Bila jadi diputuskan, warga tidak lagi dapat menggunakan BBM jenis premium di Ibukota. Bagi Wagub DKI Ahok, kondisi itu justru dapat berdampak baik bagi lingkungan.
"Jadi kalau tidak ada BBM subsidi itu, sebenarnya kualitas lingkungan juga membaik," ujar pria bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu, di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (19/12/2013).
Pasalnya, bahan bakar premium di Indonesia masih menggunakan senyawa TEL (Tetra Ethyl Lead) atau timbal yang gas buangannya mengandung racun berbahaya. Sehingga buruk bagi lingkungan hingga kesehatan. Diantaranya mengakibatkan kerusakan otak, ginjal, dan kardiovaskuler atau sistem peredaran darah dalam tubuh.
Sementara BBM jenis pertamax tidak lagi mengandung timbal, melainkan menggunakan HOMC (High Octane Mogas Component), senyawa yang lebih ramah lingkungan. Maka itu, kata Ahok, rencana pencabutan BBM bersubsidi di Jakarta sebenarnya juga bertujuan mengurangi pasokan premium ke Jakarta secara perlahan.
Dengan begitu, lanjut Ahok, berlahan warga DKI tidak lagi menggunakan BBM dan beralih ke gas yang lebih aman. "BBM dihentikan pasokannya. Tidak ada keberadaanya, sebetulnya. Dihilangkan dari sini, kita tidak mau ada premium. Itu buat lingkungan hidup jadi tidak baik," tegas Ahok.
Pemprov DKI juga berencana menambah sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) tahun depan melalui kerjasama dengan Perusahaan Gas Negara (PGN). Peralihan bahan bakar tersebut akan dilakukan secara bertahap, dimulai dari angkutan umum, kendaraan roda 4 kemudian roda 2.
"Bertahap. Kalau angkutan umum harus ada sendiri. Kebijakan kita mau mengubah angkutan umum untuk pakai gas kan? Teknisnya mesti bicara sama ESDM (Kementrian Energi Sumber Daya dan Mineral). Yang penting menterinya udah dukung kan?" kata Ahok.
Pada 2000 lalu, dikeluarkan instruksi Menteri Lingkungan Hidup untuk menghapus bensin bertimbal secara bertahap di Indonesia. Hal itu sebagai upaya mendukung program Langit Biru Indonesia seperti tertuang dalam UU Nomor 23 Tahun 1997.
Pertamina kemudian tidak lagi menggunakan senyawa timbal, tetapi hanya untuk BBM berjenis Premium-88, Pertamax-92, dan Pertamax Plus-95, jadi belum seluruhnya. (Rmn/Ism)
Baca juga:
Minta Rp 2,5 Miliar, Ahok Polisikan Ali Si Warga Taman Burung
`Kerja Maut` Copywriter, Ahok: Doppingnya Itu Ngeri
Nasib Tukang Ojek Subsidi BBM Dicabut? Jokowi: Oh Ndak Masalah
`Kerja Maut` Copywriter, Ahok: Doppingnya Itu Ngeri
"Jadi kalau tidak ada BBM subsidi itu, sebenarnya kualitas lingkungan juga membaik," ujar pria bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu, di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (19/12/2013).
Pasalnya, bahan bakar premium di Indonesia masih menggunakan senyawa TEL (Tetra Ethyl Lead) atau timbal yang gas buangannya mengandung racun berbahaya. Sehingga buruk bagi lingkungan hingga kesehatan. Diantaranya mengakibatkan kerusakan otak, ginjal, dan kardiovaskuler atau sistem peredaran darah dalam tubuh.
Sementara BBM jenis pertamax tidak lagi mengandung timbal, melainkan menggunakan HOMC (High Octane Mogas Component), senyawa yang lebih ramah lingkungan. Maka itu, kata Ahok, rencana pencabutan BBM bersubsidi di Jakarta sebenarnya juga bertujuan mengurangi pasokan premium ke Jakarta secara perlahan.
Dengan begitu, lanjut Ahok, berlahan warga DKI tidak lagi menggunakan BBM dan beralih ke gas yang lebih aman. "BBM dihentikan pasokannya. Tidak ada keberadaanya, sebetulnya. Dihilangkan dari sini, kita tidak mau ada premium. Itu buat lingkungan hidup jadi tidak baik," tegas Ahok.
Pemprov DKI juga berencana menambah sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) tahun depan melalui kerjasama dengan Perusahaan Gas Negara (PGN). Peralihan bahan bakar tersebut akan dilakukan secara bertahap, dimulai dari angkutan umum, kendaraan roda 4 kemudian roda 2.
"Bertahap. Kalau angkutan umum harus ada sendiri. Kebijakan kita mau mengubah angkutan umum untuk pakai gas kan? Teknisnya mesti bicara sama ESDM (Kementrian Energi Sumber Daya dan Mineral). Yang penting menterinya udah dukung kan?" kata Ahok.
Pada 2000 lalu, dikeluarkan instruksi Menteri Lingkungan Hidup untuk menghapus bensin bertimbal secara bertahap di Indonesia. Hal itu sebagai upaya mendukung program Langit Biru Indonesia seperti tertuang dalam UU Nomor 23 Tahun 1997.
Pertamina kemudian tidak lagi menggunakan senyawa timbal, tetapi hanya untuk BBM berjenis Premium-88, Pertamax-92, dan Pertamax Plus-95, jadi belum seluruhnya. (Rmn/Ism)
Baca juga:
Minta Rp 2,5 Miliar, Ahok Polisikan Ali Si Warga Taman Burung
`Kerja Maut` Copywriter, Ahok: Doppingnya Itu Ngeri
Nasib Tukang Ojek Subsidi BBM Dicabut? Jokowi: Oh Ndak Masalah
`Kerja Maut` Copywriter, Ahok: Doppingnya Itu Ngeri