Para pecinta sepakbola dunia menantikan ajang sepak bola terbesar piala dunia yang akan digelar di Brasil mulai 12 Juni 2014 mendatang. Pesta belum lagi dimulai, namun satu lagi skandal menyeruak.
Di belakang stadion di mana pembukaan piala dunia akan diselenggarakan, yang akan ditonton oleh 3,2 miliar pasang mata penduduk dunia, seorang gadis cilik bernama Poliana menjajakan diri di sebuah area kumuh.
Ia baru berusia 14 tahun. Baru 3 bulan belakangan Poliana menjadi pekerja seks komersial (PSK). Dan, ia tak pernah kekurangan pelanggan.
Kebanyakan pelanggannya adalah para pria yang bekerja membangun stadion sepakbola Arena Corinthians di kota terbesar Brasil, Sao Paulo.
Pihak penyelenggara cepat-cepat menyelesaikan stadion itu untuk arena pertandingan perdana Brasil lawan Kroasia pada 12 Juni 2013 mendatang -- yang diperkirakan bakal ditonton setengah populasi Bumi.
Maka dari itu, ratusan buruh dari seantero Brasil berdatangan sejak 18 bulan lalu untuk bekerja memoles stadion yang berada di lingkungan kumuh Sao Paulo. Makin bertambah jumlah pekerja konstruksi, prostitusi anak pun makin merebak.
Geng prostitusi jahat melihatnya sebagai peluang emas. Mereka berkeliling ke desa-desa termiskin di Brasil, di mana mereka menculik atau membeli gadis-gadis muda dari keluarganya.
Matt Roper, aktivis anti-prostitusi anak menginvestigasi informasi mengerikan yang ia dapat dari Sao Paulo. Dan ia menjumpai fakta mengejutkan, polisi tak berbuat apapun terkait skandal yang jelas-jelas terjadi itu.
Sindikat narkoba dilaporkan membawa bus berisi gadis-gadis muda untuk dipekerjakan sebagai PSK di kota berpenduduk 11,3 juta jiwa itu. Dijadikan budak seks. Bahkan ada yang masih berusia 11 tahun.
[Baca juga: Kisah Gadis-gadis Cilik Brasil yang Menjajakan Diri di Jalanan]
Poliana, salah satunya. Ia tinggal di Favela da Paz di pinggiran Itaquera yang miskin, di mana ratusan keluarga tidak punya fasilitas listrik dan air bersih yang memadai.
Tempat tidurnya penuh boneka. Kamarnya sungguh sempit, ruangan kecil yang penuh sesak yang terletak di lorong-lorong bak labirin. Comberan yang mengeluarkan bau tak sedap ada di sekelilingnya.
Poliana menjajakan tubuhnya kepada para pekerja yang sedang beristirahat siang. Sekali melayani, ia dibayar AU$ 4,7 atau sekitar Rp 50.000. Sungguh murah!
Gadis-gadis lain berbisnis di motel esek-esek terdekat atau kamar semipermanen dekat dengan pagar perimeter yang berbatasan lokasi stadion raksasa .
Poliana mengatakan, ketika Piala Dunia dimulai, akan ada lebih banyak gadis seusianya yang menjajakan diri. Bahkan banyak di antaranya yang lebih muda. "Aku sering jadi yang tertua di jalan."
Dua pekan lalu , dia tahu dia hamil. Namun demikian, setiap jam makan siang ia masih melayani klien di salah satu hotel kumuh dekat favela.
Namanya Hotel Palace yang serba pink. Aturannya tak boleh ada anak-anak masuk ke sana. Namun. "Mereka selalu membiarkan saya, " kata Poliana.
Belum Ada Tindakan
Sao Paulo adalah tempat kelahiran sepak bola Brasil dan rumah bagi tiga klub paling kuat di Negeri Samba.
Ketika kota itu siap menyambut jutaan tamu di musim panas mendatang, sindikat kriminal berusaha mencari peluang.
Mereka merencanakan gelombang massif prostitusi anak yang disebar di sekitar stadion lebih dari selusin kota Brasil, dari ibukota Brazillia ke Rio de Janeiro -- yang akan menggelar turnamen intensif selama 6 minggu berturut-turut.
Bagi Thais, PSK berusia 16 tahun, Piala Dunia berarti rejeki nomplok. Kini pecandu kokain itu bersama gadis-gadis lain beroperasi di garasi mobil di mana. Dalam sehari Thais bisa melayani 15 orang per hari.
"Hampir semua klienku adalah pekerja konstruksi," kata dia. "Mereka selalu membayar tinggi namun tak jarang aku diperlakukan buruk."
Thais mengaku terpaksa. Orang tua saya sudah meninggal, saya butuh uang," kata dia.
Thais berharap pelanggannya makin banyak. Para penggemar sepakbola adalah incarannya. Aji mumpung, ia berencana menaikkan harga 4 kali lipat dari biasanya, menjadi sekitar AU$ 23 atau 250.000.
Jelas ini, fakta yang bikin miris. "Kondisi di favela yang benar-benar mengejutkan dan banyak orang di sana adalah pengguna kokain, " kata Matt Roper.
Ropper mendapat informasi, geng narkoba merekrut para gadis muda, membuat mereka kecanduan, dan menjadikan mereka budak seks.
Kunjungan Roper ke Sao Paulo dan laporan tentang perdagangan seks anak di sekitar stadion telah mendorong penyelidikan aparat berwenang, meskipun sampai sekarang belum ada tindakan.
Kepada Ropper, Menteri Kehakiman Sao Paulo, Eloisa de Sousa Arruda menceritakan, ada kasus gadis-gadis di bawah umur yang tiba melalui bandara internasional kota itu dari Kongo dan Somalia. Mereka akan dijadikan PSK dan diduga dibiayai oleh sindikat penjahat Rusia.
Sementara, hasil penyelidikan menguak, para germo beroperasi mendekati pria-pria di stadion menawarkan 'gadis muda'.
"Aparat harus bertindak, namun hingga saat ini belum ada razia yang dilakukan," kata Ropper. "Gadis-gadis itu harus diselamatkan." [Baca juga: Jelang Piala Dunia 2014, PSK Brasil Kursus Bahasa Inggris] (Ein)
Di belakang stadion di mana pembukaan piala dunia akan diselenggarakan, yang akan ditonton oleh 3,2 miliar pasang mata penduduk dunia, seorang gadis cilik bernama Poliana menjajakan diri di sebuah area kumuh.
Ia baru berusia 14 tahun. Baru 3 bulan belakangan Poliana menjadi pekerja seks komersial (PSK). Dan, ia tak pernah kekurangan pelanggan.
Kebanyakan pelanggannya adalah para pria yang bekerja membangun stadion sepakbola Arena Corinthians di kota terbesar Brasil, Sao Paulo.
Pihak penyelenggara cepat-cepat menyelesaikan stadion itu untuk arena pertandingan perdana Brasil lawan Kroasia pada 12 Juni 2013 mendatang -- yang diperkirakan bakal ditonton setengah populasi Bumi.
Maka dari itu, ratusan buruh dari seantero Brasil berdatangan sejak 18 bulan lalu untuk bekerja memoles stadion yang berada di lingkungan kumuh Sao Paulo. Makin bertambah jumlah pekerja konstruksi, prostitusi anak pun makin merebak.
Geng prostitusi jahat melihatnya sebagai peluang emas. Mereka berkeliling ke desa-desa termiskin di Brasil, di mana mereka menculik atau membeli gadis-gadis muda dari keluarganya.
Matt Roper, aktivis anti-prostitusi anak menginvestigasi informasi mengerikan yang ia dapat dari Sao Paulo. Dan ia menjumpai fakta mengejutkan, polisi tak berbuat apapun terkait skandal yang jelas-jelas terjadi itu.
Sindikat narkoba dilaporkan membawa bus berisi gadis-gadis muda untuk dipekerjakan sebagai PSK di kota berpenduduk 11,3 juta jiwa itu. Dijadikan budak seks. Bahkan ada yang masih berusia 11 tahun.
[Baca juga: Kisah Gadis-gadis Cilik Brasil yang Menjajakan Diri di Jalanan]
Poliana, salah satunya. Ia tinggal di Favela da Paz di pinggiran Itaquera yang miskin, di mana ratusan keluarga tidak punya fasilitas listrik dan air bersih yang memadai.
Tempat tidurnya penuh boneka. Kamarnya sungguh sempit, ruangan kecil yang penuh sesak yang terletak di lorong-lorong bak labirin. Comberan yang mengeluarkan bau tak sedap ada di sekelilingnya.
Poliana menjajakan tubuhnya kepada para pekerja yang sedang beristirahat siang. Sekali melayani, ia dibayar AU$ 4,7 atau sekitar Rp 50.000. Sungguh murah!
Gadis-gadis lain berbisnis di motel esek-esek terdekat atau kamar semipermanen dekat dengan pagar perimeter yang berbatasan lokasi stadion raksasa .
Poliana mengatakan, ketika Piala Dunia dimulai, akan ada lebih banyak gadis seusianya yang menjajakan diri. Bahkan banyak di antaranya yang lebih muda. "Aku sering jadi yang tertua di jalan."
Dua pekan lalu , dia tahu dia hamil. Namun demikian, setiap jam makan siang ia masih melayani klien di salah satu hotel kumuh dekat favela.
Namanya Hotel Palace yang serba pink. Aturannya tak boleh ada anak-anak masuk ke sana. Namun. "Mereka selalu membiarkan saya, " kata Poliana.
Belum Ada Tindakan
Sao Paulo adalah tempat kelahiran sepak bola Brasil dan rumah bagi tiga klub paling kuat di Negeri Samba.
Ketika kota itu siap menyambut jutaan tamu di musim panas mendatang, sindikat kriminal berusaha mencari peluang.
Mereka merencanakan gelombang massif prostitusi anak yang disebar di sekitar stadion lebih dari selusin kota Brasil, dari ibukota Brazillia ke Rio de Janeiro -- yang akan menggelar turnamen intensif selama 6 minggu berturut-turut.
Bagi Thais, PSK berusia 16 tahun, Piala Dunia berarti rejeki nomplok. Kini pecandu kokain itu bersama gadis-gadis lain beroperasi di garasi mobil di mana. Dalam sehari Thais bisa melayani 15 orang per hari.
"Hampir semua klienku adalah pekerja konstruksi," kata dia. "Mereka selalu membayar tinggi namun tak jarang aku diperlakukan buruk."
Thais mengaku terpaksa. Orang tua saya sudah meninggal, saya butuh uang," kata dia.
Thais berharap pelanggannya makin banyak. Para penggemar sepakbola adalah incarannya. Aji mumpung, ia berencana menaikkan harga 4 kali lipat dari biasanya, menjadi sekitar AU$ 23 atau 250.000.
Jelas ini, fakta yang bikin miris. "Kondisi di favela yang benar-benar mengejutkan dan banyak orang di sana adalah pengguna kokain, " kata Matt Roper.
Ropper mendapat informasi, geng narkoba merekrut para gadis muda, membuat mereka kecanduan, dan menjadikan mereka budak seks.
Kunjungan Roper ke Sao Paulo dan laporan tentang perdagangan seks anak di sekitar stadion telah mendorong penyelidikan aparat berwenang, meskipun sampai sekarang belum ada tindakan.
Kepada Ropper, Menteri Kehakiman Sao Paulo, Eloisa de Sousa Arruda menceritakan, ada kasus gadis-gadis di bawah umur yang tiba melalui bandara internasional kota itu dari Kongo dan Somalia. Mereka akan dijadikan PSK dan diduga dibiayai oleh sindikat penjahat Rusia.
Sementara, hasil penyelidikan menguak, para germo beroperasi mendekati pria-pria di stadion menawarkan 'gadis muda'.
"Aparat harus bertindak, namun hingga saat ini belum ada razia yang dilakukan," kata Ropper. "Gadis-gadis itu harus diselamatkan." [Baca juga: Jelang Piala Dunia 2014, PSK Brasil Kursus Bahasa Inggris] (Ein)