Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad mengatakan pertumbuhan bisnis perbankan syariah tetap memiliki daya tahan kuat. Itu karena perbankan syariah Indonesia diprediksi bisa tumbuh 34,7% sampai 50,7% di tahun 2014.
"Demi menuju pertumbuhan perbankan syariah sebesar 34,7% sampai 50,7% di tahun 2014. Seharusnya perbankan syariah harus lebih matang, agar perbankan syariah bisa lebih tumbuh dikala ekonomi tingkat global yang belum menentu," ujar Muliaman ketika ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (13/12/2013).
Dia menuturkan, ada tiga skenario yang mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah di 2014, seperti pesimis, moderat dan optimis.
Pada skenario optimis, perbankan syariah diprediksi mengalami pertumbuhan aset sebesar 50,7%, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 47,46% dan pertumbuhan pembiayaan 55,61%.
Angka tersebut sangat optimis dengan asumsi bahwa perekonomian Indonesia dapat segera bangkit dari berbagai masalah yang terjadi di 2013.
"Kalau angka pertumbuhan perbankan syariah di 34,7%. Dari hal itu melihat jika keadaan ekonomi global dan domestik lagi tidak baik. Kalau baik bisa mencapai 50,7%," tegas dia.
Lanjut Muliaman, pada 2014 untuk market share perbankan syariah terhadap perbankan nasional diprediksi paling rendah yaitu 5-5,5% meningkat hingga pertengahan tahun, market share perbankan syariah sudah mencapai 4,67%. Sementara rata-rata pertumbuhan aset Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) syariah selama enam tahun terakhir tumbuh 30,49%.
Selain itu, dia mengungkapkan, penyebab penurunan proyeksi tahun depan, tak lain adalah kondisi keuangan global yang diprediksi akan berimbas kepada industri perbankan syariah.
Namun, jika melihat perjalanan selama 20 tahun beroperasi bisnis di Indonesia, perbankan syariah mempunyai daya yang kuat dalam meredam efek dari pasar keuangan global.
"Dari proyeksi ada penurunan, namun perbankan syariah akan tetap kuat. Untuk pangsa pasar perbankan syariah saja sudah mau nembus 5% di akhir tahun ini, jika melihat dari pertengahan tahun ini pangsa pasar perbankan syariah sudah sampai 4,67%," tutupnya. (Dis/Nrm)
"Demi menuju pertumbuhan perbankan syariah sebesar 34,7% sampai 50,7% di tahun 2014. Seharusnya perbankan syariah harus lebih matang, agar perbankan syariah bisa lebih tumbuh dikala ekonomi tingkat global yang belum menentu," ujar Muliaman ketika ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (13/12/2013).
Dia menuturkan, ada tiga skenario yang mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah di 2014, seperti pesimis, moderat dan optimis.
Pada skenario optimis, perbankan syariah diprediksi mengalami pertumbuhan aset sebesar 50,7%, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 47,46% dan pertumbuhan pembiayaan 55,61%.
Angka tersebut sangat optimis dengan asumsi bahwa perekonomian Indonesia dapat segera bangkit dari berbagai masalah yang terjadi di 2013.
"Kalau angka pertumbuhan perbankan syariah di 34,7%. Dari hal itu melihat jika keadaan ekonomi global dan domestik lagi tidak baik. Kalau baik bisa mencapai 50,7%," tegas dia.
Lanjut Muliaman, pada 2014 untuk market share perbankan syariah terhadap perbankan nasional diprediksi paling rendah yaitu 5-5,5% meningkat hingga pertengahan tahun, market share perbankan syariah sudah mencapai 4,67%. Sementara rata-rata pertumbuhan aset Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) syariah selama enam tahun terakhir tumbuh 30,49%.
Selain itu, dia mengungkapkan, penyebab penurunan proyeksi tahun depan, tak lain adalah kondisi keuangan global yang diprediksi akan berimbas kepada industri perbankan syariah.
Namun, jika melihat perjalanan selama 20 tahun beroperasi bisnis di Indonesia, perbankan syariah mempunyai daya yang kuat dalam meredam efek dari pasar keuangan global.
"Dari proyeksi ada penurunan, namun perbankan syariah akan tetap kuat. Untuk pangsa pasar perbankan syariah saja sudah mau nembus 5% di akhir tahun ini, jika melihat dari pertengahan tahun ini pangsa pasar perbankan syariah sudah sampai 4,67%," tutupnya. (Dis/Nrm)