Grup Bosowa akan segera merealisasikan proyek pembangunan pabrik semen di wilayah Cilegon, Banten pada tahun depan. Kini proyek pembangunan tersebut tengah menunggu proses penyelesaian akhir analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).
"Amdal sedang dalam penyelesaian akhir dan menunggu izin membangun. Soal pendanaa juga selesai yang berasal dari kombinasi bank luar dan lokal, sebagian-sebagian," ujar CEO Grup Bosowa Erwin Aksa di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Senin (16/12/2013).
Bosowa menganggarkan investasi sekitar Rp 1,5 triliun untuk proyek pembangunan tersebut. Pabrik semen ini nantinya akan berkapasitas 1,5 juta ton dan butuh waktu sekitar 1,5 tahun untuk menyelesaikannya.
"Jadi kalau misalnya Maret kita bangun, kira-kira pada tahun 2015 akhir selesai," lanjutnya.
Produksi semen dari pabrik di Cilegon ini nantinya akan didistribusikan untuk pasar domestik di wilayah Jabodetabek, Banten dan Lampung. "Pasar Bosowa di Jawa saat ini baru 3%-4% mudah-mudahan dengan gabungan semua pabrik bisa mencapai 10%," kata Erwin.
Menurut Erwin, saat ini industri semen nasional sendiri terus tumbuh sebesar 7%-6% per tahun dengan jumlah konsumsi mencapai kalau 60 juta ton per tahun.
"Pertumbuhan itu rata-rata ya, semen Indonesia pernah sebesar 15% pada 2-3 tahun lalu. Tetapi karena pertumbuhan ekonomi melambat sehingga petumbuhannya ikut melambat, tetapi bukan berarti tidak tumbuh, ini tetap tumbuh," jelasnya.
Erwin menyatakan, saat ini konsumsi semen dalam negeri sendiri terhitung sangat besar mengingat banyak dilakukannya proyek pembangunan kantor dan apartemen oleh pihak swasta dan serta proyek yang juga tengah direalisasikan oleh pemerintah.
"Ada pembangunan jalan, subway, pembangunan Tanjung Priok. Itu kan pasti butuh semen dan besi yang besar," tuturnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, pembanguan pabrik didalam negeri memang ditujukan untuk pasar domestik dan jarang ditujukan untuk ekspor.
"Kalau ada impor itu hanya soal permainan disisi logistik saja, seperti pabrik Semen Padang ada yang diekspor karena jaraknya dekat dengan negara tetangga, jadi lebih karena kedekatan secara geografi saja," tandasnya. (Dny/Ahm)
"Amdal sedang dalam penyelesaian akhir dan menunggu izin membangun. Soal pendanaa juga selesai yang berasal dari kombinasi bank luar dan lokal, sebagian-sebagian," ujar CEO Grup Bosowa Erwin Aksa di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Senin (16/12/2013).
Bosowa menganggarkan investasi sekitar Rp 1,5 triliun untuk proyek pembangunan tersebut. Pabrik semen ini nantinya akan berkapasitas 1,5 juta ton dan butuh waktu sekitar 1,5 tahun untuk menyelesaikannya.
"Jadi kalau misalnya Maret kita bangun, kira-kira pada tahun 2015 akhir selesai," lanjutnya.
Produksi semen dari pabrik di Cilegon ini nantinya akan didistribusikan untuk pasar domestik di wilayah Jabodetabek, Banten dan Lampung. "Pasar Bosowa di Jawa saat ini baru 3%-4% mudah-mudahan dengan gabungan semua pabrik bisa mencapai 10%," kata Erwin.
Menurut Erwin, saat ini industri semen nasional sendiri terus tumbuh sebesar 7%-6% per tahun dengan jumlah konsumsi mencapai kalau 60 juta ton per tahun.
"Pertumbuhan itu rata-rata ya, semen Indonesia pernah sebesar 15% pada 2-3 tahun lalu. Tetapi karena pertumbuhan ekonomi melambat sehingga petumbuhannya ikut melambat, tetapi bukan berarti tidak tumbuh, ini tetap tumbuh," jelasnya.
Erwin menyatakan, saat ini konsumsi semen dalam negeri sendiri terhitung sangat besar mengingat banyak dilakukannya proyek pembangunan kantor dan apartemen oleh pihak swasta dan serta proyek yang juga tengah direalisasikan oleh pemerintah.
"Ada pembangunan jalan, subway, pembangunan Tanjung Priok. Itu kan pasti butuh semen dan besi yang besar," tuturnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, pembanguan pabrik didalam negeri memang ditujukan untuk pasar domestik dan jarang ditujukan untuk ekspor.
"Kalau ada impor itu hanya soal permainan disisi logistik saja, seperti pabrik Semen Padang ada yang diekspor karena jaraknya dekat dengan negara tetangga, jadi lebih karena kedekatan secara geografi saja," tandasnya. (Dny/Ahm)