampai detik ini, kami belum ada mendapatkan respons dari MKEK dan IDI. Sudah dua kali saya mengadukan secara tertulis ke mereka, dan mereka meminta hasil penyidikannya, namun tidak ada respons," kata Yunus menjelaskan.

Meski belum mendapatkan respons jelas tentang nasib yang menimpa buah hatinya, Yunus beserta istri akan tetap berjuang sampai titik nadir terakhir.

"Saya akan tetap tuntut hal ini secara KODEKI (Kode Etik Kedoteran) apa penilaiannya pada kasus Raihan ini?," kata dia lagi.

Ke depannya, dia berharap kasus ini benar-benar cepat selesai, dan tak ada lagi kasus-kasus malapraktik yang melibatkan masyarakat di Indonesia. (Igw)


* Setelah kasus Raihan, topik apa lagi yang akan menjadi tema Kaleidoskop Kesehatan 2013 edisi Februari, nantikan kelanjutannya esok di health.liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya