Harga Minyak Naik Respons Keputusan The Fed

Harga minyak naik merespons keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang memangkas program pembelian obligasi bulanan.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Des 2013, 07:23 WIB

Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) merespons keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang memangkas program pembelian obligasi bulanan.

Seperti dikutip dari Xinhua, Kamis (19/12/2013), harga minyak jenis West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari 2014 naik US$ 58 sen menjadi US$ 97,8 per barel di New York Mercantile Exchange. Begitu juga minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari naik US$ 1,19 menjadi US$ 109,63 per barel .

The Fed telah mengumumkan rencana untuk mengurangi pembelian obligasi bulanan US$ 75 miliar dari sebelumnya US$ 85 miliar.

Bank Sentral AS melihat aktivitas ekonomi AS berkembang pada kecepatan yang moderat, dan kondisi pasar tenaga kerja terus membaik, dan tingkat pengangguran telah menurun. Prospek ekonomi yang lebih baik memberikan dukungan untuk harga minyak.

Di sisi ekonomi, data kepemilikan rumah pribadi AS naik 22,7% pada November menjadi 1,091 juta, tertinggi sejak Februari 2008. Sementara itu, izin perumahan turun 3,1% bulan lalu .

Secara terpisah, aplikasi hipotek AS turun 5,5% dalam pekan yang berakhir 13 Desember dari seminggu sebelumnya, menurut Mortgage Bankers Association .

Energy Information Administration (EIA), badan statistik Departemen Energi AS, telah merilis laporan tentang persediaan minyak mentah AS pekan yang berakhir 13 Desember.

Stok minyak mentah AS turun 2,94 juta barel menjadi 372,3 juta barel pada pekan lalu. Angka ini lebih rendah dari proyeksi penurunan 3,5 juta barel. Kilang minyak di AS beroperasi 91,5% dari total kapasitas, turun 1,1% dari pekan sebelumnya. (Ndw)

Baca juga:


Harga Minyak Terkeruk Aksi Ambil Untung

Harga Minyak Melompat Jelang Pertemuan The Fed

OPEC Pangkas Produksi Demi Jaga Harga Minyak US$ 100 per Barel

Harga Minyak Cenderung Flat di Tengah Spekulasi Tapering The Fed

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya