Citizen6, Pekalongan: 2013 adalah tahun perubahan bagiku. Namaku Yusuf Lubistoro dari SMA N 1 Wiradesa. Aku terlahir dari keluarga sederhana yang harmonis. Keluargaku mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Bapak berhasil menjadi Kepala Desa di desaku meski pun kami bukan berasal kelompok orang-orang berduit.
Tahun 2013 ini adalah tahun terakhirku duduk di bangku SMA. Di SMA aku bukan orang-orang hebat yang menduduki peringkat 10 besar. Pada bulan Maret aku diperingati oleh bapak jika aku ingin kuliah maka aku harus berusaha sendiri dan bapak tidak akan membiayaiku jika aku tidak kuliah di PTN yang menurut bapak adalah PTN favorit. Sadar nilaiku tidak terlalu tinggi di rapor, maka aku pun pesimis bisa lolos SNMPTN untuk PTN favorit. Namun aku ingat bahwa ada beberapa perguruan tinggi bergengsi yang gratis, langsung kerja dan mendapat uang saku tiap bulan. Yaitu perguruan tinggi kedinasan yang berada di bawah instansi, dinas atau kementrian tertentu. Aku memberitahu bapak tentang perguruan tinggi ini dan ternyata bapak mendukungku untuk mencoba mengikuti tes masuk ke perguruan tinggi itu.
Untuk pendaftarannya aku harus pergi ke Semarang karena pendaftaran dilakukan di ibu kota provinsi masing-masing. Dengan terpaksa aku sering bolos tanpa izin tidak berangkat sekolah karena pergi ke Semarang untuk mendaftar beberapa PTK (Perguruan Tinggi Kedinasan). Pendaftaran pertama adalah mendaftar AMG (Akademi Meteorologi dan Geofisika). Kemudian aku juga mendaftar STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik). Pendaftaran STIS perlu menuju ke Semarang karena pendaftarannya bisa lewat online. Kemudian aku juga mendaftar STSN (Sekolah Tinggi Sandi Negara) yang pendafarannya online tapi harus tetap menuju ke Semarang untuk mengumpulkan berkas-berkas pendaftaran.
Karena support orang tua alhasil semangatku sangat besar, hampir setiap hari aku menyempatkan membaca buku pelajaran UN karena materi tes untuk masuk PTK juga termasuk materi UN. Karena aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu seperti sebelumnya maka aku tidak berangkat sekolah selama satu minggu untuk mempelajari materi UN yang pelaksanaannya tinggal beberapa hari lagi. Sampai akhirnya UN berlangsung dan aku merasakan manfaat belajarku karena rasanya aku mengerjakan UN dengan lumayan mudah meskipun aku tidak mengikuti bimbel manapun.
Setelah UN berakhir aku tidak berhenti belajar karena tes yang aku nanti sebenarnya bukan UN tapi tes masuk PTK. Sampai akhirnya tes pertama adalah USM STIS tanggal 4 Mei 2013 di Gor Jatidiri. Aku berangkat dengan bapakku dari pekalongan sejak sekitar pukul 03.00 WIB agar bisa sampai Semarang pukul 06.30 WIB untuk menenangkan pikiran sejenak. Di USM STIS ini aku harus bersaing dengan sekitar 26.000 orang baik yang baru lulus SMA ataupun sudah duduk di bangku kuliah.
Selanjutnya tes AMG dan STSN ternyata akan dilakukan secara bersamaan sehingga aku harus memilih salah satu. Karena tes STSN harus dilaksanakan di Bogor maka aku lebih memilih AMG yang tesnya bisa dilaksanakan di Semarang. Seperti sebelumnya aku dan bapak berangkat pagi-pagi buta agar tidak terlambat.
Akhirnya hari pengumuman tiba. Hari itu hari jumat dimana satu hari ada 3 pengumuman yaitu UN, SNMPTN dan USM STIS. Alhamdulilah aku lolos USM STIS tahap 1, dan aku lulus UN dengan peringkat tertinggi di sekolah dan mendapat peringkat 3 di Kabupaten. Tapi aku tidak lolos SNMPTN mungkin karena nilai raportku yang standar akibat kemalasanku untuk belajar di kelas X dan XI.
Tes selanjutnya adalah USM STIS tahap 2 yaitu psikotes selama 3 jam nonstop di LPMP Jateng tanggal 8 Juni 2013. Kali ini aku berangkat sore bersama bapak menuju Semarang. Saat aku sedang sholat maghrib aku bertemu teman sebangkuku dan sekaligus teman seperjuanganku di masjid, ternyata dia mengikuti tes masuk polisi. Aku pun akhirnya mengikutinya untuk istirahat di sebuah masjid karena kami belum mendapat tempat istirahat.
Alhamdulilah aku lolos tahap 2 USM STIS namun aku tidak lolos AMG. Aku melaju tahap tahap 3 USM STIS. Tes tahap 3 adalah tes wawancara dan kesehatan. Tes kesehatan dilaksanakan lebih dahulu beberapa hari sebelum tes wawancara. Tes wawancara dilakukan siang hari, dan pagi-paginya aku sudah sampai di Semarang untuk mendaftar STAN. Kali ini aku berangkat sendiri tanpa bapak karena bapak ada urusan.
Akhirnya hari yang aku tunggu tiba, aku dan bapak menunggu hingga tengah malam untuk melihat hasil tes terakhir USM STIS. Namun ternyata hasil itu tidak keluar juga. Aku putuskan untuk istirahat dan aku cek hasilnya besok saja. Pagi hari aku cek ternyata belum ada juga pengumuman itu. Sampai akhirnya pengumuman itu diupload oleh pihak STIS. Alhamdulilah aku dinyatakan diterima. Dari sekitar 26.000 pendaftar aku termasuk sekitar 400 mahasiswa yang diterima. Sungguh gembira hatiku di tahun ini, aku mendapat hasil UN baik dan dinyatakan diterima sebagai mahasiswa STIS. Senang sekali rasanya perjuanganku bolak-balik ke Semarang bersama bapak tidak sia-sia. Buat kawan-kawan semua, jika kita mau berusaha maka tidak ada yang tidak mungkin.
Sebagai mahasiswa baru STIS kami yang laki-laki harus digundul rame-rame oleh pihak STIS seperti foto di atas. Itu adalah fotoku dan 3 teman lain dari Pekalongan yang diterima di STIS dan baru dipangkas rambutnya. (bnu)
Penulis
Yusuf Lubistoro
Pekalongan, 13.7xxx@stis.ac.id.
Disclaimer
Advertisement
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.