Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) cukup terkejut dengan hasil survei Japan Bank for International Cooperation (JBIC) yang menempatkan Indonesia masuk dalam urutan teratas sebagai negara favorit investasi perusahaan-perusahaan Jepang.
Dalam laporan JBIC, pamor China sebagai negara favorit investasi telah meredup. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei JBIC dari 500 perusahaan Jepang, peringkat negeri Tirai Bambu ini melorot menjadi urutan ke-4 dari sebelumnya bertahan di posisi 1 selama kurun waktu dua dekade.
"Secara mengejutkan Indonesia berada di urutan 1 menggeser China. Padahal kami tidak membayangkan bisa berada di peringkat 1, jadi memang tidak disangka-sangka," ungkap Kepala BKPM Mahendra Siregar di Jakarta, Senin (16/12/2013).
Selain itu, dia menyebut, sebanyak 15 perusahaan Jepang sudah mengantre memperluas investasi di Indonesia sepanjang 2014. Nilai investasi dari belasan perusahaan tersebut mencapai sekitar US$ 3,5 miliar.
Ke 15 perusahaan asal negeri Sakura itu antara lain, enam perusahaan bergerak di sektor otomotif, tiga perusahaan di sektor pertambangan, dua perusahaan elektronik dan sisanya bervariasi di sektor jasa logistik serta jasa keuangan, dan food processing.
Meski begitu Mahendra mengaku, para investor tersebut masih mempertimbangkan isu-isu penting yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia, di antaranya persoalan upah, regulasi, sumber daya manusia, perlambatan pembangunan infrastruktur dan kepastian reformasi struktural.
"Kami akan melanjutkan perbaikan melalui kebijakan Doing Business, seperti memangkan perizinan investasi, koordinasi dengan pemerintah daerah, merampungkan revisi Daftar Negatif Investasi (DNI), memberikan insentif pajak serta memperbaiki tingkat kepastian upah minimum regional setiap tahun," jelasnya.
Jika kebijakan tersebut dapat berjalan dengan baik, Mahendra optimistis, investasi asing maupun dalam negeri akan mengalir deras dengan nilai mencapai sekitar Rp 470 triliun di tahun depan.
"Kalau kita tidak memperbaiki kendala-kendala investasi itu, kita bisa kehilangan posisi nomor 1 sebagai negara tujuan investasi favorit perusahaan Jepang," pungkasnya. (Fik/Ahm)
Dalam laporan JBIC, pamor China sebagai negara favorit investasi telah meredup. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei JBIC dari 500 perusahaan Jepang, peringkat negeri Tirai Bambu ini melorot menjadi urutan ke-4 dari sebelumnya bertahan di posisi 1 selama kurun waktu dua dekade.
"Secara mengejutkan Indonesia berada di urutan 1 menggeser China. Padahal kami tidak membayangkan bisa berada di peringkat 1, jadi memang tidak disangka-sangka," ungkap Kepala BKPM Mahendra Siregar di Jakarta, Senin (16/12/2013).
Selain itu, dia menyebut, sebanyak 15 perusahaan Jepang sudah mengantre memperluas investasi di Indonesia sepanjang 2014. Nilai investasi dari belasan perusahaan tersebut mencapai sekitar US$ 3,5 miliar.
Ke 15 perusahaan asal negeri Sakura itu antara lain, enam perusahaan bergerak di sektor otomotif, tiga perusahaan di sektor pertambangan, dua perusahaan elektronik dan sisanya bervariasi di sektor jasa logistik serta jasa keuangan, dan food processing.
Meski begitu Mahendra mengaku, para investor tersebut masih mempertimbangkan isu-isu penting yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia, di antaranya persoalan upah, regulasi, sumber daya manusia, perlambatan pembangunan infrastruktur dan kepastian reformasi struktural.
"Kami akan melanjutkan perbaikan melalui kebijakan Doing Business, seperti memangkan perizinan investasi, koordinasi dengan pemerintah daerah, merampungkan revisi Daftar Negatif Investasi (DNI), memberikan insentif pajak serta memperbaiki tingkat kepastian upah minimum regional setiap tahun," jelasnya.
Jika kebijakan tersebut dapat berjalan dengan baik, Mahendra optimistis, investasi asing maupun dalam negeri akan mengalir deras dengan nilai mencapai sekitar Rp 470 triliun di tahun depan.
"Kalau kita tidak memperbaiki kendala-kendala investasi itu, kita bisa kehilangan posisi nomor 1 sebagai negara tujuan investasi favorit perusahaan Jepang," pungkasnya. (Fik/Ahm)