Dewan Energi Nasional: Nuklir Tetap Pilihan Terakhir

Dewan Energi Nasional memastikan akan menjadikan nuklir sebagai energi alternatif terakhir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Des 2013, 18:29 WIB

Dewan Energi Nasional memastikan akan menjadikan nuklir sebagai energi alternatif terakhir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Hal itu berdasarkan kajian yang dilakukan DEN.

Ketua DEN sekaligus Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan, pihaknya sudah melakukan diskusi untuk pemanfaatan energi tersebut. Pihaknya juga telah mengajukan kalimat pasal 11 ayat 3 dalam rancangan Kebijakan Ekonomi Nasional (KEN) yang berbunyi:

"Dalam hal pemerintah telah melakukan kajian secara mendalam, mengenai pengembangan energi nuklir untuk tujuan damai dalam rangka memenuhi kebutuhan energi yang besar dan ketahanan energi yang berkelanjutan serta dengan menerapkan standar kerja, keamanan, dan kelestarian lingkungan yang tinggi maka energi nuklir dapat dikembangkan dan dimanfaatkan."

Dengan kata-kata tersebut, lanjut Jero, energi nuklir tetap berpeluang bisa dimanfaatkan ke depannya. "Dengan kata seperti ini, kalau kepepet, pertimbangan keamanan energi nuklir bisa dikembangkan," tuturnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (16/12/2013).

Namun komentar Jero ini ditanggapi Anggota Komisi VII DPR Satya W Yudha. Menurut dia, Indonesia tidak boleh mengunci diri dalam pemanfaatan energi nuklir. "Sebaiknya jangan menguci diri kita," pungkasnya.

Anggota DEN Rinaldi Dalimi sebelumnya menjelaskan Indonesia tidak memiliki cadangan uranium yang ekonomis untuk mendukung pengoperasian PLTN.

"Karena cadangan uraniumnya tidak ekonomis, kita nanti malah akan impor uranium. Itu kan sama saja bohong," jelas Rinaldi.

Selain itu, biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk membangun PLTN jauh lebih mahal dibandingkan pembangkit jenis lain.

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN juga menunjukkan, keekonomian PLTN tidak dapat bersaing dengan jenis pembangkit baseload lainnya, yaitu PLTU batubara kelas 1.000 MW ultra super-critical.

Kesulitan terbesar dalam merencanakan PLTN adalah tidak jelasnya biaya kapital, biaya radioactive waste management dan decommisioning serta biaya terkait nuclear liability.

Tak hanya keekonomian, lanjut Rinaldi, faktor keamanan, politik dan sosial juga perlu menjadi pertimbangan dalam pembangunan PLTN. Indonesia masih memiliki sumber energi alternatif lainnya yang merimpah ruah. Misalnya panas bumi, di mana 40% cadangan dunia ada di Indonesia.

"Sebaiknya nuklir jadi opsi terakhir saja. Dipakai sumber energi yang lebih murah, kalau tidak punya baru pakai itu," jelas dia. (Pew/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya