Bosowa Masih Pikir-pikir Bangun Smelter

"Yang menjadi masalah harga metal chemical dunia sedang turun sehingga tidak visible dengan kondisi sekarang membangun smelter,"

oleh Septian Deny diperbarui 16 Des 2013, 20:28 WIB
Rencana kelompok bisnis Bosowa Group untuk membangun pabrik pemurnian dan pengolahan bahan tambang (smelter) masih terkendala pada menurunnya harga metal bahan kimia dunia. Kondisi ini membuat proyek pembangunan smelter tidak akan memberi keuntungan bagi perusahaan.

"Smelter masih dalam tahap pengkajian, terus terang yang menjadi masalah harga metal chemical dunia sedang turun sehingga tidak visible dengan kondisi sekarang untuk membangun smelter," ujar CEO Bosowa Group Erwin Aksa di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Senin (16/12/2013).

Erwin mengaku, perusahaan saat ini tengah mencari teknologi yang lebih hemat sehingga tidak memberikan kerugian besar bagi Bosowa. "Kami sedang mengkaji untuk mencari teknologi yang lebih efisien dan ekonomis untuk proyek-proyek skala besar. Kami sedang mengundang konsultan teknis dari Jepang dan China untuk mengajukan proposal baru terkait pembangunan ini," lanjutnya.

Perusahan sebetulnya sudah memperoleh lahan dan perizinan untuk pembangunan smelter. Bosowa kini tinggal menunggu hasil studi skala keekonomisan dari pembangunan dan jalannya proyek tersebut.

"Industri baja dan smelter ini yang paling penting itu kepastian pasar, dan harga stabil. Kalau harga tidak stabil dan pasar dunia sedang tidak baik, otomatis nilai keekonomisan rendah," lanjutnya.

Erwin berharap, upaya perusahaan membangun smelter akan mendapat dukungan pemerintah dalam upayanya meningkatkan industri dalam negeri. Keberadaan smelter diharapkan membuat Indonesia tak perlu lagi menengok industri sejenis dari Jepang, Korea Selatan, atau negara-negara besar lain.

"Karena tenaga-tenaga dan pengusaha kita juga sanggup, tinggal mendapatkan dukungan-dukungan yang penting sehingga nilai keekonomian tercapai. Jadi potensi-potensi industri yang perlu dikembangkan rangka mengembangkan industri dalam negeri bisa dikembangkan oleh pihak swasta nasional," jelasnya.

Hingga saat ini, Bosowo belum bisa memastikan kapan proyek pembangunan smelter bisa dimulai. Paling tidak dibutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk melakukan persiapan pembangunan smelter.

"Paling tidak butuh waktu 6-7 bulan bagi kontraktor untuk penawaran dan kontak mengambil kontrak ini. Kita ambil 1 tahun sekaligus untuk menyiapkan  enginering dan sebagainya. Kemudia proyek pembangunannya bisa memakan waktu 2-3 tahun. Kalau nilai investasi bisa sekitar Rp 2-3 triliun investasi tergantung teknlogi yang digunakan," tandasnya.(Dny/Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya