Kisah Aan Iroh, si Wanita Tertua yang Mengaku Berumur 131 Tahun

Di Bandung, tepatnya di Desa Bojong Kunci kecamatan Pameungpeuk, Soreang, ada seorang wanita yang berusia 131 tahun lebih bernama Aan Iroh.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 13 Des 2013, 12:00 WIB
Aan Iroh, perempuan tua di Bandung yang tinggal di di Desa Bojong Kunci kecamatan Pameungpeuk, Soreang ini mengaku berusia 131 tahun. Ia bisa meneceritakan zaman kehidupan saat dijajah Belanda hingga kini yang menurutnya masih di bawah Pemerintahan almarhum Presiden Soeharto.

Berikut kisah nenek Aan Iroh yang ditemui tim Liputan6.com yang mengunjungi kediamannya, Kamis (12/12/2013):


Tidak sekolah

Dari surat lahir yang dikeluarkan Kelurahan, Aan Iroh lahir di Garut pada 4 Januari 1882. Ia adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Ia memiliki kakak bernama Andi dan adiknya bernama Iyot. Meskipun ia lahir di Garut, tapi ia besar dan tinggal di Bandung. Karena tak pernah mengenyam pendidikan formal di sekolah dan tak ada siapa pun yang bisa mengajarinya, Aan harus rela buta huruf.

"Dulu tidak ada sekolah. Setiap anak di desa yang ada dipaksa ke kecamatan untuk belajar jadi anak penurut. Waktu itu usia saya 8 tahun, kalau ada yang nakal dipukul kakinya dan tidak pernah lulus. Sementara anak penurut bisa mudah lulus," cerita Aan yang ditemui tim Health-Liputan6.com di Bandung, Jawa Barat dan ditulis Jumat (13/12/2013).

Karena sering melihat temannya termasuk dirinya disiksa saat belajar, ia pun akhirnya enggan melanjutkan sekolahnya.

"Sieun (takut), saya tidak mau kesana lagi. Tapi anak-anak saya semuanya sekolah," jelas wanita yang memiliki 11 anak, 25 cucu dan 59 cicit ini.


Sempat menikah tiga kali

Dalam hubungan asmara, Aan mengaku sudah pernah menikah tiga kali. Suami pertamanya Aki Uli, suami kedua bernama Aki Ihun dan suami terakhir Aki Solim.

Meskipun Aan sudah menikah tiga kali, namun menurutnya pasangan yang masih memiliki kesan mendalam adalah suami pertamanya yaitu Aki Uli. Karena dengannya, Aan merasa banyak pengalaman indah seperti menonton film bersama dan juga berjalan-jalan bersama anak.

"Dulu kalau nonton film, saya sudah punya banyak anak. Jadi ada yang saya gendong di depan dan disamping," tutur wanita yang mengaku senang menonton film Elmo dan film action di masa layar tancap.

Sayangnya hidup Aan dan suaminya semakin sengsara karena hanya mengandalkan penghasilan Aki yang sakti. Ya, menurut pengakuan Aan, Aki Uli sakti karena ia bisa debus hingga rambutnya pun bisa dijadikan ayunan oleh beberapa anak-anak.


Mulai bekerja di pabrik mi dan jadi penjahit

Untuk meringankan beban keluarga, akhirnya Aan mulai bekerja di pabrik mi instan. Tapi karena pekerjaannya terlalu melelahkan, Aki Uli menyarankan Aan untuk keluar kerja.

"Sempat kerja di pabrik mi tapi cuma sebulan karena nggak boleh sama Aki. Capek katanya, jadi keluar," katanya.

Semenjak keluar dari pekerjaannya, Aan pun mulai mencari mata pencaharian lain. Dan saat itu, ia dibantu bapak Cucum untuk belajar menjahit.

"Saya pun mulai menjahit pakaian seperti kutang hingga kebaya. Jahitnya di konveksi kampung. Biasanya saya bisa jahit bahan banyak, dari satu sampai dua kodi," ungkapnya.

Menjahit ini yang disebut Aan adalah pekerjaan terlama dan terakhir hingga ia tidak bisa lagi menggerakkan tangan dengan sempurna dan melihat dengan baik.


Sedikit kenangan di zaman sejarah

Tentu cerita hidupnya bakal panjang bila diuraikan dan sayangnya pula tidak banyak yang diingatnya. Aan hanya mengingat sedikit kisah ketika hidup dari zaman Belanda kemudian sempat dijajah Jepang hingga masa ketika presiden Soekarno digantikan Soeharto.

"Saya hanya ingat, sewaktu sekolah, mereka (teman) menyebutkan kalau ratu kita adalah Wilhelmina (ratu Belanda yang berkuasa dari 1890 hingga 1948). Tapi sekarang mah sudah zaman Soekarno dan Soeharto," ungkapnya.

Ada yang menarik ketika zaman Jepang di Bandung. Menurut Aan, saat itu semua orang memiliki persembunyian dalam tanah yang tidak diketahui penjajah.

"Waktu zaman Jepang, semua orang punya lubang di bawah tanah untuk sembunyi kalau ada orang Jepang yang datang. Karena ketika itu, mereka punya samurai yang bisa membunuh orang yang punya harta. Lubang itu seringkali ditutupi rumput, jadi tidak diketahui mereka," tuturnya.

Selebihnya, Aan hanya mengingat tragedi Bandung Lautan Api, ketika ia dan ribuan warga Bandung lainnya mulai mengungsi ke Selatan dan Bandung dibumihanguskan.

"Hari Senin, Selasa dan Rabu, semua orang mengungsi dan diarahkan untuk meninggalkan Bandung. Kita semua jalan kaki. Ada yang bawa bayi dan keluarganya," kata Aan.

Setelah itu, yang Aan ingat hanyalah masa pemerintahan mantan presiden Soekarno dan Soeharto. "Sekarang presiden kita mah Soeharto. Kalau dulu Soekarno," katanya.

(Fit/Igw/*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya